Komparatif.ID, Banda Aceh— Akademisi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala (FEB USK), Prof. Dr. Sofyan Syahnur, menyebut pertumbuhan ekonomi Aceh tidak boleh hanya dipandang dari sisi kuantitas semata, tetapi juga kualitas bagi masyarakat.
“Peningkatan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik harus diikuti dengan kondisi sosial ekonomi yang lebih baik pula, sehingga pertumbuhan ekonomi yang dicapai tidak hanya terfokus pada konteks kuantitas, tetapi juga dalam konteks kualitas,” ujarnya di Banda Aceh, Senin (11/11/2024).
Sofyan Syahnur menjelaskan pada Triwulan I (Januari-Maret 2024), perekonomian Aceh tercatat tumbuh sebesar 4,82 persen dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) mencapai 57,56 triliun rupiah atas dasar harga berlaku, dan 36,70 triliun rupiah atas dasar harga konstan.
Meski terjadi sedikit penurunan pada Triwulan II (April-Juni 2024) menjadi 4,54 persen untuk sektor minyak dan gas, serta 4,42 persen tanpa migas, perekonomian Aceh kembali tumbuh positif di Triwulan III (Juli-September 2024) dengan peningkatan signifikan mencapai 5,17 persen.
Secara keseluruhan, Sofyan menyebut pertumbuhan ekonomi Aceh dalam tiga triwulan pertama tahun ini meningkat sebesar 7,26 persen.
Baca juga: Perekonomian Aceh Triwulan III 2024 Tumbuh 5,17 Persen YoY
Dengan catatan seperti ini, menurutnya, pertumbuhan ekonomi Aceh perlu diarahkan untuk memperkuat modal sosial dan infrastruktur publik (social overhead capital) dengan fokus pada sektor-sektor ekonomi utama yang saling terhubung, baik dari sisi backward maupun forward linkages.
Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah memaksimalkan penggunaan Dana Transfer ke Daerah (DKD) serta alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk Aceh.
Menurutnya, dengan perencanaan ekonomi yang matang, dana tersebut dapat dimanfaatkan secara efektif untuk menunjang sektor-sektor yang memiliki dampak berkelanjutan terhadap ekonomi daerah.
Selain optimalisasi anggaran, Sofyan berharap pemimpin Aceh yang akan datang mampu menciptakan lingkungan ekonomi yang lebih kondusif. Salah satu aspek penting yang harus diperhatikan adalah penguatan sistem perbankan di Aceh.
Sofyan menuturkan kondisi perbankan yang mendukung ekonomi daerah akan membantu mengatasi persoalan capital outflow yang lebih besar dibandingkan dengan capital inflow.
Sistem perbankan yang pro terhadap perekonomian lokal akan membantu menjaga stabilitas keuangan daerah dan memastikan modal tetap berada di dalam Aceh, sehingga mendukung aktivitas ekonomi di berbagai sektor.
“Pemimpin Aceh ke depan harus mampu juga menciptakan kondisi ekonomi yang lebih kondusif melalui penguatan sistem perbankan di Aceh yang pro terhadap ekonomi daerah,” lanjut Sofyan.
Tantangan lain yang tak kalah penting menurutnya adalah penurunan angka kemiskinan dan pengangguran di Aceh. Data per Maret 2024 menunjukkan tingkat kemiskinan di Aceh mencapai 14,23 persen atau sekitar 804,53 ribu jiwa, sementara tingkat pengangguran berada di angka 5,56 persen atau sekitar 145 ribu jiwa per Februari 2024.