Komparatif.ID, New York— Elon Musk telah menarik tawarannya 44 Milyar USD—atau setara 600 Triliun Rupiah, untuk mengakusisi Twitter. Setelah proses dan kesepakatan berlangsung berlarut-larut, Musk akhirnya resmi menarik tawarannya.
“Musk mengakhiri perjanjian merger karena Twitter melakukan pelanggaran material terhadap beberapa ketentuan, tampaknya (twitter) telah membuat pernyataan palsu dan menyesatkan yang diandalkan oleh Musk ketika memasuki perjanjian merger, dan kemungkinan akan mengalami Kerugian Material Perusahaan” tulis pengacara Musk di Twitter.
Tapi mundur dari perjanjian kesepakatan itu tidaklah mudah. Menurut perjanjian akuisisi setebal 95 halaman yang diajukan ke Komisi Sekuritas dan Bursa AS, Musk terlebih dahulu harus membuktikan bahwa Twitter telah melanggar perjanjian asli, atau ia berisiko dituntut dengan biaya pemutusan kontrak senilai 1 miliar USD.
Pihak Twitter pada hari Jumat (8/7) mengatakan bahwa pihaknya berencana untuk menuntut Musk untuk menyelesaikan merger senilai 44 miliar USD. Dalam pengajuan Jumat, pengacara Musk menulis bahwa Twitter belum memberikan informasi tentang “proses untuk mengaudit penyertaan akun spam dan palsu” meskipun sudah ada permintaan berulang.
“Twitter telah gagal atau menolak untuk memberikan informasi ini. Terkadang Twitter mengabaikan permintaan Musk, terkadang menolaknya karena alasan yang tampaknya tidak dapat dibenarkan, dan terkadang mengklaim untuk mematuhinya sambil memberikan informasi yang tidak lengkap atau tidak dapat digunakan kepada Musk” kata pengacara Musk.
Musk juga mengatakan bahwa informasi tersebut sangat penting untuk kinerja bisnis dan keuangan Twitter, dan diperlukan untuk menyelesaikan merger.
Perusahaan mengatakan “yakin kami akan menang di pengadilan kanselir Delaware”, pengadilan di mana pertikaian hukum anatara Musk dan Twitter akan terjadi.
Sebelumnya, Musk mengumumkan tawaran pengambilalihan Twitter pada 14 April , dan dewan Twitter setuju setelah Musk mengkonfirmasi paket pendanaan untuk kesepakatan yang mencakup 21 miliar USD dari uangnya sendiri.
Dengan perjanjian kesepakatan itu, Musk berhak mengontrol dan mengendalikan jaringan media sosial dengan lebih dari 200 juta pengguna. Musk berjanji untuk mendorong reformasi paltform, termasuk melonggarkan pembatasan kontennya, membersihkan platform dari akun palsu dan otomatis, dan beralih dari model pendapatan berbasis iklan.
Musk mengumumkan pada 13 Mei lalu bahwa kesepakatan itu “ditunda” sementara. Ia menunggu detail yang mendukung pernyataan Twitter bahwa kurang dari 5 persen penggunanya adalah akun spam atau palsu. Musk mengklaim angkanya adalah 20% dan mengatakan Twitter perlu menunjukkan bukti angka yang lebih rendah agar pembelian dapat dilakukan.