Ketika Interlude Ogut Suping Mengguncang Stadion Lampineung

Foto untuk album Semut Hitam. (ki-ka) Donny Fattah, Teddy Sujaya, Achmad Albar, Ian Antono, Jockie Soerjoprajogo. God Bless merupakan pelopor kostum glam rock di Indonesia. Foto: Variasi.
Foto untuk album Semut Hitam. (ki-ka) Donny Fattah, Teddy Sujaya, Achmad Albar, Ian Antono, Jockie Soerjoprajogo. God Bless merupakan pelopor kostum glam rock di Indonesia. Foto: Variasi.
Satu lagu yang membuat Stadion Lampineung malam itu seperti terguncang adalah tembang hardrock Ogut Suping, memancing adrenalin puluhan ribu penonton untuk berjoget.

***

God Bless, sebuah grup rock mapan yang tidak membutuhkan pembuktian lagi. Pengalaman lima dekade malang melintang di percaturan musik rock tanah air membuktikan bahwa mereka bukan musisi kaleng kaleng.

Usianya memang tidak muda lagi, namun nama besar yang mereka sandang belum tergantikan sampai hari ini. Tidak terbantahkan, grup musik rock legendaris ini telah dianggap sebagai role model bagi musisi musisi rock setelahnya dalam memajukan musik cadas tanah air.

Kiprah God Bless selama 50 tahun terakhir hampir tidak tertandingi oleh grup musik lain yang se-genre. Bagi generasi jeans belel seperti saya, tahun 80-an merupakan tahun di mana musik rock adalah vitamin, darah dan jati diri.

Pada tahun 1988, masih terngiang dalam ingatan bagaimana jiwa muda kami memberontak manakala rombongan armada tur God Bless yang di sponsori oleh promotor asal Surabaya Log Zhelebour melintasi jalanan kota menuju Stadion Lampineung, Banda Aceh.

Jarum jam seakan berhenti berputar. Bermodalkan selembar tiket konser dan uang seadanya, bersama teman teman kami rela berjibaku untuk mendapatkan “spot kelas satu” di depan panggung. Harus!

Bayangkan saja, mulai jam lima petang trotoar jalanan Teuku Nyak Arief mulai dipadati oleh God Blesser yang rela berjalan kaki menuju arena konser untuk menonton sang idola.

Malam itu, raungan sound system berkekuatan 60.000 watt menghentak arena konser. Stadion bergemuruh, penonton berjoget ria manakala satu persatu pentolan God Bless unjuk kepiawaian.

Kabar baiknya, malam itu saya dapat menyaksikan sesuatu yang hanya pernah saya dengar tapi belum pernah saya lihat. Kabar buruknya, saya pulang tak berbaju.

Sekilas sejarah, grup musik rock yang berasal dari Jakarta ini dibentuk pada Mei 1973, yang beranggotakan Achmad Albar (vokal), Almarhum Fuad Hassan (drum), Ludwig Lemans (lead gitar), Donny Fattah (bass) dan Almarhum Jockie Soerjoprajogo (keyboard).

Ide pembentukannya bermula ketika Ahmad Albar kembali dari Belanda. Bersama Ludwig Lemans, vokalis kharismatik berdarah Arab yang biasa disapa “Iyek” ini ingin melanjutkan karirnya sebagai musisi di tanah kelahirannya. Indonesia.

Pada suatu momen, berbekal pengalaman bermusik di Belanda, Ahmad Albar bersama band barunya God Bless akhirnya didapuk oleh panitia sebagai band pembuka grup band legendaris dunia, Deep Purple.

Saat super grup yang digawangi Ian Gillan cs menggelar konser di Stadion Gelora Senayan pada tahun 1975. God Bless ketiban durian runtuh. Karena bisa tampil sepanggung bersama Deep Purple, sama seperti mendapat iklan gratis menuju panggung yang lebih besar. Dan itu berhasil. Bendera God Bless berkibar dan dikenal.

Sempat beberapa kali gonta ganti formasi. Posisi Ludwig Lemans sebagai gitaris yang cabut balik ke Belanda diisi oleh Ian Antono, yang pada akhirnya menjadi “trademark” God Bless itu sendiri.

Demikian juga pasca-insiden kecelakaan almarhum Fuad Hassan, posisinya kemudian diisi oleh Teddy Sudjaya sebagai drummer, yang pada akhirnya juga jadi legenda di sana.

Baca juga: Slash, Rocker Marlboro Merah

Dengan formasi baru itu, tahun 1983 mereka berhasil menelurkan sebuah album berkelas, Cermin. Konon album ini memiliki aransemen yang lumayan rumit dan dipersiapkan dengan sangat hati hati oleh Iyek dan kawan kawan. Konsep musik pun dibikin sedikit lebih modern dari album sebelumnya.

Foto untuk album Cermin. (ki-ka) Teddy Sudjaya, Achmad Albar, Abadi Soesman, Ian Antono, Donny Fattah. Foto: Kamar Musik.
Foto untuk album Cermin. (ki-ka) Teddy Sudjaya, Achmad Albar, Abadi Soesman, Ian Antono, Donny Fattah. Foto: Kamar Musik.

Beberapa lagu andalan seperti Balada Sejuta Wajah, dan Anak Adam dan Musisi, dapat bercerita bahwa personel personel yang bernaung di bawah bendera God Bless bukan sekumpulan pencipta lagu amatiran.

Naluri bisnis Log Zhelebour, seorang promotor musik yang kenal banyak dengan beberapa pegiat rock mulai bereksplorasi untuk membangunkan kembali geliat rock tanah air dari tidur panjang.

Log mulai merintis lewat festival-festival rock Indonesia dengan mengumpulkan grup rock daerah yang mempunyai prospek cerah. God Bless yang kala itu sudah mulai unjuk gigi dengan warna rock gaya baru (hard rock, glam metal) menyambut baik ide brilian Log Zhelebour yang kemudian menyertakan beberapa anggota bandnya untuk bergabung bersama, Log sebagai juri.

Dampak besar dari festival itu kemudian lahirlah grup grup rock beken yang tidak kalah hebat seperti Elpamas, Power Metal, Kamikaze, Kaisar dan Grass Rock.

Usai menjadi juri pada festival tersebut, God Bless akhirnya bangkit setelah beberapa saat vakum. Log Zhelebour kembali pasang badan sebagai sponsor utama. Pria energik yang memiliki nama lahir Ong Oen Log ini lahir di Surabaya pada 1959 silam.

Log merupakan seorang produser top, dan tentunya seorang raja festival yang tidak ada dua. Tangan dinginnya telah banyak melahirkan “rockstar” melalui festival festival yang ia gelar.

Tanyakan saja kepada para rockstar yang pernah eksis tentang bagaimana jasa Log Zhelebour terhadap karir mereka. Log Zhelebour adalah ayahnya para rocker.

Tidak menunggu lama, Log Zhelebour Production langsung menyusun strategi bersama punggawa-punggawa God Bless untuk naik dapur rekaman dan tour besar besaran keliling Indonesia. Naluri Log tidak meleset.

Akhirnya mereka comeback bersama. Album legendaris “Semut Hitam” pun meluncur pada tahun 1988. Kembalinya mereka ke dapur rekaman setelah vakum lama tahun menorehkan prestasi yang luar biasa. Album ini benar benar meledak di pasaran dan menjadi album terlaris God Bless sepanjang sejarah.

Album tanpa cacat ini hampir seluruhnya menjadi hits dan menjadi referensi band-band rock lain saat mereka tampil. Benar-benar gila, waktu itu saya sampai harus membeli ulang karena pitanya lecek saking seringnya saya putar.

Tembang tembang ikonik seperti Kehidupan, Rumah kita, Semut Hitam, Ogut Suping, Suara Kita, Orang Dalam Kaca, Damai Yang Hilang, dan Trauma, langsung menggebrak.

Di album ini seluruh pentolan grup habis-habisan. Mereka benar-benar mengubah konsep musiknya. Dari yang awalnya lebih bernuansa rock progresif, secara drastis mereka ubah menjadi lebih keras ke hard rock dan glam metal. Tujuannya adalah untuk menjawab selera pasar dan sisi komersial. Walaupun demikian, kualitas serta warna musik God Bless masih terasa kental di dalamnya.

Sebagai imbalan, album ini mampu mengantarkan God Bless ke puncak popularitas. Majalah musik Rolling Stone mengganjar God Bless ke dalam daftar The Immortals 25 artis Indonesia terbesar, dan terpilihnya tembang “Kehidupan” menjadi salah satu dari 150 lagu Indonesia terbaik sepanjang masa. Amazing!

Secara keseluruhan album ini sangat menginspirasi. Tapi satu lagu yang membuat Stadion Lampineung malam itu seperti terguncang adalah tembang hardrock Ogut Suping yang mampu memancing adrenalin puluhan ribu penonton untuk berjoget.

Pernahkah engkau mendengar
Bahasa prokem yang paling-paling
Dibolak balik, digonta ganti
Yang tak mengerti kan pusing tujuh keliling.

Ingin mereka mencari
Bentuk pribadi yang mandiri
Terlepas dari segala tradisi
Aturan yang telah ada
Oh yeah

Artikel SebelumnyaAbu Mudi: Bustami Gubernur Pilihan Kita
Artikel SelanjutnyaHoaks Ancaman Tertinggi Pilkada 2024
Sibran Malasi (Abie Bram)
Penikmat kopi stengky dan swastawan yang gemar membaca.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here