Proyek di Bireuen Dikuasai Kelompok Lain, Mukhlis Ketiban Fitnah

Proyek di Bireuen
H. Mukhlis, A.Md, Direktur PT Takabeya Perkasa Group, Sabtu (13/72024) mengatakan dirinya kerap difitnah kuasai proyek di Bireuen. Foto: Komparatif.ID/ Muhajir Juli.

Komparatif.ID, Bireuen – Proyek di Bireuen yang didanai melalui APBK, seringkali dituding dikuasai oleh H. Mukhlis Takabeya. Fitnah tersebut terus diproduksi untuk menjatuhkan sang pengusaha jasa konstruksi tersebut.

Isu tersebut semakin hangat diembuskan tatkala ia menyatakan ikut maju pada Pilkada Bireuen 2024. Perusahaannya; PT Takabeya Perkasa Group, dituding menguasai seluruh paket pengadaan jasa konstruksi di Bireuen.

Baca: Dukungan Tokoh Bireuen Mengalir untuk Mukhlis Takabeya

“Isu saya kuasai proyek di Bireuen  sudah diembuskan sejak 2020. Saya dan PT Takabeya Perkasa Group dituding menguasai seluruh proyek pembangunan di Bireuen,” kata H. Mukhlis, Sabtu (13/7/2024).

Pernyataan itu disampaikan H. Mukhlis Takabeya di depan puluhan tokoh Bireuen yang hadir pada acara silaturahmi di kediaman sang pengusaha jasa konstruksi.

Awalnya ia mengaku cuek dengan isu menguasai proyek di Bireuen. Akan tetapi semakin hari, bertambah kencang diembuskan oleh pihak-pihak yang tidak menyenangi dirinya hadir di dalam dunia politik.

Ia mengatakan, bila saja dirinya berbisnis di sektor lain, fitnah juga akan dilakukan terhadapnya. Karena sejak awal hingga saat ini Mukhlis bergerak di dunia kontraktor, maka isu menguasai proyek yang dikembangkan.

Sebagai pengusaha jasa kontruksi yang memiliki ratusan karyawan–bahkan ribuan bila disatukan dengan karyawan di kebun sawit miliknya– tentu saja Mukhlis harus berusaha lebih keras.

Karyawannya di perusahaan konstruksi ia gaji setiap bulan. Dengan demikian, perusahaan tersebut harus mempunyai pekerjaan setiap bulan.

Dengan tanggung jawab besar membawahi banyak tenaga kerja di perusahaannya, Mukhlis harus aktif bergerilya untuk memastikan perusahaan yang ia pimpin tetap berjalan secara sehat.

Bilapun dia ikut menang dalam beberapa tender proyek di Bireuen, kemenangan tersebut diraih secara sehat.

“Karyawan saya seluruhnya warga Bireuen. Saya juga orang Bireuen. Ikut jufa tender proyek di Bireuen dan kemudian menang, apakah itu salah?” katanya ditimpali tepuk tangan hadirin.

Putra allahyarham Teungku Cut Hasan itu mengatakan selama ini dia berbisnis secara fair. Tapi, meskipun demikian, tetap saja masih ada orang yang mengembuskan isu yang tidak benar.

“Orang-orang seperti itu, bila Takabeya yang menang tender, ributnya minta ampun. Tapi kalau orang dari seberang laut yang menang, mereka tidak ribut. Makanya, kalau andai saja saya berbisnis di sektor lain, fitnah terhadap saya juga akan tetap dijalankan,” katanya sembari tertawa kecil.

Sebagai pengusaha jasa konstruksi, Mukhlis melalui bendera PT Takabeya Perkasa Group, bukan semata mencari keuntungan. Tapi memiliki misi ikut membantu pembangunan infrastruktur Bireuen.

Sebagai wujud komitmen tersebut, ia bergerilya hingga ke Jakarta, bersaing memenangkan proyek APBN supaya dapat dibawa pulang ke Bireuen, membangun fasilitas publik di Bireuen.

Sejak 2007, setelah ia keluar dari PT Mutiara Aceh Lestari milik H. Saifannur, Mukhlis telah memulai misi besar ikut membangun Bireuen. Dia bergerilya di DPRA, membujuk anggota Parlemen Aceh, supaya menempatkan anggaran untuk pembangunan wilayah pesisir seperti Peudada yang rusak akibat tsunami.

Tahun 2015, hampir 200 miliar rupiah berhasil ia bawa pulang ke Bireuen untuk membangun jembatan-jembatan di pelosok dan irigasi.

Demikian juga pada tahun 2018, hampir 100 miliar rupiah. Anggaran itu untuk membangun jembatan-jembatan rangka baja di Kabupaten Bireuen.

“Makanya, bila Anda bertanya, di Aceh, di daerah mana yang paling banyak jembatan rangka baja? Hanya di Bireuen. Saya bukan hanya kontraktor, tapi ikut melobi supaya proyek-proyek itu dibangun di daerah kita. Saya lobi termasuk proyek yang awalnya untuk daerah lain, saya “bawa lari” untuk kabupaten kita,” sebutnya.

Adik kandung H. Saifannur tersebut menjelaskan, Kabupaten Bireuen tidak punya uang yang banyak. Bila tidak dibantu dengan cara-cara lain ke Pusat dan provinsi oleh pengusaha seperti dirinya, maka banyak kebutuhan pembangunan yang tidak dapat direalisasikan.

Ada satu masalah yang masih mengendap di hati beberapa orang di daerah ini. Bahwa bila Mukhlis yang kerja, akan disorot kiri kanan. Akan tetapi bila yang membangunnya kontraktor dari seberang laut, mereka diam seribu bahasa.

Proyek di Bireuen Dikelola Orang Lain

Seperti kondisi yang sudah berlangsung beberapa tahun ini. Paket-paket pembangunan di Bireuen dibagi-bagi oleh kekuatan “lain” , tapi adakah yang berani melawan? Tidak! Untuk mengalihkan frustasi, yang dituduh tetaplah dirinya.

“Proyek-proyek di Bireuen saat ini di dalam penguasaan kelompok luar, dibagi-bagi untuk koleganya. Adakah yang berani protes? Tidak kan.”

Ia juga mengatakan, saking kuatnya kelompok-kelompok itu, dalam dua tahun ini, ia turut seperti tamu di kampung halamannya sendiri.

Di tengah kondisi yang tidak ideal, ia juga masih memberikan ruang tarung fair dengan pengusaha konstruksi lainnya yang ada di daerah penghasil keripik  itu.

“Saya tidak akan mengambil proyek di Bireuen yang kaliber kecil. Kehadiran saya tidak akan mematikan bisnis orang lain. Tapi saya harus tetap bekerja. Saya pengusaha. Punya karyawan. Tahun ini saya akan bangun jembatan rangka baja dan jalan dua jalur di Samalanga,” terangnya.

Artikel SebelumnyaKecelakaan di Padang Tiji, Ayla Terguling dan Innova Masuk Parit
Artikel SelanjutnyaHari Pertama Sekolah, Pj Gubernur Aceh Antar Putranya ke Sekolah
Muhajir Juli
Jurnalis bersertifikat Wartawan Utama Dewan Pers. Penulis buku biografi, serta tutor jurnalistik.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here