PO PMTOH, Bus Tertua Duta Serambi Mekkah

PO PMTOH
PO PMTOH merupakan perusahaan oto bus tertua di Aceh. Didirikan tahun 1957 oleh pengusaha asal Banda Aceh yang bernama Hasan. PMTOH punya trayek terjauh Banda Aceh-Solo. Foto: Asyariadi S. Disitat dari Komunitas Pecinta Bus Aceh.

Komparatif.ID, Banda Aceh—Perusahaan Otobus Perusahaan Motor Transport Ondernemer Hasan ( PO PMTOH) lahir pada tahun 1957. Ketika didirikan oleh Hasan, badan usahanya masih firma. PMTOH merupakan Bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) pertama di Aceh yang punya trayek terjauh yaitu Banda Aceh-Solo.

Sang legenda Tanah Rencong. Mungkin julukan itu tidak berlebihan bila ditabalkan kepada PO PMTOH. Karena perusahaan tersebut telah menjelajah setengah Nusantara, melayani kebutuhan rakyat Indonesia yang bepergian menggunakan angkutan darat.

Banyak kenangan yang tersemat di dalam ingatan orang Aceh tentang bus yang pantas dijuluki duta Serambi Mekkah. Karena perusahaan itu tumbuh seiring dengan memudarnya jasa kereta api.

Salah seorang yang memiliki kenangan dengan PO PMTOH adalah Ir. Saiful Azman. Alumnus Universitas Syiah Kuala tersebut beberapa kali pada era 1970-an berkesempatan menumpang bus tersebut ketika berangkat dari Sigli ke Banda Aceh.

Baca: Bireuen Express Dalam Kenangan Penumpang

Kepada Komparatif.id, Kamis (10/8/2023) Saiful Azman berkisah. Saat itu, PO PMTOH masih sangat sederhana. Body bus tersebut dibangun di atas chasis Chevrolet GMC buatan Amerika Serikat. Bagian belakang truk tersebut diubah menjadi deck penumpang, yang berbahan utama kayu. Tiang-tiangnya dibuat dari kayu pilihan seperti seumantok. Demikian juga dinding yang berupa papan yang dilapisi plat tipis kemudian dibubuhi dempul tebal.

Kondisi jalan belum mulus. Di sana-sini lubang menganga. Tak ada air conditioner, dan aroma di dalam bus beraneka ragam. Di atap bus, ditaruh barang bawaan penumpang, termasuk hewan seperti ayam dan kambing.

Ir. Saiful Azman tidak ingat lagi berapa ongkos dari Sigli ke Banda Aceh. Hal ini wajar, karena dia tinggal duduk manis saja di kursi panjang yang dibentang dari kiri ke kanan kabin bus. Ongkos dibayar oleh ibunya pada petugas loket di Kota Sigli.

Setiap melintas jalan rusak, aneka suara decit keluar dari gesekan papan, pelat, dan ikatan baut yang menyatukan bodi dengan chasis Chevrolet GMC.

Salah satu yang paling seru ketika bus mendaki punggung Gunung Seulawah. Jalan meliuk-liuk, melahirkan suasana harmoni. Suara decit dari bodi bus, menyatu dengan terpaan angin gunung yang sejuk. Membentuk irama samar karena disalup erangan mesin yang memuntahkan tenaga maksimal.

Baca: Sejarah PO Bus Bireuen Express

Yusmadi Rasyid, juga punya kenangan tentang bus tersebut. Ia menjelaskan, formasi kursi penumpang saat itu belum dua-dua seperti saat ini. Tapi formasi baris panjang dari kiri ke kanan. Senderannya dapat dilipat, supaya penumpang yang ingin duduk di deret belakang dapat melintas.

Tentang truk apa yang digunakan sebagai chasis dan mesin, Yusmadi menyebutkan seingatnya PMTOH pernah menggunakan Chevrolet Viking, dan Toyota Buaya.

Abie, seorang wiraswastawan yang bermukim di Bireuen, juga punya kenangan menumpang PO PMTOH.

Sekitar tahun 1976 atau 1977, Abie sering diajak ayahnya ke Kota Medan, Sumatra Utara. Mereka berangkat ke medan untuk keperluan berbelanja. Dia merekam dengan baik kondisi bus PMTOH tersebut di dalam ingatannya.

Interiornya sangat vintage untuk ukuran saat ini. Kursi penumpang berupa model senyawa memanjang dari kiri ke kanan. Satu-satunya pendingin udara yaitu kipas angin kecil yang dipasang di atas dashboard di depan sopir.

Tidak ada jendela kaca. Lubang angin berbentuk jendela, tidak memiliki penutup kaca. Di kiri-kanan dipasang terpal yang digulung ke atas dengan kunci flip berlubang dari bahan stainless.Bagasinya, semua barang penumpang ditumpuk di atas bus dan ditutup dengan terpal lebar.

Akses kernet menuju atap bus melalui tangga besi di belakang.

Siapa yang paling lelah? tentu saja semua lelah, apalagi kondisi jalan saat itu belum mulus. Cuaca yang gerah membuat semua orang berkeringat. Tapi saat itu semua hal tersebut biasa saja. Tidak ada yang mengomel.

Untuk mengelap daki dan keringat, sopir selalu menaruh selembar handuk kecil bergambar bunga warna pink yang disangkutkan di leher.

PMTOH yang sering ditumpangi oleh Abie dan ayahnya saat itu dibangun di atas chasis Chevrolet GMC ule tong, yang disopiri oleh Adnan. Abie memanggilnya Bang Nan. Si sopir masih kerabat dekat ayahnya.

PO PMTOH sangat terkenal di kalangan perantau. Karena selalu punya tempat untuk siapa saja yang hendak melakukan perjalanan, tapi kekurangan ongkos, atau bahkan tidak punya ongkos sama sekali. Kebaikan hati para sopir yang direstui oleh owner PO tersebut, melekat kuat di ingatan para penumpangnya, termasuk mahasiswa.

Lambat laun, kepanjangan PMTOH disebut Pak Minta Tolong Ongkos Habis. Munzir Al-Munir yang kini bermukim di Jakarta, ingat betul istilah itu. Demikian juga Usman Abdullah, pria kelahiran Pidie, yang kini bermukim di Jeunib, Bireuen.

Saking legendarisnya, oleh generasi 90-an, kepanjangan PMTOH diplesetkan menjadi Pancuri Manok Toh Boh. Kepanjangan itu seiring tumbuhnya plesetan untuk PJR, yang oleh warga di Aceh disebut Pancuri Jalan Raya, karena seringnya polisi razia kendaraan bermotor.

Tahun 1997, PMTOH sangat maju. Pelaku perjalanan antar pulau, menggemari PMTOH karena tidak mengalihkan penumpang di jalan. Integritas PO PMTOH teruji. Bila trayeknya Banda Aceh-Jakarta, maka penumpangnya diangkut sampai ke Jakarta tanpa mengganti armada.

“Bus-bus lain saat itu, seringkali mengoper penumpang ke bus lain di terminal. Tidak demikian dengan PO PMTOH. Mereka melakukan perjalanan penuh sesuai trayeknya,” kenang Munawar Ibrahim, yang pernah menumpang bus tersebut dari Matangglumpangdua-Jakarta.

Perjalanan Matangglumpangdua-Medan mencapai tiga hari. Dia naik bus tersebut pukul 10 malam. Diberikan kursi nomor 29. Bus tersebut penuh. Tiba di Geudong, Aceh Utara, dia dipindahkan ke kursi tempel di samping sopir.

Kernet mengibus Munawar. Si kernet mengatakan Munawar sebentar saja di kursi tempel. Ternyata dia harus duduk di kursi sempit di samping sopir hingga mereka sampai ke Kota Medan.

Duduk di samping sopir rupanya sangat asyik. Munawar tidak mau pindah lagi. Duduk di samping sopir merupakan pengalaman yang mahal. Karena dia dapat melihat pemandangan di sepanjang perjalanan.

Sejarah PO PMTOH

Dalam wawancara di channel Youtube Perpalz TV, Jumadi yang merupakan generasi ketiga, bercerita tentang perusahaan oto bus yang dibangun kakeknya.

Pria yang akrab disapa Bang Adi, dan kini bermukim di Medan, Sumatra Utara, berkisah bahwa perusahaan itu dibangun tahun 1957. Tidak berumur lama, tahun 1960, PMTOH berhenti beroperasi.

Tahun 1964, PO PMTOH dihidupkan kembali oleh Abdul Hamid, yang merupakan ayahnya Jumadi. Saat itu layak disebut bila PO PMTOH lahir kembali, setelah sejumlah anggota PO tersebut—pemilik bus—mengajak perusahaan tersebut dihidupkan kembali. Sejak saat itu, sampai sekarang, bus AKAP itu terus berjalan melayani anak negeri.

Trayek Banda Aceh-Jakarta dibuka pertama kali tahun 1986, ketika Adi kuliah di Jakarta. Pengurusan izin trayek memakan waktu setahun. Ternyata, kantor Jakarta diserahkan kepada Adi oleh Abdul Hamid. Sejak itu dia tidak lagi dikirimkan uang. Dia harus dapat memenuhi kebutuhan studi dan belanja hari-hari dari usaha tersebut. Adi sukses mengemban amat tersebut. Dalam perjalanan waktu, trayek semakin jauh; Banda Aceh-Solo. Itu line terjauh yang dilayani oleh PO itu.

Sebagai armada darat yang melayani berbagai kelas penumpang, PO PMTOH seringkali memberikan tumpangan gratis untuk siapa saja yang ingin pulang atau berangkat. Syaratnya penumpang itu harus memberitahukannya kepada sopir. Karena rasa sayang, siapa saja yang meminta tolong, pasti ditolong. Bahkan dapat bonus, berupa dibawa serta oleh sopir ketika tiba waktu makan di warung yang menjadi langganan.

Perusahaan tersebut terus berbenah sesuai perkembangan zaman. Armadanya secara rutin di-upgrade— hingga menggunakan sasis Mercedes Benz.

Artikel SebelumnyaHasil Penelitian: Wisata Islami Aceh Punya Potensi, Tapi Tidak Terkonsep
Artikel SelanjutnyaFokusgampi Banda Aceh Gelar Seminar Pendidikan Parenting
Muhajir Juli
Jurnalis bersertifikat Wartawan Utama Dewan Pers. Penulis buku biografi, serta tutor jurnalistik.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here