Komparatif.ID, Banda Aceh— Keluarga almarhum Dhiaul Fuadi (20) yang ditemukan tewas akibat luka tusukan di kosnya beralamat di lorong Cendana, Gampong Jeulingke, Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh, pada Sabtu (19/10/2024) meminta kepolisian penyelidikan kasus tersebut secara menyeluruh.
Keluarga berharap masyarakat berhenti menyebarkan spekulasi yang simpang siur terkait motif di balik pembunuhan ini. Keluarga korban, terutama mereka yang berada di Meulaboh, merasa tertekan dengan beredarnya berbagai spekulasi yang bisa mempengaruhi proses pengungkapan kasus.
Keluarga Dhiaul meminta agar segala informasi yang bisa mendukung terangnya kasus ini disampaikan langsung kepada keluarga atau kepada tim Rimueng Satreskrim Polresta Banda Aceh.
“Mengenai isu yang beredar di media, kami ingin menyampaikan bahwa apabila ada informasi/petunjuk yang sifatnya untuk menerangi kasus ini, tolong diberitahu kepada kami keluarga atau kepada pihak kepolisian,” ujar kakak sepupu korban, Muhammad Ramdanul Halim pada konpers di Warkop Bang Coy, Banda Aceh, Jumat (25/11/2024).
Motif pembunuhan yang mengarah pada faktor finansial juga disoroti keluarga dengan skeptisisme. Meskipun ada dugaan pelaku melakukan pencurian, tidak ditemukan barang berharga seperti ponsel korban di tangan pelaku.
Keluarga mendesak pihak kepolisian untuk mengeksplorasi berbagai kemungkinan motif, termasuk keterkaitan hubungan antara korban dan pelaku.
Ramadanul Halim menjelaskan setelah melakukan penelusuran, pelaku diketahui bukan teman dekat Dhiaul. Pertemuan pertama mereka terjadi setahun yang lalu melalui seorang teman korban.
Bahkan adik korban, Fidaul, yang tinggal bersama Dhiaul, tidak mengenal pelaku meskipun pelaku mengaku mengenalnya. “Yang membuat bingung keluarga disini adalah apa hubungan pelaku dengan si korban,dan setelah mencari ternyata si pelaku bukan kawan dekat korban,” lanjutnya.
Baca juga: Polisi Ungkap Motif Pembunuhan Mahasiswa LIPIA di Jeulingke
Keluarga juga mengaku bingung dengan hubungan antara keduanya, mengingat Dhiaul yang dikenal tidak memiliki masalah dalam pertemanannya dan bahkan tidak suka berutang.
Keluarga juga meminta pihak yang pernah menjalin hubungan dengan Dhiaul atau memiliki komunikasi khusus dengannya, berani tampil dan memberikan kesaksian untuk melengkapi informasi mengenai kehidupan pribadi korban.
“Kalau memang ada mendengar/membaca tentang ini, pacar Dhiyaul nampakkan dirimu dek, sampaikan komunikasi kalian, mungkin komunikasi kalian baik baik saja, tapi dengan tidak ada kejelasan seperti ini menjadi lain cerita,” pinta Ramadanul Halim.
Selain itu, keluarga merasa janggal dengan motif pembunuhan dipicu oleh faktor finansial, mengingat pelaku bukan berasal dari latar belakang ekonomi menengah ke bawah. Selain itu, barang-barang berharga milik korban seperti telepon genggam tidak berada pada pelaku
Di sisi lain, Hamsari Ayu, kakak sepupu korban, mengapresiasi kepolisian atas keberhasilan menangkap pelaku dalam waktu singkat. Namun, ia juga mendesak agar penyelidikan lebih lanjut terus dilakukan, terutama mengenai detail luka tusukan yang dialami Dhiaul.
Luka tersebut mencapai kedalaman 8 cm, menurutnya, tidak selaras dengan narasi bahwa pembunuhan dilakukan sekadar karena alasan adu fisik. Hamsari meyakini luka-luka ini justru mengindikasikan adanya niat jahat yang lebih terencana.
“Terkait luka tusukan yang dialami korban, kedalaman nya sampai 8 senti ini mohon dikembangkan. Kami sebagai orang awam melihat ini sebagai petunjuk, bahwasanya ini bisa dibuktikan sebagai niat terencana,” ujar Hamsari.
Hamsari juga mengungkapkan keraguan keluarga mengenai pengakuan pelaku yang menyebut bahwa ia membunuh Dhiaul dalam keadaan tertidur. Luka tusukan yang ditemukan pada korban, menurutnya, sangat tidak masuk akal jika hanya dianggap sebagai akibat dari perkelahian.
Berdasarkan informasi dari masyarakat di Peudada yang dikumpulkan keluarga Dhiaul Fuadi, pelaku diketahui bukan berasal dari keluarga yang kesulitan ekonomi, bahkan tergolong dari kalangan menengah ke atas. Dengan demikian, motif ekonomi sulit diterima keluarga sebagai alasan tunggal tindakan pembunuhan ini.
“Kami menduga tidak serta merta motif ekonomi tapi ada motif lain dalam kasus ini, dan kami mendorong pihak kepolisian untuk mengusut tuntas,” ungkapnya.
Selain itu, Hamsari menyampaikan kekhawatiran keluarga mengenai pengetahuan pelaku terkait aspek-aspek pidana, terutama setelah diketahui bahwa pelaku sempat melakukan pencarian di internet mengenai fungsi Inafis sesaat sebelum ditangkap.
Menurutnya, hal ini menambah indikasi bahwa pelaku mungkin memiliki rencana atau pemahaman yang cukup mengenai tindak pidana, yang menambah keanehan dalam kasus ini.
Keluarga juga berencana membuka akun Instagram khusus, @justice_for_dhiyaulfuadi, untuk memfasilitasi siapa saja yang mengetahui informasi mengenai keberadaan atau interaksi terakhir korban dalam satu minggu sebelum kejadian, sehingga dapat membantu memperjelas motif yang sebenarnya.
Persis komen saya waktu polisi kasih tau alasannya pembunuhannya. janggal dan kya dibuat-buat. karena diatas juga disebutkan “pacar” kemungkinan ada alasan lain yang terlibat disini. kadang “perempuan” bikin laki jadi gelap mata.