Komparatif.ID, Pulo Aceh— Keindahan Pulo Nasi di Kabupaten Aceh Besar menjadi salah satu destinasi wisata yang patut dikunjungi. Pulau kecil di Kecamatan Pulo Aceh ini menawarkan pengalaman wisata yang berbeda, menyuguhkan pemandangan alam yang mempesona serta tradisi masyarakat lokal yang masih terjaga.
Perjalanan menuju Pelabuhan Lamteng, Pulo Nasi dari Pelabuhan Ulee Lheue di Banda Aceh memakan waktu sekitar 45 menit menggunakan KMP Papuyu.
Sesampainya di Pulo Nasi, wisatawan dapat disambut oleh penduduk setempat yang ramah dan bersahabat. Salah satunya adalah Wildan (24), pemuda yang tumbuh besar di Pulo Nasi dan kini bekerja sebagai nelayan dan guru.
Wildan adalah sosok yang akrab dengan lautan, seorang penyelam yang memiliki keahlian luar biasa dalam menembak ikan. Menariknya, meskipun sering menyelam, Wildan mengaku tak bisa berenang.
Bagi sebagian orang kisah ini mungkin terdengar aneh, tetapi bagi masyarakat Pulo Nasi, Wildan adalah bukti nyata bagaimana keahlian dalam menyesuaikan diri dengan laut dapat menjadi lebih penting daripada sekadar kemampuan berenang.
“Saya gak bisa berenang, cuma bisa menyelam,” ujarnya seraya tertawa, Rabu (6/11/2024).
Setiap pagi, Wildan memulai hari dengan ritual persiapan sederhana namun penuh makna. Ia mengenakan perlengkapan selam seadanya—wetsuit yang dipakai sudah tampak usang namun tetap setia menemani, kaki katak, dan kacamata selam.
Di tangan Wildan, sebuah senapan harpun buatan tangan menjadi senjata andalannya. Harpun ini bekerja seperti ketapel, dengan tiga tali karet besar yang memberi kekuatan lempar untuk melontarkan anak panah kecil.
Baca juga: Menyibak Keindahan Tersembunyi Pulo Nasi
Berbeda dari harpun besar yang digunakan para pemburu paus, harpun Wildan berukuran kecil namun cukup efektif untuk berburu ikan di sekitar perairan dangkal Pulo Nasi.
Wildan berangkat dari bibir pantai menuju lautan dengan langkah tenang, memandang cakrawala seolah-olah lautan adalah rumah keduanya. Dengan penuh ketenangan, ia mulai menyelam, menahan napas di bawah air yang dingin sambil menyaksikan keindahan terumbu karang yang menyebar di sekitar pulau.
Warna-warni terumbu karang menjadi latar yang sempurna untuk berbagai spesies ikan yang berenang bebas, membuat lautan di sekitar Pulo Nasi terlihat seperti akuarium raksasa alami.
Di sinilah Wildan mencari ikan-ikan yang menjadi target buruannya, mulai dari kakap putih yang sering tampak di perairan terbuka hingga ikan kerapu yang kerap bersembunyi di balik celah-celah karang.
Ketenangan dan ketepatan menjadi kunci bagi Wildan. Setiap kali menemukan target, ia dengan sabar menunggu momen yang tepat sebelum melepaskan anak panah harpun.
Teknik ini bukanlah tradisi turun-temurun, melainkan keahlian yang dikembangkan Wildan sendiri dari pengalamannya yang panjang dalam berinteraksi dengan laut.
Keakuratannya dalam menembak jarang meleset, hasil dari latihan dan dedikasi bertahun-tahun. Setelah berhasil menembak ikan, Wildan akan naik ke permukaan untuk mengambil napas, lalu kembali menyelam untuk melanjutkan perburuannya.
Proses ini diulanginya berkali-kali, hingga enam jam penuh dihabiskan di bawah laut.
Sebagai seorang nelayan, Wildan memahami pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem laut di sekitar Pulo Nasi. Ia selalu memilih untuk hanya mengambil ikan yang sudah dewasa dan menghindari tindakan yang dapat merusak terumbu karang.
Kesadaran ini muncul dari kecintaannya pada lautan yang telah menjadi bagian dari hidupnya. Laut bagi Wildan bukan hanya sumber penghidupan, tetapi juga tempat ia merasa menemukan jati diri dan kedamaian.
“Kami yang mengambil ikan besar, di sini juga dilarang merusak karang. Kami hidup dari laut kan seharusnya tidak boleh merusak laut,” ujarnya.
Sore hari, Wildan bertemu dengan beberapa pengunjung di Pantai Nipah untuk berbagi hasil tangkapan ikan hari itu. Kakap dan kerapu besar seberat lebih dari satu kilogram berhasil ia dapatkan, dengan total hasil tangkapan mencapai lima kilogram.
Bagi wisatawan yang beruntung, hasil buruan ini akan menjadi hidangan malam yang spesial, sebuah pengalaman kuliner yang langsung dari alam.
Meski belum sepopuler destinasi wisata lain di Aceh, keindahan Pulo Nasi menyimpan pesona yang tak boleh diremehkan. Pulau ini menawarkan pengalaman wisata yang autentik dan berbeda.
Tidak perlu menjadi penyelam profesional untuk merasakan keindahan Pulo Nasi. Banyak aktivitas menarik yang bisa dilakukan di sini, mulai dari snorkeling untuk menikmati terumbu karang yang indah, hingga memancing bersama nelayan lokal.
Setiap sudut pulau ini menyimpan cerita dan keindahan yang unik, membuat setiap detik perjalanan menjadi berharga.