Untuk Ayah,Bunda,& Adikku yang Telah Pergi Mendahului

Catatan Putra Sulung Tu Sop

Ayah, ibu
Teungku Suhaimi As-Safi, bersama putrinya, serta Ayahandanya Teungku H. Muhammad Yusuf A. Wahab, ketika sang ulama menjenguk cucunya di Turki. Dok. Suhaimi.

Oleh: Teungku Muzammil As-Sufi

Setiap detik berlalu, tapi rasanya waktu tidak pernah mampu menghapus rasa rindu ini. Ayah, bunda, adikku tersayang, kepergian kalian meninggalkan kekosongan yang begitu dalam di hati. Tak ada kata yang cukup untuk menggambarkan betapa aku merindukan kalian, betapa berat hari-hari yang harus kulalui tanpa kehadiran kalian di sisiku.

Ayah, sosokmu selalu menjadi pilar kekuatanku. Ketika dunia terasa berat, aku teringat bagaimana cara Ayah menenangkan, dengan suaramu yang penuh wibawa, kata-kata yang selalu membawa rasa tenang.

Ayah, aku rindu melihatmu duduk di tempat favoritmu, mengajarkan banyak hal tentang kehidupan yang penuh tantangan. Meski kini kau tak lagi di sini, setiap langkahku dipandu oleh kebijaksanaan yang kau tanamkan dalam diriku. Aku tahu Ayah ingin aku menjadi kuat, tapi tanpa dirimu, ada bagian dari kekuatanku yang terasa hilang.

Baca: Breaking News: Tu Sop Meninggal Dunia

Bunda, hatiku hancur setiap kali aku teringat kehangatan pelukanmu, tatapan matamu yang penuh cinta, yang mampu menyembuhkan segala luka. Kau adalah cahaya dalam gelap, rumah yang tak pernah lelah menerima kepulanganku.

Setiap kali aku merindukan kehadiranmu, aku menyadari betapa besar pengorbanan yang kau berikan selama ini, tanpa pernah mengeluh. Segalanya kini terasa sunyi tanpamu. Bahkan dalam diam, aku masih bisa mendengar suaramu yang lembut, menghiburku di saat-saat sulit. Bunda, aku rindu setiap tawa yang kita bagi, setiap pelukan yang selalu memberiku rasa aman.

Adikku, Suhaimi tersayang, hidup ini begitu kejam ketika harus merenggutmu begitu cepat. Aku masih teringat tawa kecilmu, canda yang selalu membuat hari-hari kita penuh warna. Wajahmu yang ceria, mata penuh harapan, semuanya begitu hidup di ingatanku.

Aku selalu bertanya-tanya, bagaimana jadinya jika kau masih ada di sini, melanjutkan mimpimu, menjalani hidup dengan semua potensi luar biasa yang kau miliki. Kepergianmu meninggalkan luka yang dalam, tapi juga memberiku pelajaran tentang betapa berharganya setiap momen. Walau kita tak sempat melewati banyak waktu bersama, kenangan tentangmu selalu hidup di hatiku.

Ada kalanya, aku merasa begitu dekat dengan kalian, seolah kalian hanya berada di balik tabir tipis yang memisahkan dunia ini dengan dunia yang kalian tempati sekarang. Kadang, angin yang berhembus lembut terasa seperti sentuhan kalian, membawa pesan bahwa kalian baik-baik saja di sisi-Nya. Aku percaya bahwa di tempat kalian berada sekarang, tak ada lagi kesakitan, tak ada lagi kesedihan.

Tapi di sini, aku berjuang setiap hari untuk menerima kenyataan bahwa kita tak lagi bisa berbagi waktu bersama. Terkadang, aku masih berharap semuanya hanya mimpi buruk, dan ketika terbangun, aku akan melihat kalian kembali di sisiku, tersenyum seperti dulu. Namun, seiring berjalannya waktu, aku belajar bahwa meski tubuh kalian tak lagi di sini, cinta kalian tetap abadi. Ia hidup dalam setiap kenangan, dalam setiap doa yang kuucapkan untuk kalian.

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُم وَارْحَمْهُم وَعَافِهِم وَاعْفُ عَنْهُم وَأَكْرِمْ نُزُلَهُم وَوَسِّعْ مَدْخَلَهُم وَاغْسِلْهُم بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ وَنَقِّهِمْ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ، اللَّهُمَّ أَبْدِلْهُم دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِم وَأَهْلاً خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِم وَأَدْخِلْهُمُ الْجَنَّةَ وَنَجِّهِمْ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ عَذَابِ النَّارِ.

Ayah, bunda, dan adikku, aku akan terus berjalan di dunia ini, membawa cinta kalian di setiap langkahku. Meski raga kita terpisah, aku yakin suatu hari nanti jika allah mengizinkan kita akan bertemu lagi, dalam dunia yang lebih damai, tanpa perpisahan lagi. Sampai saat itu tiba, aku akan terus berdoa, semoga Allah memberikan kalian surga-Nya, memberikan kedamaian dan kebahagiaan abadi yang kalian layak dapatkan.

Rindu ini tak akan pernah hilang, tapi aku percaya, cinta yang Ayah, Bunda, dan Adik tinggalkan akan selalu menjadi cahaya yang menerangi jalanku. Kalian tetap hidup di dalam hatiku, selamanya.

Penulis merupakan putra bungsu allhayarham Teungku H. Muhammad Yusuf A. Wahab (Tu Sop). Dikutip dari pesan berantai melalui WA. Telah diferivikasi melalui orang dekatnya.

Catatan redaksi:

Bunda Hj.Mardhiah, istri pertama Tu Sop, meninggal dunia pada Selasa, 18 Agustus 2015 di Malaysia dalam usia 36 tahun. Kemudian putra bungsunya dari Hj. Mardhiah, Teungku Suhaimi (13) meninggal dunia dalam kemalangan jalan raya di Bireuen pada Minggu, 23 Desember 2023. Pada Sabtu , 7 September 2024, Tu Sop meninggal dunia di RS Brawijaya Tebet, Jakarta Selatan.

Artikel SebelumnyaPilkada 2024: Koalisi Gemuk vs Paslon Spartan & Kotak Kosong
Artikel SelanjutnyaAceh Target Menang di Laga Pamungkas Grup A PON XXI
admin
Admin Komparatif.ID

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here