Komparatif.ID, Banda Aceh— Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Nezar Patria menyampaikan berita duka, guru ngajinya Teungku Syarifuddin bin Anzib, yang dikenal akrab dengan sapaan Teungku Din, mengembuskan napas terakhirnya di kediamannya di Lamceu, Kuta Baro, Aceh Besar pada Selasa (9/7/2024) pukul 13.00 WIB.
Sebelumnya pada Mei lalu, Nezar membagikan momen saat dirinya pertama kali bertemu Teungku Din usai 20 tahun hilang kontak. Pada suatu Jumat pagi, ia akhirnya bertemu dengan gurunya itu di Dayah Daruzzahidin, Lamceu, Aceh Besar.
Teungku Din di mata Nezar merupakan guru yang militan dan selalu hadir di tengah-tengah masyarakat, memberikan pengajaran agama dengan penuh dedikasi.
Nezar pertama kali mengenal Teungku Din ketika ia masih kelas lima SD. Ayahnya membawa Teungku Din ke rumah dan sejak saat itu, Nezar bersama adik-adiknya belajar mengaji dua kali seminggu.
Teungku Din yang selalu mengenakan peci tinggi, sarung, dan kemeja putih, memberikan kesan mendalam bagi Nezar. Ia terkesan dengan cara makan Teungku Din yang mengambil nasi sesendok demi sesendok, menyiramnya dengan kuah dan lauk, lalu menyantapnya pelan-pelan agar tidak ada makanan yang tersisa di piring.
Dalam kenangannya, Nezar juga menceritakan pengalaman menyenangkan ketika Teungku Din mengajarkan doa pembuka dan salawat kalamun qadimun. Irama merdu Teungku Din dalam melantunkan ayat-ayat Alquran membuat Nezar semakin menghargai keindahan bacaan tersebut. Bagi Nezar, Teungku Din bukan hanya seorang guru ngaji, tetapi juga seorang qori terbaik di Banda Aceh.
Kenangan Nezar terhadap Teungku Din semakin kuat ketika ia menceritakan pertemuan mereka yang tak terduga di Yogyakarta. Di awal 90-an, Teungku Din tiba-tiba muncul di depan kos-kosan Nezar.
Meskipun jarang keluar kota, Teungku Din dengan tenang muncul dengan peci tingginya, sarung, dan sandal kulit, membawa kabar bahwa ia sedang bersama kontingen Aceh untuk MTQ di Yogyakarta.
Setelah pertemuan di Yogyakarta, Nezar dan Teungku Din lama tidak bertemu. Namun, ingatan tentang Teungku Din selalu muncul setiap kali Nezar mendengar salawat kalamun qadimun atau melihat huruf Arab Jawi. Keinginan untuk bertemu kembali dengan Teungku Din membuat Nezar meminta bantuan sahabatnya, Dr Abdul Razak, untuk melacak keberadaan sang guru.
Baca juga: Nezar Patria: Riset Kunci Tumbuhnya Ekonomi Digital
Berkat usaha Dr Abdul Razak, Nezar akhirnya berhasil menemukan Teungku Din dan mereka berjanji untuk bertemu di Dayah Daruzzahidin. Saat pertemuan itu terjadi, Teungku Din yang kini telah menua dan tubuhnya lebih kurus, tetap menunjukkan ketulusan yang sama. Meski tidak lagi memakai peci tinggi dan sepeda, Teungku Din masih menjadi sosok yang inspiratif bagi Nezar.
Pada hari terakhir pertemuan mereka, Teungku Din dan istrinya menyambut Nezar dengan penuh kehangatan. Teungku Din yang tetap bersahaja, meskipun sudah berusia lanjut, masih menunjukkan semangat yang sama dalam mengajarkan nilai-nilai kebaikan.
Pertemuan singkat bersama guru ngajinya itu meninggalkan kesan mendalam bagi Nezar, yang merasa terharu dan bersyukur dapat bertemu kembali dengan gurunya.
Kini, Teungku Din telah berpulang ke rahmatullah. Kepergian beliau meninggalkan duka mendalam bagi keluarga dan murid-muridnya, termasuk Nezar Patria yang merasa kehilangan seorang guru yang penuh ketulusan dan dedikasi.
Nezar sempat menyebut akan membawa sang guru bersamanya menunaikan haji pada tahun depan, namun garis takdir berkata lain, Teungku Din berpulang lebih dahulu sebelum Nezar menunjukkan baktinya.
Semoga Allah memberikan tempat terbaik bagi Teungku Din di sisi-Nya dan menguatkan keluarga yang ditinggalkan. Al-Fatihah.