“Untuk memajukan daerah, 5 syarat calon bupati Bireuen harus dipenuhi oleh sosok yang mengajukan diri. Jangan terkecoh dengan muka manis dan janji penuh manisan”
Pilkada 2024 sudah di depan mata. Lalu siapa yang layak memimpin Bireuen untuk lima tahun ke depan? Beberapa nama muncul sebagai sosok yang dianggap layak dan pantas memimpin Bireuen ke depan. Tapi pertanyaannya apakah mereka mampu?
Tahun 2024 jumlah APBK Bireuen sebesar Rp2 triliun. 1,7 triliun di antaranya merupakan tranfer dari Pemerintah Pusat. Pendapatan asli daerah hanya 184 miliar lebih, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah Rp30 miliar sekian.
Dalam sebuah acara Sekda Kabupaten Bireuen Ibrahim Ahmad mengatakan, keadaan APBK 2024 dalam kondisi berimbang. Defisit belanja sama besarnya dengan surplus pembiayaan. Tapi ingat, bahwa diorama ideal tersebut,sejatinya hanya sekadar utopia. Keadaan keuangan Bireuen tidak dalam keadaan baik-baik saja.
Baca: Energi Baru [dari] Bustami
Di tengah lemahnya Pemerintah Kabupaten Bireuen meningkatkan jumlah pendapatan daerah, ada fakta lain yang tidak kalah miris. Bahwa banyak anggaran yang ada di Bireuen, sejatinya tidak seutuhnya dikelola untuk kepentingan pembangunan dalam arti berguna seluruhnya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Bireuen.
Dalam beberapa kali diskusi dengan sejumlah pengusaha jasa kontruksi, mereka mengaku telah lama menutup perusahaan karena tak kunjung menang dalam tender. Mereka mengklaim proyek-proyek pembangunan yang dianggarkan dalam APBK di Bireuen, telah dikuasai oleh kalangan-kalangan tertentu yang bertaji.
Misalnya ada 100 paket proyek pembangunan, 100 itu sudah dimiliki tidak lebih oleh lima orang bertaji. Para kontraktor asli hanya menjadi penonton.
Bagaimana dengan kondisi ekonomi rakyat di tingkat lebih bawah? Justru lebih parah. Ingat beberapa bulan lalu tatkala gaji pegawai negeri sipil tak kunjung cair? Bagaimana ekonomi masyarakat? Amburadul.Bahkan pisang goreng pun mulai sulit laku kala itu.
Selama ini, tidak ada seorang pun pemimpin di Bireuen yang mampu menjadi transformer, yang berguna bukan sekadar pembubuh stempel di atas kertas berkop. Mereka yang silih berganti datang, termasuk DPRK-nya, akhir-akhir ini tidak lebih dari sekadar orang-orang yang sibuk menghabiskan dana yang sudah ada. Sehingga sampai saat ini kita tidak dapat mengukur dengan pasti, sebenarnya Bireuen sedang hendak berlabuh ke mana?
Rakyat Bireuen saat ini seperti tamu di kampungnya sendiri. Anggaran-anggaran pembangunan yang menurut mereka besar—meski sejatinya kecil—justru seringkali menguntungkan outsider. Insider –asoe lhok/penduduk tempatan—hanya menjadi penonton. Bilapun ada yang dapat, sekadar uang kopi yang setelah menyeruput espresso dan makan satu bungkus nasi padang, uang itu ludes tak bersisa.
Tapi bukan pemerintah lemah namanya bila tidak bisa meninabobokan masyarakat religius naif dengan isu-isu religi. Untuk menutupi kelemahan yang kian tak terobati, pemerintah dan politisi serta kelompok berkepentingan, selalu membangun menghidupkan isu-isu syariat yang membuat heboh. Wacana syariat yang di masa kejayaan Islam menjadi pendobrak kemiskinan dan kejumudan, justru dijadikan senjata untuk menutupi praktek kleptokrasi yang kian mewabah.
Di sisi lain, semakin banyak birokrat yang tidak bergerak lebih jauh. Mereka tak lagi berani berkreasi lebih dalam, karena dalam banyak kasus, tiap kali bermasalah, risikonya terlalu besar; dipecat dan masuk penjara. Tentu dalam 15 tahun terakhir kita sudah tahu siapa-siapa saja birokrat yang masuk penjara dan dipecat dari pegawai? Apakah semuanya koruptor? Bukan. Rerata karena tak mampu memenuhi “keinginan” pihak lain, sehingga dicarikan kesalahannya.
Di tengah ragam masalah, pada Pilkada 2024, kita tidak bisa lagi main-main dalam menentukan Bupati Bireuen yang akan memimpin 5 tahun ke depan. Kita butuh sosok pemimpin yang punya leadership tangguh.
Menurut pikiran saya, ada 5 syarat calon Bupati Bireuen yang harus dipenuhi, di luar syarat administrasi yang ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).
5 syarat calon Bupati Bireuen, pertama, Bireuen membutuhkan sosok bupati yang telah selesai dengan persoalan ekonomi pribadi. Dia harus sosok yang kaya dan telah merasa cukup dengan apa yang dimiliki.
Kedua, syarat calon bupati Bireuen ke depan yaitu sosok yang mampu mengimbangi intervensi pihak lain sehingga proses perencanaan pembangunan dapat berjalan ideal, dan proses pelaksanaannya juga berfungsi seluas-luasnya untuk kesejahteraan rakyat Bireuen.
Syarat ketiga calon Bupati Bireuen ke depan yaitu, sosok yang bukan sekadar memerintah, tapi mampu melindungi segenap aparatur birokrasi yang bertugas melaksanakan pembangunan. Tidak boleh lagi berulang birokrat yang bekerja ditangkapi satu persatu. Atau setidaknya para birokrat tidak menjadi mesin ATM pihak-pihak tertentu hanya demi menghindari penjara bersebab kesalahan-kesalahan kecil.
Keempat, syarat calon Bupati Bireuen periode 2024-2028 yaitu sosok yang tuntas menyelesaikan masalah rakyat. Tidak sibuk dengan kegiatan seremonial. Bupati Bireuen ke depan haruslah ianya yang turun ke lapangan, memetakan masalah, mencari jalan keluar. Bukan bupati yes man.
Kelima, syarat calon Bupati Bireuen ke depan ianya yang mampu menggali sumber-sumber pendapatan baru. Seorang bupati yang mampu mengubah air Krueng Peusangan menjadi pundi-pundi uang; yang mampu mengubah pertanian padi Bireuen menjadi lahan yang menjanjikan masa depan gemilang kepada petani.
Terakhir—sebagai tambahan—Bupati Bireuen ke depan haruslah sosok antinarkoba, antipenyalahgunaan obat-obatan keras, dan mampu membuka pintu gerbang kemajuan untuk anak-anak muda.