“Bila aku seorang ulama di Aceh, takkan kuambil peran mendukung satu kandidatpun. Cukuplah aku berdiri di posisi netral, supaya menjadi obat bagi semua orang.”
Sepuluh hari lagi Pilkada Aceh 2024 akan dilaksanakan secara demokratis, hanya ada dua pasangan kandidat, yakni Bustami Hamzah-Fadhil Rahmi dan Mualem-Dek Fadh.
Berdasarkan pengalaman dan realita, nyaris setiap musim pilkada, konflik politik lumrah terjadi, bahkan dapat berkepanjangan sampai setelah pilkada. Tidak sedikit orang terputus tali siraturrahim hanya gara-gara beda pilihan kandidat saat pilkada.
Di Aceh, ulama merupakan salah satu elemen yang dapat mempengaruhi opini publik dalam menentukan pilihan kandidat.
Untuk menghindari terjadi konflik politik pilkada kembali, seharusnya ulama dapat mengajak kedua pasangan Bustami-Fadil berdiri dan Mualem-Dek Fadh dalam satu panggung, lalu ulama mendeklarasi menyatakan sikap netral dalam Pilkada, tidak memihak kandidat manapun.
Tokoh agama menyatakan kepada publik bahwa kedua pasangan kandidat ini adalah orang baik, layak untuk jadi pemimpin ke depan.
Baca: Sejumlah Ulama Peusijuk Bustami Hamzah-Tu Sop
Rakyat silahkan memilih salah satu pasangan ini yang lebih layak, itu adalah hak dan kedaulatan penuh dari rakyat memilih sesuai hati nuraninya masing-masing.
Selanjutnya, kami tokoh agama mendukung siapapun yang dipilih oleh rakyat secara demokratis. Kalimat seperti ini sungguh akan terasa sangat sejuk dan damai.
Jika hal ini dilakukan, tentu seluruh umat akan bersatu, tidak ada saling mengklaim bahwa dirinya paling baik dan benar, tapi menyudutkan pihak lainnya.
Ulama di manapun dan kapanpun harus dapat menjadi panutan dan pemersatu seluruh umat. Sehingga harapan untuk membangun Aceh yang maju, islami dan berkelanjutan akan mudah dilakukan bersama.
Jika politik dapat menyatukan umat, saya sepakat semua tokoh agama turun ikut andil dalam politik. Tapi jika politik itu hanya menjadi biang pemecah belah umat, maka segera berhenti, tokoh agama jangan ikut andil dalam arena politik. Cukup bersikap netral saja, itu lebih muslihat.
Masih ada waktu beberapa hari lagi bagi tokoh agama untuk berani bersikap netral tanpa keraguan.
Persatuan umat lebih penting daripada setumpuk daging yang dihidangkan para kandidat. Tapi apalah daya saya hanya awak kuëp tirom, bukan penjual daging, juga bukan tokoh agama.