Komparatif.ID, Bireuen– Bila mengulik sate matang khas Matangglumpang Dua, Peusangan, tidak afdhal bila tidak menyebutkan nama Tu Baka. Ya, pria gaek tersebut telah sejak lama dikenal sebagai salah seorang akok di bisnis kuliner tersebut.
Tu Baka, lelaki penggemar sepak bola, merupakan salah satu nama besar di balik megahnya kuliner sate matang. Sate matang merupakan nama sate yang bermula dari Matangglumpangdua. Ya, sejak lama bekas ibukota Nanggroe Peusangan tersebut terkenal sebagai salah satu daerah di Aceh dengan kuliner yang oke punya.
Tu Baka berkisah kepada Ir. Razuardi Ibrahim, Selasa (12/11/2024) bahwa ia mulai menggeluti bisnis kuliner sate matang di Matang pada tahun 1963. Ia merupakan generasi awal pedagang sate di kota kecil tersebut.
Ia mewarisi keterampilan meracik sate dari ayahnya. “Saya mendapatkan keahlian meracik sate dari ayah. Beliau yang lebih dulu menekuni bisnis ini di keluarga kami,” kata Tu Baka.
Sate matang Tu Baka, sangat terkenal. Ia mampu menghadirkan sate empuk, dengan rasa yang sangat enak. Kuah sotonya juga gurih dan segar. Selain sate, soto di tempat Tu Baka berjualan juga sangat digemari oleh konsumen.
Dulu, di masa jayanya Kota Matangglumpangdua, siapa saja yang melintas di timur dan utara Aceh, pasti akan mencicipi sate khas kota itu. Namun seiring perubahan zaman, sate matang telah dijual di berbagai tempat. Bahkan hingga ke luar Aceh.
Baca juga: Soto Matang, Kuliner Khas yang Diburu Penikmat Sate
Sebagai juragan sate, Tu Baka membuka beberapa outlet. Di Matangglumpangdua, di Paya Meuneng, Kutablang, Geurugok, dan di Kota Bireuen. Setiap outlet paling sedikit ia mempekerjakan karyawan lima orang.
Tu Baka menyajikan sate dengan kualitas terbaik. Ia tidak menyembelih lembu. Tapi membeli daging lembu di pasar.
“Saya tidak menyembelih lembu sendiri, namun membeli di pasar sehingga dapat memilih daging dengan kualitas baik,” jawab Tu Baka.
Saat ini outlet Paya Meuneng, merupakan yang paling laris. Di sana ia dapat menghabiskan 80 kg daging lembu per hari. Sedangkan di outlet lain, berada pada kisaran 50 kg per hari.
Sebagai pebisnis kuliner yang punya nama besar di blantika persatean, pria gaek tersebut telah banyak melahirkan murid, yang kini ikut bergelut di bisnis yang sama.
“Ya, ada juga yang dulunya bekerja di tempat saya, setelah memiliki modal cukup, lantas membuka usahanya sendiri,” jelas Tubaka. Tentu saya juga bersyukur, sate khas Matang ini berkembang dan menjadi kuliner andalan yang berkembang ke berbagai tempat,” pungkasnya.
Perihal Tu Baka, memang diakui oleh pedagang sate matang di Kabupaten Bireuen. Pria tersebut diakui sebagai salah satu tokoh penting yang punya nama harum di bidang persatean.
“Tu sangat menjaga keotentikan rasa, kesegaran daging, kualitas bumbu, dan kebersihan,” sebut beberapa pedagang sate yang ditemui Komparatif.ID.