Elon Musk dan Madu Dalam Cawan Tuba di Twitter

Elon Musk pertama kali datang ke markas Twitter membawa wastafel. Foto: twitter.com/elonmusk.
Elon Musk pertama kali datang ke markas Twitter membawa wastafel. Foto: twitter.com/elonmusk.

Elon Musk dan Twitter seperti cinta yang terlanjur. Bila melihat ke belakang, pemegang saham mayoritas di di Tesla.Inc tersebut termakan omongannya sendiri, yang membuat ia mau tak mau harus mau membeli Twitter.

Hubungan Elon Musk dan Twitter sempat tidak mulus. Ia bahkan nyaris digugat karena membatalkan pembelian terhadap platform media sosial tersebut. Pun demikian, akhirnya Musk membeli Twitter dengan harga Rp685 triliun. Angka sebesar itu, melampaui besaran anggaran pendidikan Indonesia di dalam APBN 2023 Rp612,2 triliun.

Begitu mengambil alih Twitter, Elon Musk langsung melakukan bersih-bersih di internal. Orang pertama yang ia tending keluar yaitu CEO Twitter Twitter Parag Agrawal dan Chief Financial Officer (CFO) Ned Segal. Pemecatan keduanya diduga ada hubungan dengan rentang panjang yang pada akhirnya membuat Elon tak punya pilihan selain membeli media sosial tersebut.

Tidak cukup hanya dengan menendang keluar dua petinggi, Elon pun melakukan pemberhentian pegawai di seluruh dunia. Langkah pemberhentian pekerja dilakukan Oktober 2022 dan terus berlanjut.

Selain memberhentikan lebih dari 50% karyawan, Elon juga memberikan perintah supaya karyawan yang tersisa menandatangani kontrak budaya kerja hardcore pada awal bulan Februari 2023. Namun banyak yang menolak dan mau tak mau harus hengkang.

Pemberhentian karyawan secara besar-besaran berdampak pada layanan Twitter. Namun sepertinya Elon Musk tak peduli. Ia mengatakan harus bekerja keras untuk menstabilkan organisasi perusahaan Twitter, dan bila itu sudah tercapai, tugas pemimpin tertinggi akan diserahkan kepada seorang CEO.

Elon Musk benar-benar bekerja melakukan sweeping internal tanpa kenal ampun. 10 persen karyawan tersisa juga terkena dampak PHK. Mereka tiba-tiba kehilangan akses ke akun email dan laptop perusahaan. Pemutusan akses itu dimulai Sabtu malam (25/2/2023).

Kepala Layanan Berlangganan Twitter Blue Esther Crawford, yang sebelumnya bersedia bekerja dengan budaya kerja baru, dan telah bersumpah bersedia bekerja serba bisa, juga dimasukkan ke dalam kotak oleh Musk.

Crawford adalah pendiri aplikasi berbagi layar Squad dan bergabung dengan Twitter setelah perusahaannya diakuisisi oleh raksasa media sosial tersebut pada akhir tahun 2020.

Crawford men-tweet tentang kepergiannya: “Hal terburuk yang bisa Anda dapatkan dari menonton saya masuk semua di Twitter 2.0 adalah bahwa optimisme atau kerja keras saya merupakan sebuah kesalahan… Saya sangat bangga dengan tim yang telah membangun melalui begitu banyak kebisingan & kekacauan.”

Martin de Kujiper, pendiri platform buletin Revue dan Haraldur Thorleifsson, pendiri firma desain Ueno’s (kedua perusahaan tersebut diakuisisi oleh Twitter pada tahun 2021) juga termasuk di antara mereka yang di-PHK pada hari Minggu (26/2/2023).

Baca juga: Elon Musk Tarik Tawaran Bernilai 600 Triliun Untuk Twitter

Pesan mengejek Elon Musk diproyeksikan oleh aktivis Alan Marling di Twitter HQ di San Francisco. Foto: Alan Marling.

Elon Musk Bersih-bersih di Twitter Sangat Kabur

Alasan di balik PHK terbaru tidak jelas. Setelah pembersihan besar-besaran terakhir, Musk memberitahu karyawan bahwa tidak akan ada lagi PHK dan perusahaan sekarang mencari untuk merekrut. Terlepas dari janji itu, PHK intermiten terus berlanjut di Twitter.

Alex Heath dari The Verge, mengutip mantan karyawan Twitter, melaporkan bahwa pemangkasan pada hari Minggu mungkin merupakan awal bagi Musk untuk memasang “rezim baru” di Twitter. Dia menambahkan bahwa Twitter memiliki kurang dari selusin orang yang “tetap mengerjakan produk dan desain konsumen”.

Lalu, benarkah Elon Musk benar-benar ingin melahirkan rezim baru yang lebih trengginas dalam bisnis? Ataukah ini bentuk “balas dendam” karena ia “dikerjai” oleh rezim lama yang membuat dirinya harus menjual sebagian saham di Tesla demi “kewajiban” membeli Twitter?

Namun sejumlah pihak lainnya menduga bahwa penghentian terhadap mayoritas karyawan karena pada Desember 2022 bisnis iklan Twitter anjlok hingga 71 persen. Kemudian saham di bursa Wall Street ikut menyusut 65 persen sepanjang 2022 akibat penerapan budaya baru yang kontroversial.

Musk setidaknya telah memangkas 70 persen atau sekitar 2.000 karyawannya, untuk menekan pembengkakan pengeluaran di tengah ancaman krisis pasar global. Secara bertahap, sejak Oktober 2022 dia telah melakukan delapan gelombang PHK.

Tak hanya memangkas jumlah karyawan pada awal bulan lalu, Musk bahkan turut menutup beberapa kantor cabang Titter yang ada di India, Singapura, London dan California usai perusahaan menunda pembayaran sewa gedung senilai ratusan miliaran dolar, selama berbulan– bulan.

Hubungan hati Elon Musk dengan rezim lama, ditambah merosotnya pendapatan dan ambruknya kinerja, membuat sang bisnisman seperti kepalang menengak madu dalam cawan tuba. Mau tak mau harus mencari penawar.

Artikel SebelumnyaSMK BLUD, Bukan Sekolah Kejuruan Biasa
Artikel SelanjutnyaBank Aceh Salurkan KUR Tahap 1 Senilai Rp 510 Miliar
Muhajir Juli
Jurnalis bersertifikat Wartawan Utama Dewan Pers. Penulis buku biografi, serta tutor jurnalistik.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here