Menyibak Keindahan Tersembunyi Pulo Nasi

Menyibak Keindahan Tersembunyi Pulo Nasi
Kapal penumpang hibah Kemendes PTT di Pelabuhan Deudap. Foto: Komparatif.ID/Fuad Saputra.

Komparatif.ID, Pulo Aceh— Tepat pada pukul 11.30 WIB, KMP Papuyu yang dioperasikan ASDP Indonesia Ferry Cabang Banda Aceh berlabuh di pelabuhan Lamteng, Pulo Nasi, Kecamatan Pulo Aceh, pada Rabu (6/10/2024)

Hanya sedikit penumpang yang akan turun di sini, mayoritas lainnya melanjutkan perjalanan ke Sabang. KMP Papuyu itu memang melayani rute triangle Ulee Lheue-Lamteng-Sabang dan sebaliknya setiap dua hari sekali.

Pulau Nasi sendiri terletak di ujung barat Sumatra, berdekatan dengan Pulau Weh dan Pulau Breueh. Secara administratif, pulau ini masuk dalam wilayah Kecamatan Pulo Aceh, Kabupaten Aceh Besar.

Pulo Nasi terkenal dengan keindahan pantai-pantainya yang masih alami, air laut yang jernih, dan ketenangan yang mungkin tak bisa ditemukan di tempat lain. Di pulau ini, ada lima desa utama yaitu Lamteng, Deudap, Rabo, Pasi Janeng, dan Alue Reuyeueng, dengan Lamteng sebagai desa dengan populasi terbesar.

Beberapa jam usai turun dari kapal, Komparatif.ID bertemu Anis (22) dan Syahril (23) di pantai Nipah, dua mahasiswa dari UIN Ar-Raniry asal Bireuen dan Bener Meriah yang kebetulan kan ngecamp di Pulo Nasi bersama teman-teman kampus mereka.

Anis mengaku takjub dengan suasana Pulo Nasi yang begitu tenang dan damai. Menurutnya, berada di sini seperti menjauh dari hiruk-pikuk kehidupan kota. “Di sini serasa bebas, bisa menikmati alam sepuasnya tanpa gangguan. Pasirnya putih, airnya biru. Rasanya tenang sekali,” ujar Anis yang menyebut dua tiga kali mengunjungi Pulo Nasi.

Baca juga: Gua Sarang, Keindahan Tersembunyi di Sabang   

Syahril, yang mengakui pengalaman pertamanya ke pulau ini, menambahkan bahwa ia belum pernah merasakan suasana pantai seindah ini di Aceh sebelumnya. “Saya sudah sering dengar tentang Pulo Nasi dari teman-teman yang pernah datang ke sini, tapi baru kali ini berkesempatan. Ternyata benar-benar seindah yang diceritakan,” katanya.

Anis (paling kiri) memamerkan hasil tangkapan ikan bersama teman-temannya di Pantai Nipah, Pulo Nasi, Rabu (6/11/2024). Foto: Komparatif.ID/Fuad Saputra.
Anis (paling kiri) memamerkan hasil tangkapan ikan bersama teman-temannya di Pantai Nipah, Pulo Nasi, Rabu (6/11/2024). Foto: Komparatif.ID/Fuad Saputra.

Menurutnya, Pulo Nasi memberikan pengalaman berbeda dibandingkan wisata pantai lain di Aceh, karena di sini suasananya lebih sunyi dan nyaman untuk berkemah.

Syahril menyebut pantai di Pulo Nasi masih alami dengan garis pantai panjang yang seolah belum tersentuh tangan manusia. Hanya ada pohon-pohon kelapa yang berjajar di sepanjang pantai, menambah nuansa tropis yang begitu kental.

Di beberapa titik, air lautnya begitu jernih hingga dasar laut pun terlihat jelas. Menikmati keindahan alam di sini rasanya seperti menemukan surga yang belum terjamah banyak orang.

Pulau Nasi bukan hanya menawarkan pantai yang cantik, tapi juga kehidupan masyarakat lokal yang hangat. Syahril menuturkan saat singgah di sebuah warung kecil di desa Lamteng untuk membeli kebutuhan, ia dan kawan-kawannya disambut oleh pemilik warung dengan senyum hangat dan obrolan ringan.

Penduduk setempat sering bercerita tentang kehidupan di pulau yang tenang dan jauh dari keramaian. Beberapa warga bahkan dengan senang hati memberikan rekomendasi tempat-tempat yang bisa kami kunjungi di pulau ini.

“Tentu menyenangkan ketika bertemu dengan orang-orang yang menyambut ramah kehadiran kita, meski belum pulang pengalaman ini buat saya pengen balik ke sini lagi,” ujarnya seraya tertawa.

Di Pulo Nasi, Syahril juga menyaksikan pemandangan menakjubkan lainnya, seperti matahari terbenam yang terlihat sangat jelas dari pantai. Dengan langit yang bersih dan sedikit polusi cahaya, matahari tenggelam di ufuk barat dengan warna-warna oranye kemerahan, yang berpadu dengan birunya langit membuat pemandangan ini begitu memikat.

Syahril yang membawa kamera tak ingin melewatkan momen ini, ia sibuk mengabadikan setiap sudut pemandangan sembari berkata, “Ini bakal jadi kenangan yang enggak bakal terlupakan. Apalagi, saya bisa melihat ini bersama teman-teman kampus yang punya hobi sama,” lanjutnya.

Selain pantai dan pemandangan alam, Pulo Nasi juga memiliki kekayaan bawah laut yang tak kalah mengagumkan. Air laut yang jernih membuat pulau ini ideal bagi penggemar snorkeling.

Di beberapa titik, terumbu karang terlihat sangat jelas dengan berbagai macam ikan kecil berwarna-warni yang berenang di sekitarnya. Sayangnya, Syahril tidak membawa peralatan snorkeling kali ini, tetapi melihat keindahan di atas permukaan saja sudah cukup membuat mereka takjub.

Selama berkemah, malam hari di Pulo Nasi juga memberikan pengalaman yang tak kalah seru. Jauh dari polusi cahaya, langit malam di sini penuh dengan bintang-bintang yang terang. Suara deburan ombak di pantai membuat suasana semakin syahdu.

Bagi yang ingin mengunjungi Pulo Nasi, akses ke pulau ini cukup mudah melalui feri dari Banda Aceh yang berangkat dari Pelabuhan Ulee Lheue. Selain itu juga ada kapal hibah Kemendes PTT ukuran kecil yang mampu memuat 30 penumpang yang berlayar setiap hari.

Perjalanan dengan KMP Papuyu memang sedikit berombak, namun begitu tiba di pulau ini, semua rasa lelah dan mabuk laut akan terbayar oleh keindahan alam yang ada di depan mata.

Ada beberapa tempat menginap sederhana di beberapa pantai di Pulau Nasi bagi mereka yang tidak membawa tenda. Namun, jika ingin merasakan pengalaman berkemah yang lebih dekat dengan alam, membawa tenda dan perlengkapan camping adalah pilihan yang tepat.

Artikel SebelumnyaNasDem Aktifkan Seluruh Lini Menangkan Bustami-Fadhil Rahmi
Artikel SelanjutnyaTiba di Bahrain, Timnas Indonesia Langsung Gelar Latihan Perdana

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here