Komparatif.ID, Bireuen – Merak selalu meninggalkan jejak tempat bercinta. Karena untuk merayu merak betina, pejantan harus menyiapkan “ranjang” yang estetik.
Muslim alias Tu Lém (45), mantan gerilyawan GAM, yang pada tahun 2001 masih berumur 21 tahun, merupakan saksi mata tentang romantisnya merak jantan ketika hendak merayu betina.
Baca: Satwa Endemik Beo Simeulue Terancam Punah
Saat itu Tu Lém sedang bergerilya di lebatnya rimba hutan hujan tropis. Salah satu kawasan tempat dia bergerilya yaitu hutan peudada. Vegetasi hutan yang sangat beragam, dengan kerapatan pepohonan yang sangat bagus, rimba merupakan tempat bertahan paling pas untuk gerilyawan.
Dalam perjalanan bersama teman-temannya demi memperjuangkan cita-cita memerdekakan Aceh, Tu Lém sering melihat keindahan isi rimba. Salah satunya perilaku unik ticém wè (merak) jantan yang sedang merayu betina supaya bersedia dikawini.
Setiap kali libido pejantan mulai meminta disalurkan, burung ordo galliformes tersebut akan membersihkan lahan yang sangat luas. Dedaunan akan dibersihkan menggunakan sayap. Saat sedang membersihkan lahan, burung itu akan bergerak berputar.
“Asyik sekali melihat perilaku merak jantan itu,” terang Muslim, Minggu (29/9/2024) siang.
Muslim mengisahkan, waktu yang dibutuhkan untuk membersihkan lahan sekitar 30 menit.
Kerja keras jantan diperhatikan oleh betina dari jarak yang tidak jauh. Hmm, bagi betina, kerja keras jantan merupakan perwujudan keseriusan dalam membangun hubungan batin antara keduanya.
Setelah lahan bersih, betina muncul dan kemudian hubungan “kasih sayang” pun berlangsung.
Muslim sering melihat pasangan wè di Alue Canték. Ya, Alue Canték merupakan salah satu spot di lebatnya rimba Peudada yang di dalamnya mengalir sungai kecil yang sangat eksotis. Di dalam sungai itu berbagai ikan air tawar berenang riang gembira. Ikan-ikan itu sering dipancing oleh gerilyawan GAM.
“Ikan yang paling sering kami tangkap yaitu ikan keureuling alias ikan jurung. Ukuran paling umum sebesar sandal jepit,” kata Tu Lém.
Nah, di tepian Alue Canték, merak sering terlihat. Mungkin karena dekat sumber air, sehingga merak pun sering bermain di sana.
Atraksi hewan di tengah rimba menjadi hiburan bagi gerilyawan GAM. Mereka mendapat ayeum mata di tengah ketidakpastian sampai kapan harus bertempur.
Tanggal 15 Agustus 2005, GAM dan Pemerintah Republik Indonesia berdamai di Helsinki, Finlandia. Gerilyawan GAM turun gunung. Muslim juga demikian. Semenjak itu dia tidak pernah lagi punya kesempatan melihat atraksi hewan di tengah rimba.