Lawan Korupsi dengan Tawa: Kisah Caleg & Pohon Keramat di Hakordia 2023

elawan Korupsi dengan Tawa: Kisah Caleg & Pohon Keramat di Hakordia 2023 , Salah satu performance act teater Sapulidi pada peringatan Hari Anti Korupsi Sedunia (Hakordia) 2023 di Museum Tsunami, Banda Aceh, Sabtu (9/11/2023) malam. Foto: Komparatif.ID/Fuad Saputra.
Salah satu performance act teater Sapulidi pada peringatan Hari Anti Korupsi Sedunia (Hakordia) 2023 di Museum Tsunami, Banda Aceh, Sabtu (9/11/2023) malam. Foto: Komparatif.ID/Fuad Saputra.

Komparatif.ID, Banda Aceh— Dalam rangka memperingati Hari Anti Korupsi Sedunia (Hakordia) 2023, Teater Sapulidi Universitas Syiah Kuala tampil memukau dengan pertunjukan teater komedi satir yang menyinggung tindakan korupsi seorang calon legislatif (caleg0.

Pertunjukan tersebut dihelat di Museum Tsunami, Banda Aceh, Sabtu (9/11/2023) malam dalam rangkaian kegiatan Pertunjukan dan Gelar Seni Budaya Hakordia Aceh 2023.

Dengan energi yang luar biasa, para pemain teater Sapulidi mampu menghibur penonton sekaligus menyampaikan pesan anti-korupsi melalui cerita yang dikemas dengan sentuhan komedi satir nan cerdas.

Salah satu sorotan utama dari pertunjukan ini adalah karakter seorang calon legislatif (caleg) yang berniat melakukan korupsi bila terpilih, dengan uang hasil korupsi tersebut akan diserahkan kepada pasangan selingkuhannya.

Cerita dimulai dengan penggambaran kehidupan sederhana, namun dipenuhi dengan konflik runyam rumah tangga dan intrik politik. Dalam plot tersebut, sang Caleg dihadapkan pada godaan untuk melakukan korupsi demi kepentingan pribadi.

Caleg dijelaskan sebagai sosok yang licik dan tidak bermoral. Dia merencanakan tindakan korupsi besar-besaran bila terpilih sebagai anggota legislatif. Namun, yang membuat cerita semakin menarik adalah alasan di balik niat buruknya tersebut, yaitu untuk memberikan uang hasil korupsi kepada pasangan selingkuhannya.

Melalui dialog dan adegan yang penuh dengan kekocakan, para pemain mampu menyajikan kritik sosial terhadap perilaku koruptif yang merajalela di berbagai lapisan masyarakat.

Teater Sapulidi mampu menggambarkan betapa korupsi bukan hanya merugikan negara, tetapi juga menggerogoti moral dan integritas sosial.

Tokoh Caleg digambarkan sebagai sosok yang tidak memiliki rasa tanggung jawab, terutama kepada istrinya yang lebih sibuk memamerkan harta kekayaan. Namun eksitensi istrinya mulai tergerus saat si Caleg mengenal dara muda yang lebih cantik jelita.

Dari sana cerita mulai bereskalasi, istri sah sang Caleg mencari berbagai cara agar bisa kembali mendapatkan perhatian sang suami, yang terjerumus dalam cinta terlarang.

Dalam dialognya, Caleg bahkan dengan terang-terangan menyatakan bahwa dia merasa memiliki hak untuk mencuri uang negara dan menggunakannya untuk kepentingan pribadi. Pemirsa dihadapkan pada realitas pahit tentang bagaimana korupsi dapat merusak pondasi demokrasi dan keadilan.

Baca juga: Muslim Syamaun Akan Buka Tokoh Penikmat Korupsi Pajak Bireuen

elawan Korupsi dengan Tawa: Kisah Caleg & Pohon Keramat di Hakordia 2023
Salah satu performance act teater Sapulidi pada peringatan Hari Anti Korupsi Sedunia (Hakordia) 2023 di Museum Tsunami, Banda Aceh, Sabtu (9/11/2023) malam. Foto: Komparatif.ID/Rizki Aulia Ramadan.

Selain menyoroti korupsi di lingkup politik, pertunjukan ini juga menyelipkan kritik terhadap perilaku tidak bermoral, seperti perselingkuhan. Pasangan selingkuh Caleg menjadi simbol dari kebusukan moral yang seringkali terkait dengan perilaku koruptif.
Pesan moralitas dan etika yang disampaikan oleh Teater Sapulidi memberikan dimensi lebih dalam terkait dampak negatif dari tindakan korupsi terhadap tatanan sosial.

Seiring berjalannya cerita, terungkap bahwa Caleg tidak hanya mengandalkan korupsi dalam meraih ambisinya. Ia bahkan menggantungkan harapannya pada sebuah pohon yang dianggap keramat.

Adegan ini memberikan sentuhan satir yang menghibur sekaligus mengajak penonton untuk merenung tentang kebijaksanaan dan akal sehat dalam menghadapi masalah.

Pohon keramat tersebut dianggap oleh Caleg sebagai sumber kekuatan supranatural yang dapat membantunya mencapai cita-citanya dengan cara apapun. Adegan ini tidak hanya menjadi sumber tawa, tetapi juga menjadi kritik terhadap perilaku irasional dan keputusasaan dalam menghadapi tantangan politik.

Teater Sapulidi dengan cerdas menyajikan pesan bahwa solusi terhadap masalah sosial tidak dapat dicari melalui cara-cara yang tidak rasional dan tidak etis.

Pertunjukan tersebut diakhiri dengan pesan yang kuat tentang pentingnya peran setiap individu dalam memberantas korupsi. Melalui karakter-karakter yang dibawakan dengan gemilang oleh para pemain Teater Sapulidi, penonton diajak untuk merenung dan bertindak aktif dalam mewujudkan tatanan sosial yang lebih bersih dan adil.

Prestasi Teater Sapulidi Universitas Syiah Kuala dalam menyajikan pertunjukan komedi satir anti-korupsi ini mendapatkan apresiasi tinggi dari penonton. Mereka berhasil menggabungkan hiburan dengan pesan moral, memberikan kontribusi berarti dalam upaya pencegahan korupsi di tengah masyarakat.

Sebagai penutup acara, sejumlah pemain dan kru teater diundang untuk berbicara tentang urgensi Hari Anti Korupsi Sedunia dan mengajak semua pihak untuk bersama-sama berperan aktif dalam memberantas korupsi.

Harapannya, pertunjukan ini tidak hanya menjadi hiburan semata, tetapi juga menjadi panggilan untuk perubahan dan pembenahan di berbagai sektor kehidupan.

Pertunjukan teater komedi satir oleh Teater Sapulidi Universitas Syiah Kuala juga sukses membawa pesan anti-korupsi dengan cara yang kreatif dan menghibur. Semoga karya seni semacam ini terus bermunculan untuk menginspirasi dan memberikan dorongan positif dalam upaya menciptakan masyarakat yang lebih baik.

Artikel SebelumnyaRudapaksa 2 Cucu, Lansia di Banda Aceh Dihukum Penjara
Artikel SelanjutnyaHakordia 2023: Momentum Melawan Wabah Korupsi

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here