Komparatif.ID, Jakarta—Pertumbuhan investasi migas di Indonesia semakin meningkat. Capaian investasi migas tahun2023 sebesar $13,7 miliar, setara Rp206 triliun. Jumlah capaian tersebut meningkat 13% dari realisasi tahun 2022, dan lebih tinggi 15% dari long term plan (LTP), serta tumbuh di atas tren investasi E&P Global.
Keterangan tersebut disampaikan Kepala SKK Migas Dr. Ir. Dwi Soetjipto, M.M, Jumat (19/7/2024) siang, pada acara Jumpa Pers Kinerja Industri Hulu Migas Semester I Tahun 2024, yang diikuti Komparatif.ID, melalui zoom.
Dwi Soetjipto mengatakan investasi migas tahun 2023 terkendala pengeboran sumur pengembangan. Kendala tersebut disebabkan oleh beberapa hal seperti safety stand down; keteresediaan rig dan tenaga kerja, serta banjir di lokasi pengeboran.
METI: Aceh Belum Siap Keloga Migas Secara Optimal
Dia melanjutkan, tahun 2024, pertumbuhan investasi migas diperkirakan bertumbuh lebih tinggi. Dari outlook investasi 2024, rencana realisasi investasi migas mencapai 15,7 miliar US dollar, atau setara Rp236 triliun. Bila dipersentasekan, meningkat 15% dari realisasi 2023.
Hingga Juni 2024, investasi yang sudah direalisasikan 5,6 miliar dollar Amerika Serikat, atau setara dengan 84 triliun rupiah. Per 30 Juni 2024, penambahan cadangan sebesar 114,3 MMBOE, dengan rencana investasi mencapai US$4,74 miliar.
“Kelihatan dari sisi aktivitasnya, industri hulu migas ini seperti yang kita harapkan, terus bertumbuh dan meningkat. Tahun 2024 akan lebih meningkat dari tahun lalu,” harap Kepala SKK Migas.
Dari sisi transisi energi yang terus menjadi bahan perbincangan, Indonesia sangat diuntungkan. Penekanan pada ketahanan liquid natural gas (LNG) dengan target menghadirkan harga energi yang terjangkau, semakin menampakkan jalan cerah.
Cadangan gas alam di Indonesia lebih banyak. Recovery pun 150% dari gas yang diambil. Sedangkan minyak bumi masih dalam tekanan, dan belum menemukan cadangan giant yang baru, yang lamanya posisi temuan dan tidak besar, hanya mengganti 80% saja dari recovery.
“Investasi global meningkat di LNG, sehingga dampaknya supply and demand semakin meningkat. Dipelopori Amerika Serikat dan Qatar, sampai 2030 tambahan 150 juta ton per tahun,” terangnya.
Ada persoalan di bidang investasi migas. Persoalan tersebut yaitu infrastruktur. Masih banyak yang belum tersambung.
Harapannya pada tahun 2025, ladang gas Cirebon tersambung dengan Jawa Timur. Sehingga kelebihan gas di Jawa Timur bisa dialirkan ke Jawa Barat. Demikian juga bumping di Natuna, sehingga kelebihannya bisa dialirkan ke Batam.