Komparatif.ID, Banda Aceh— Dalam orasinya pada Sidang Terbuka Senat dalam rangka Dies Natalis ke-41 Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Wamenkominfo Nezar Patria memotivasi seluruh sivitas akademika untuk tidak hanya mencetak tenaga kesehatan yang handal, tetapi juga adaptif terhadap disrupsi teknologi, salah satunya melalui pemanfaatan AI.
Nezar menyebut perkembangan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) semakin pesat, dan salah satu fokus Kementerian Komunikasi dan Informatika menyiapkan langkah-langkah strategis untuk menyiapkan infrastruktur, mengembangkan sumber daya manusia, menciptakan ekosistem yang kondusif, dan mengatur regulasi yang mendukung adopsi teknologi AI.
“Perubahan pasti akan terjadi dan cara terbaik menghadapinya adalah dengan terus meningkatkan kemampuan diri agar semakin adaptif,” ungkapnya.
Salah satu hal yang muncul akibat disrupsi teknologi di sektor kesehatan dengan kehadiran jaringan telekomunikasi 5G ialah robot bedah jarak jauh. Dengan latensi yang lebih rendah, teknologi AI dapat mendukung penggunaan robot dalam pembedahan tanpa harus menghadirkan dokter bedah di tempat (on site).
Nezar Patria juga menyoroti beberapa contoh konkrit pemanfaatan AI di bidang kesehatan, termasuk pengembangan Face Mask Detection selama pandemi Covid-19, yang digabungkan dengan teknologi AI untuk memantau penggunaan masker di fasilitas umum.
“Sebagai contoh selama pandemi Covid-19 pemerintah mengembangkan Face Mask Detection yang dikombinasikan dengan AI di setiap pintu masuk fasilitas umum,” lanjutnya.
Selain itu, di bidang kedokteran, teknologi AI telah digunakan untuk meningkatkan gambar Magnetic Resonance Imaging (MRI) tanpa suntikan, membantu dalam deteksi penyakit, mendukung tenaga kesehatan dalam tindakan medis, dan mengolah data untuk memberikan rekomendasi medis yang tepat dan mudah diakses.
Baca juga: Nezar Patria Paparkan Tantangan di Era Revolusi Digital
Wamen kelahiran Pidie ini juga berbagi pengalaman pribadinya saat mengikuti Short Course di Stanford University yang membahas pemanfaatan AI dalam dunia medis. Ia menyebutkan banyak contoh penggunaan AI, mulai dari bidang bedah dengan teknologi AI yang mampu meningkatkan transfer pengetahuan dari dokter senior ke dokter spesialis muda.
Selain itu, AI juga digunakan dalam penanganan kelainan kulit dan identifikasi kanker dengan tingkat akurasi yang mencapai 98,5%.
Dengan peluang dan tantangan yang besar, Nezar menuturkan Pemerintah Indonesia telah mempersiapkan ekosistem yang mendukung adopsi teknologi AI di semua sektor, termasuk kesehatan.
Upaya ini termasuk mendorong pertumbuhan pemanfaatan dan inovasi AI oleh pelaku start-up lokal, penyediaan infrastruktur TIK yang merata, dan persiapan sumber daya manusia yang mumpuni agar adopsi teknologi dapat optimal.
“Kami mendorong pertumbuhan pemanfaatan dan inovasi AI oleh pelaku start-up lokal, memastikan penyediaan infrastruktur TIK yang merata dan mempersiapkan sumber daya manusia yang mumpuni,” pungkasnya.