Polisi Ungkap Motif Pembunuhan Mahasiswa LIPIA di Jeulingke

Polisi Ungkap Motif Mahasiswa LIPIA di Jeulingke
ZF (20) mahasiswa asal Peudada Bireuen pelaku pembunuhan mahasiswa LIPIA Banda Aceh Dhiaul Fuadi. Foto: Komparatif.ID.

Komparatif.ID, Banda Aceh— Satreskrim Polresta Banda Aceh berhasil mengungkap kasus pembunuhan seorang mahasiswa Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam and Arab (LIPIA) Banda Aceh asal Aceh Barat, Dhiaul Fuadi, yang ditemukan tewas dengan luka tusukan di Gampong Jeulingke, Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh, pada Sabtu (19/10/2024).

Korban yang berusia 20 tahun itu ditemukan dalam kondisi bersimbah darah oleh adik kandungnya, Fidhaul Fuadi, yang baru saja pulang ke kost-nya di Lorong Cendana, Jeulingke, Banda Aceh, Sabtu (19/10/2024) setelah sempat keluar.

Kapolresta Banda Aceh, Kombes Pol Fahmi Irwan Ramli, melalui Kasat Reskrim, Kompol Fadilah Aditya Pratama, menjelaskan penemuan jasad korban berawal dari usaha adiknya untuk membuka pintu kamar.

Fidhaul kesulitan saat membuka pintu, yang terasa terhalang. Ketika mengintip dari jendela, ia melihat Dhiaul tergeletak bersimbah darah di lantai. “Saat saksi hendak membuka pintu kamar kos agak kesulitan seperti ada yang mengganjal, ternyata pas ngintip dari jendela, korban yang merupakan abang kandungnya sudah tergeletak bersimbah darah,” ujar Fadilah di Mapolresta Banda Aceh, Senin (21/10/2024).

Setelah menemukan korban, Fidhaul segera melaporkan kejadian tersebut kepada pemilik kos dan warga sekitar, yang kemudian menghubungi pihak kepolisian. Polisi segera datang ke lokasi untuk melakukan penyelidikan.

Baca juga: Ditinggal Beli Lontong, Dhiyaul Ditemukan Bersimbah Darah di Kost Lorong Cendana

Pelaku, yang diketahui bernama ZF (20), mahasiswa asal Bireuen, berhasil ditangkap pada Minggu (20/10/2024) dini hari di Asrama Peudada kawasan Kuta Alam.

polisi juga menemukan barang bukti berupa sepeda motor Fazzio milik pelaku, serta sebilah pisau dapur yang digunakan untuk menusuk korban. Saat diperiksa, ZF mengaku bahwa ia membunuh Dhiaul karena takut ketahuan saat berusaha mencuri ponsel di kamar kos tersebut.

“Pelaku ini sebelumnya memang pernah nginap di kos itu beberapa kali, pelaku kenal dengan adik korban. Tujuan dia mau curi handphone karena butuh uang, namun karena takut ketahuan oleh korban yang sedang tidur, maka ia nekat menghabisi korban,” ungkap Fadilah.

Tersangka yang dikenal pernah menginap di kos itu sebelumnya mencoba mencuri ponsel untuk mendapatkan uang, namun saat melihat korban yang sedang tidur, ia panik dan melakukan tindakan nekat.

“Pelaku yang kita tangkap yakni ZF (20), seorang mahasiswa asal Bireuen. Selain itu ada barang bukti berupa motor Fazzio miliknya, termasuk sebilah pisau dapur yang digunakan untuk menusuk korban,” jelas Fadilah.

ZF mengaku menusuk korban tiga kali, dua luka di bagian leher dan satu di bahu, sebelum melarikan diri dengan motornya. Ironisnya, ponsel yang ingin dicurinya malah tertinggal di lokasi.

Kehadiran ZF di kos korban sempat dipertanyakan oleh Hendriansyah (30), anak pemilik kos, yang melihat kedatangan ZF saat ia membakar sampah. Hendriansyah menyaksikan Fidhaul keluar dari kos dengan motor miliknya dan kemudian melihat seorang pria yang tidak dikenali, yang kemudian diketahui sebagai ZF, tiba di depan kos korban.

Hendriansyah menegur ZF dan menanyakan tujuannya, dan ZF menunjuk ke arah kos korban sebelum masuk. Beberapa waktu kemudian, ketika Fidhaul pulang, ia menemukan korban tergeletak tak bernyawa.

“Lalu pelaku masuk ke pekarangan kos dengan motornya, tidak lama berselang lalu dia keluar lagi dengan motornya. Saat adik korban pulang, di situlah korban ditemukan meninggal,” beber Kasat.

Hingga saat ini, kasus pembunuhan tersebut masih dalam penanganan Satreskrim Polresta Banda Aceh. ZF dijerat dengan Pasal 338 atau Pasal 340 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, dengan ancaman hukuman penjara antara lima belas hingga dua puluh tahun.

“Dengan ancaman hukuman penjara penjara lima belas tahun atau dua puluh tahun penjara, kasus ini masih didalami lebih lanjut,” pungkasnya.

Artikel SebelumnyaDiprotes Kubu Bustami, KIP Aceh Jelaskan Status Aryos Nivada di Tim Perumus Debat
Artikel Selanjutnya3 Pelaku Penyelundupan Rohingya ke Aceh Selatan Ditangkap

1 COMMENT

  1. Maulid yang membawa petaka akibat terlalu mementingkan gengsi, di aceh ni terlalu besar gengsi, salah satu stigma buat orang aceh juga, orang aceh besar gengsi. memang nggak salah ucapan banyaknya pelaku kriminal “pembunuhan” biasanya dilakukan oleh kerabat dekat atau orang dikenal. namun, disini alasan maulid dan nggak punya uang kok kesannya kyak dibuat-buat, karena barang korban yang ditarget tidak jadi diambil, kok kyak ada motif dendam. Tapi, wallahua’lam lah.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here