
Komparatif.ID, Banda Aceh— Ganja masih menjadi persoalan serius di Aceh. Meskipun ditetapkan ilegal, penggunaannya tetap tinggi di kalangan masyarakat, termasuk generasi muda karena berbagai faktor.
Hal itu disampaikan peneliti dan mahasiswa doktoral antropologi dari University of Toronto, Kanada, Louis Plottel, pada diskusi publik yang digelar Himpunan Mahasiswa Ilmu Perpustakaan UIN Ar-Raniry di SP Kupi, Banda Aceh, Kamis (1/5/2025) malam.
Plottel yang sedang meneliti dinamika penggunaan narkoba di Aceh selama satu tahun terakhir menyebut bahwa ganja dan sabu menjadi jenis narkoba yang paling banyak disalahgunakan.
Plottel mengungkapkan pendekatan antropologi kesehatan diperlukan untuk memahami akar permasalahan penyalahgunaan narkoba di Aceh. Menurutnya, efek psikis yang ditimbulkan cannabis terhadap penggunanya tidak bisa dianggap sepele.
Selain merusak mental, zat dalam narkoba juga berdampak fatal terhadap saraf-saraf otak. Plottel menyebut penggunaan narkoba dapat menghambat masa depan generasi muda dan berdampak luas terhadap kemajuan daerah.
Baca juga: 2 Kurir Sabu Asal Bogor Tertangkap di Bandara SIM
Ia menilai untuk memahami akar persoalan penyalahgunaan ganja di Aceh, perlu pendekatan antropologi kesehatan yang lebih mendalam. Menurutnya penting agar kebijakan pemberantasan narkoba tidak hanya bersifat represif, tetapi juga mampu menyentuh faktor-faktor sosial dan budaya yang melatarbelakangi maraknya penggunaan ganja di kalangan masyarakat.
Plottel membandingkan kondisi di Aceh dengan Kanada. Ia menjelaskan di Kanada, penggunaan narkoba jenis ganja mulai dilegalan sejak 2018 lalu.
“Di Kanada, narkoba tidak dapat gunakan secara legal. Hanya saja narkoba jenis ganja yang sudah dilegalkan sejak tahun 2018. Dari pengamatan saya selama satu tahun di Aceh masih banyak masyarakat, bahkan generasi muda yang menggunakan narkoba jenis sabu dan ganja dengan berbagai faktor,” ungkapnya.
Sementara di Aceh, semua jenis narkoba termasuk ganja dilarang total karena dianggap merusak kesehatan mental . Meski demikian, kenyataan di lapangan menunjukkan cannabis masih dikonsumsi secara luas di sejumlah wilayah Aceh.
Plottel juga menyampaikan ia pekan lalu ikut serta bersama Badan Narkotika Nasional (BNN) dalam pemusnahan kebun ganja di Aceh Utara. Kegiatan tersebut ia sebut sebagai bukti nyata peredaran barang haram itu di Aceh masih berlangsung dalam skala yang mengkhawatirkan.
Ia menilai, upaya represif perlu dibarengi dengan pendekatan edukatif dan kultural agar lebih efektif memberantas penggunaan narkoba di kalangan masyarakat.
Meskipun belum ada data rinci tentang persentase pengguna di Aceh, Plottel mengakui risetnya terkait narkoba di Aceh masih berlangsung. Namun dari indikasi awal dan temuan di lapangan, ganja tetap menjadi salah satu narkoba yang paling sering disalahgunakan di Serambi Mekkah.
Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Ilmu Perpustakaan UIN Ar-Raniry, Dara Amelia Putri, menyebut kegiatan ini bertujuan mendorong literasi kesehatan di kalangan Gen-Z.
Ia menilai generasi muda rentan terpengaruh pola hidup tidak sehat, termasuk penggunaan narkoba. Jika tren ini tidak dicegah, ia khawatir Indonesia, khususnya Aceh, akan mengalami kemunduran akibat rusaknya kualitas generasi penerus.
***Catatan redaksi: isi berita pada paragraf ketujuh dan kedelapan mengalami perubahan redaksional dan substansi. Terima kasih.