Komparatif.ID, Kuala Lumpur—Dua pria yang mengaku Rohingya tidak bisa mengucapkan syahadat. Salah satu dia antara saat diminta mengucap syahadat justru berdalih dia orang susah dan ayahnya cepat mati.
Peristiwa ini terjadi di salah satu tempat di Malaysia. Seorang pria Malaysia yang tampaknya mulai jengah dengan banyaknya orang yang mengaku Islam datang ke Malaysia untuk tujuan ekonomi. Apalagi di tengah semakin menguatnya politik penolakan terhadap etnis Rohingya dan Bangladesh yang dinilai semakin petantang-petenteng di Malaysia.
Dalam sebuah video pendek yang ditonton Komparatif.ID, Kamis (7/12/2023) seorang pria Malaysia mewawancarai seorang pria berkulit hitam yang awalnya meminta derma kepada si pewawancara.
Baca: Irwandi: Pengungsi Rohingya Hanya Singgah di Aceh
Pria yang mengenakan baju koko warna merah, berkopiah putih, tidak bisa menghafal surat Alfatihah. Si pewawancara kemudian meminta pria kurus itu mengucap dua kalimat syahadat. Lagi-lagi di pria yang mengaku Rohingya, tidak tahu menahu.
“Saya tak pandai,” demikian jawab pria itu ketika diminta mengucap dua kalimat syahadat. Pria itu mengaku tidak belajar Islam karena saat kecil bapaknya telah mati. Saat dia mengaku sebagai Rohingya, si pewawancara semakin naik pitam, karena dia memiliki beberapa pekerja dari etnis Rohingya dan Bangla, semuanya tahu agama.
Seorang pria muda yang mengaku Rohingya; juga sedang mencari derma, kebingungan ketika ditanya salat Asar berapa rakaat. Dia menjawab bahwa Salat Asar dua rakaat, kemudian mengubahnya menjadi tiga rakaat. Dia tidak lagi menjawab ketika ditanya jumlah rakaat Salat Dhuhur. Wajahnya semakin menampakkan rasa cemas tatkala diminta membaca niat Salat Asar.
Sejumlah warganet yang menonton video tersebut meminta Pemerintah tegas terhadap orang yang mengaku Rohingya dan etnis Rohingya yang semakin banyak membanjiri Aceh dan Malaysia. Mereka meminta UNHCR membawa pengungsi kembali ke negaranya.
Di Malaysia, kehadiran pengungsi Rohingya telah menjadi masalah sosial dan ekonomi. Dikutip dari Tirto.Id, jumlah pengungsi Rohingya di Malaysia hingga akhir Oktober 2023 lebih dari 107.030 orang. Mayoritas laki-laki dan hanya sedikit perempuan. Meski tidak punya kewajiban menerima pengungsi, namun sejak 2013 Malaysia telah membuka ruang untuk bermukimnya pelarian politik dari Rakhine.
Pemerintah Kerajaan Malaysia melalui Menteri Pertahanan Ismail Sabri sudah pernah melarang penerimaan kehadiran mereka, yang umumnya merupakan pelarian dari kamp-kamp pengungsian. Pemerintah Malaysia telah meminta Pemerintah Bangladesh menjemput kembali para pengungsi yang telah membanjiri Tanah Melayu Malaysia.
Desakan yang sama juga disampaikan kepada UNHCR yang ditugaskan oleh PBB menangani pengungsi di seluruh dunia.Pada Februari 2020, UNHCR telah mendaftarkan sekitar 180.000 pengungsi di Malaysia, sekitar setengahnya adalah Rohingya. Badan ini diizinkan untuk beroperasi di negara ini oleh pemerintah dan mendaftarkan mereka yang dianggap membutuhkan perlindungan.