9.000 Km Kekuatan Cinta PK Mahanandia

Pradyumna Kumar Mahanandia
PK Mahanandia, Charlotte dan dua buah hati mereka. Foto: Facebook PKM.

9000 kilometer bukanlah jarak yang jauh. Setidaknya itu yang akan dijawab oleh Pradyumna Kumar Mahanandia bila kita bertanya.  Charlotte Von Schedvin yang membuat jarak Swedia dan India seakan-akan jarak Teupin Mane dan Matang Cot Paseh di Bireuen, Aceh.

Akhirnya saya menemukan makna sesungguhnya dari sebuah pepatah lama; bila cinta sudah melekat, tahi kucing rasa cokelat. Bisa jadi itu bukan pepatah. Anggap saja anekdot. Tapi cukup mengena bila disandingkan dengan perjalanan cinta Pradyumna Kumar Mahanandia dan Charlotte Von Schedvin.

Lahir pada 1949 di sebuah keluarga penenun berbahasa Odia di desa Kandhapada, sub-divisi Athmallik di distrik Angul, PK Mahanandia merupakan putra dari pasangan tanpa kasta.

Baca: Air Mineral dan Arti Sebuah Kapasitas

PK Mahanandia tak pernah membayangkan akan bertemu dan menikah dengan bule Eropa, konon lagi perempuan darah biru. Sepanjang masa kecil hingga muda, Pradiyumna Kumar hidup dalam diskriminasi.

Tidak boleh belajar di dalam kelas, tidak boleh bersentuhan dengan manusia di atas Dalit, tidak boleh mengakses pendidikan bagus. Pokoknya, untuk Pradiyumna Kumar dan manusia yang setara dengannya, semuanya tidak boleh. Untung saja tidak dilarang untuk hidup.

Orang-orang terbuang harus berjuang lebih keras dari manusian lainnya. Pradiyumna Kumar Mahanandia melakukannya. Di tengah diskriminasi ras dan kasta, ia tetap tak goyah dengan hinaan yang diterima setiap hari. Berkat kegigihannya, ia pun memiliki kesempatan belajar di Delhi College of Art.

Delhi College of Art, merupakan perguruan tinggi seni untuk pelatihan lanjutan dalam seni visual yang didirikan pada tahun 1942 di bawah Departemen Seni Delhi College of Engineering.

Pradiyumna Kumar Mahanandia menekuni pelajaran seni lukis. Namanya meroket sejak mampu melukis potret Indira Gandhi. Karena kemampuannya itu dia mendapatkan kesempatan duduk dan melukis di bawah air mancur suci di Connaught Place dan menggambar potret.

Di bawah air mancur suci itu, ia kemudian berkenalan dengan seorang bule Eropa dari Swedia. Pertemuan itu berlangsung pada 17 Desember 1975. Charlotte Von Schedvin adalah seorang mahasiswa di London yang sedang studi tour ke India. Kisah lain, karena begitu tenarnya nama Pradiyumna Kumar di kalangan mahasiswa seni, sehingga Charlotte berkendara jauh-jauh ke India dengan mobil van selama 22 hari dan pergi mengunjungi PK untuk membuat potretnya.

Apa pun latar belakang kedatangan Charlotte ke Delhi, itu hanya soal momen saja. yang menarik justru hubungan keduanya. Pertemuan selama dua minggu di Delhi, membuat keduanya saling jatuh cinta.

Tapi cinta itu harus bertaut jarak. Charlotte Von Schedvin harus pulang ke Swedia. Mereka berjanji akan menikah dan hidup bersama. Selama long distance relationship, keduanya tetap bersurat.

Sayangnya Mahanandia tidak punya cukup uang untuk membeli tiket pesawat. Dia memutuskan untuk menjual semua barangnya dan membeli sepeda serta memulai perjalanannya pada tanggal 22 Januari 1977.

Dia bersepeda sejauh 44 km setiap hari, dan menghidupi dirinya sendiri dengan menggambar potret orang-orang di sepanjang jalan yang memberinya uang, makanan, dan tempat tinggal.

Perjalanannya membawanya melalui Afghanistan, Iran, dan akhirnya melalui Turki yang memungkinkannya mencapai Eropa pada tanggal 28 Mei, kemudian dia melanjutkan perjalanan ke Gothenburg dengan kereta api.

Pria berkulit gelap itu menghabiskan waktu lima bulan dalam perjalanan. Total jarak yang ia lalui 6.000 mil, atau 9.656 kilometer. Jarak yang sangat jauh.

Di perjalanan, Pradyumna Kumar Mahanandia sangat menderita. Ia didera lelah, kakinya sakit. Akan tetapi cita-cita menikahi Charlotte begitu besar. Itulah yang membuat ia tetap kukuh mendayung sepeda.

“Seni adalah sesuatu yang menyelamatkan hidup saya. Sepanjang perjalanan, saya juga menggambar potret orang-orang yang bersedia untuk saya lukis. Ada yang membayar dengan uang, makanan, atau tempat untuk tidur di malam hari,” katanya.

Mengapa ia begitu mudah melintasi berbagai negara? Kala itu, masih banyak negara-negara di dunia yang tidak meminta visa bagi pelancong asing. Oleh sebabnya, perjalanan “jihad” Mahanandia jadi lebih mudah.

Tantangan lebih berat justru muncul saat ia tiba di Swedia. Petugas imigrasi menolak untuk mengizinkannya masuk. Alasannya sepele, pihak berwenang tidak percaya dengan cerita Mahanandia. Mereka pikir hal seperti itu terlalu luar biasa dilakukan oleh seorang manusia.

Mahanandia tak kehabisan akal dan tak patah arang. Ia kembali memohon izin kepada otoritas untuk menelepon Charlotte. Ketika petugas berbincang langsung dengan Charlotte, barulah mereka percaya dan membiarkan Mahanandia masuk.

Mahanandia tiba di Boras pada 28 Mei 1977 dan akhirnya bertemu Charlotte di depan mata, setelah berpisah dengannya selama hampir 2 tahun.

“Ketika bertatap muka, kami tidak bisa bicara sepatah katapun. Kami hanya menangis dalam pelukan.”

Melihat kebahagiaan putrinya, orang tua Charlotte juga turut senang. Dengan kasih sayang, mereka rela mengabaikan aturan nenek moyang keluarga: keturunan bangsawan tidak diizinkan menikahi orang-orang berkulit gelap.

Pasangan ini mengikat janji suci pada 1979 di Swedia dan sesuai dengan hukum negara tersebut. Lalu, keduanya menikah kembali di India, di desa kelahiran Mahanandia dengan tradisi setempat.

Apa yang terjadi setelah keduanya menikah? Anda dapat membacanya di banyak artikel yang ditulis media massa dan peneliti. Pradyumna Kumar Mahanandia dan Charlotte telah mengubah banyak hal. Perubahan yang bukan saja menguntungkan cinta keduanya, tapi juga menguntungkan kaum Dalit di India.

Disadur dari: liputan6.com, Hindustan Times, sverigesradio.se, BBC News, India Today.

Artikel SebelumnyaPemerintah Aceh Akan Bangun Kembali Dayah Babul Maghfirah
Artikel Selanjutnya5 Mode yang tidak boleh dikenakan di Korea Utara
Muhajir Juli
Jurnalis bersertifikat Wartawan Utama Dewan Pers. Penulis buku biografi, serta tutor jurnalistik.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here