Setiap lelaki yang sudah dewasa di Gampong Blang Dalam wajib merantau. Mereka memilih merantau ke Malaysia. Selain karena Malaysia dekat dengan Aceh, ketersediaan lapangan kerja yang sangat banyak, menjadi pendorong utama pria Blang Dalam merantau ke Malaysia.
Merantau ke Malaysia bermula karena banyak gampong di Aceh menghadapi tantangan ekonomi yang sulit; dengan beberapa masalah yang paling umum di antaranya meliputi kurangnya lapangan kerja yang layak, keterbatasan akses terhadap pendidikan dan pelatihan keterampilan, serta kurangnya infrastruktur dan layanan sosial.
Kondisi ini tentu sangat mempengaruhi kualitas hidup masyarakat gampong, sehingga banyak orang terpaksa mencari peluang di luar gampong mereka untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Gampong Blang Dalam tidak terlalu luas, jumlah rumah yang ada di sana hanya 73 unit. Jumlah penduduk 1.790 jiwa yang terhimpun dalam 477 KK. Orang-orang muda di sana, khususnya laki-laki, umumnya merantau ke Malaysia.
Baca:Trans Continent Buka Kantor Overseas Ketiga di Malaysia
Banyaknya pemuda yang merantau ke Malaysia, membuat gampong tersebut kekurangan tenaga bila gotong royong. Mereka juga kekurangan “atlet” bila digelar pertandingan sepakbola dan volley. Apalagi saat pelaksanaan maulid, kekurangan personel pendukung sangat terasa.
Pekerjaan utama warga Blang Dalam, Kecamatan Babahrot, Kabupaten Aceh Barat Daya yaitu petani. Mungkin lebih tepatnya petani tanpa keahlian bertani yang memadai. Umumnya mereka menjadi petani karena turun-temurun. Bukan berdasarkan keahlian, tapi karena faktor “nasib”.
Lalu, mengapa para pemuda dan lelaki dewasa di sana memilih merantau ke Malaysia? Ini terkait dengan peluang ekonomi dan pekerjaan yang lebih baik. Alasan pertama karena di Malaysia, terutama di sektor-sektor seperti konstruksi, perkebunan, atau layanan domestik, seringkali terdapat peluang untuk mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pekerjaan yang tersedia di Aceh.
Merantau ke Malaysia menjadi pilihan pria muda di Aceh –khususnya di Blang Dalam—karena selain kesempatan kerja lebih luas, juga ongkos yang diterima lebih besar. Tingkat inflasi yang tidak gila-gilaan di sana, membuat uang yang disimpan lebih banyak. Apalagi ketimpangan nilai tukar ringgit yang tidak sejomplang rupiah.
Siapa saja yang sudah memiliki rencana ingin melamar gadis pilihan hatinya, maka merantau ke Malaysia menjadi pilihan utama. Bahkan, seringkali prosesi pertunangan terjadi tatkala calon mempelai pria masih berada di negeri jiran.
Tanah Aceh memang sangat subur. Isi perut bumi Aceh sangat kaya sumber daya mineral. Laut dan daratan Aceh mengandung gas bumi yang sangat banyak. Tapi semua kekayaan itu belum bisa menjadi penopang harapan orang Aceh.
Orang Aceh tetap saja miskin. Umumnya hidup dalam kondisi ekonomi pas-pasan. Hanya sekadar cukup makan dan cukup minum. Mereka kekurangan uang untuk meningkatkan taraf hidup.
Lapangan kerja di Aceh sangat terbatas. Umumnya hanya buruh kasar. Para sarjana banyak yang menganggur. Tingkat inflasi tinggi. Apalagi di kota-kota. Biaya hidup lebih tinggi dari pendapatan.
Selain faktor ekonomi, ada juga faktor sosial dan budaya yang kuat. Di masyarakat seperti Gampong Blang Dalam, mahar perempuan tidak tergolong murah. Meskipun tidak patut disebut mahal, tapi mahar di Aceh umumnya membuat calon mempelai pria harus bekerja ekstra.
Semakin tinggi pendidikan atau status sosial keluarga calon mempelai wanita, maka akan semakin tinggi pula mahar yang harus dipenuhi oleh si lelaki. Untuk daerah Abdya saja mahar rata-rata minimal lima manyam emas, ditambah tetek bengek lainnya.
Keberadaan keluarga dan rekan satu kampung di tanah rantau juga memainkan peran penting. Tentu saja hal ini menambah minat dan keyakinan para pemuda tersebut untuk merantau, karena mereka berpikir ada seseorang yang mereka kenal untuk dijadikan tempat berbagi dan saling memberikan dukungan, informasi, dan bantuan praktis, seperti tempat tinggal sementara dan bantuan dalam mendapatkan pekerjaan.
Dengan pengaruh cerita sukses dari orang-orang yang telah merantau, memberikan inspirasi dan dorongan bagi pemuda lain untuk mencoba peruntungan yang sama. Mereka melihat contoh-contoh nyata dari orang yang kembali dengan kondisi ekonomi yang lebih baik dari sebelumnya dan berharap dapat mencapai hal yang sama.
Dengan demikian, kombinasi dari keterbatasan lapangan kerja lokal, peluang penghasilan lebih tinggi di Malaysia, tekanan sosial dan budaya, dukungan komunitas, harapan keluarga, serta pengaruh cerita sukses, semuanya berperan dalam mendorong banyak pemuda dari Gampong Blang Dalam untuk merantau ke Malaysia.
Ditulis oleh Sri Misrina, mahasiswa Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh.