Gunong Goh, Puncak Keramat Tempat Para Aulia

Puncak Gunong Goh dipotret dari arah Gampong Cot Kruet, Peudada, Bireuen. Foto: Komparatif.ID/Muhajir Juli.
Puncak Gunong Goh dipotret dari arah Gampong Cot Kruet, Peudada, Bireuen. Foto: Komparatif.ID/Muhajir Juli.

Komparatif.ID, Bireuen— Gunong Goh yang berada di Kabupaten Bireuen, merupakan satu-satunya puncak tertinggi di Bireuen. Gunung tersebut diselimuti berbagai legenda. Juga dilingkup kisah mistis, dan kekeramatan para aulia.

Zainal (50) bercerita bila asal muasal Gunong Goh terbentuk dari dua ekor lembu zaman Nabi Sulaiman yang bermaksud turun ke laut. Akan tetapi karena sebuah peristiwa, kedua ekor sapi tersebut tersangkut di tempat tersebut dan berubah menjadi dua buah gunung, Goh Agam dan Goh Inong.

Kisah itu diceritakan turun-temurun di Bireuen. puncak tertinggi merupakan punuk lembu jantan, dan puncak di sampingnya (tersamar karena lebatnya rimba) tercipta dari punuk sapi betina.

Salah satu kisah paling menarik diceritakan oleh seorang prajurit TNI Bawah Kendali Operasi (BKO) yang diterjunkan pemerintah kala Darurat Militer di Aceh tahun 2003. Prajurit tamtama tersebut yang non muslim itu, pada suatu malam sedang beristirahat di bawah lebatnya rimba hutan hujan tropis di dekat Gunong Goh.

Baru saja malam pertama di beristirahat di sana bersama satu pleton prajurit TNI, dia langsung dikejutkan dengan gemuruh suara zikir. Dia memasang telinga mendengar dengan baik. Dia memastikan bahwa suara yang dia dengar merupakan suara orang-orang membaca zikir.

Baca juga: Cerita dari Kedai Kopi Tua di Negeri Reubèe

Tentu suara itu tidak berasal dari kelompok GAM yang juga sering bersembunyi di kawasan Gunong Goh. Karena di tengah darurat militer, GAM pasti tahu prajurit TNI memburu mereka ke mana saja.

Kisah yang senada disampaikan oleh Muslim alias Tu Lem, seorang eks kombatan GAM Daerah II Wilayah Batee Iliek. Owner objek wisata Puncak Teulaga Maneh tersebut mengatakan dua kali dia dan timnya harus bergerilya di hutan hujan tropis di pinggang Gunong Goh.

Pertama saat Operasi Militer 1000 Jam di masa Presiden Megawati Soekarnoputri. Saat itu Muslim dan kawan-kawan, di bawah komando Komandan Operasi GAM Batee Iliek, Teungku Bari, harus menyingkir ke rimba.

Di tengah rimba, bila malam hari tiba, Muslim beberapa kali mendengar suara zikir.Suara yang paling sering yaitu tabuhan rapai.

Pengalaman yang sama juga dia dapatkan kala Darurat Militer 2003-2004.

“Kuncinya, bila kita berkesempatan mendengar, jangan bilang kepada siapapun. Cukup hanya kita saja,” kata Muslim, Minggu (27/10/2024).

Muslim mengisahkan, di antara para aulia yang bersemayam di Gunong Goh, terdapat dua aulia yang paling termasyur yaitu Teungku Syiah, dan Teungku Samsul Bahri. Asal-usul mereka tidak diketahui.

Muslim tidak ingat secara utuh kisah itu. dia hanya dapat mengingat nama dua aulia, setelah diberitahu oleh seorang tabib yang bermukim di Abeuk Usong, Jeumpa, Bireuen.

Nama tabib tersebut Teungku Amat. Seorang pria bersahaja, yang sehari-hari bertani ijuk. Dia memiliki kebun ijuk, yang dimanfaatkan airnya untuk bahan baku manisan.

“Dulu, semasa masih hidup, Teungku Amat sangat keren. Dia mampu menghabiskan satu ekor entok dalam sekali duduk. Apakah dipanggang, ataupun dimasak. Dia sanggup melahapnya sendirian,” kata Muslim.

Teungku Amat juga memanfaatkan bulu ijuk sebagai bahan atap rumahnya. “Dari Teungku Amat saya mendapatkan banyak cerita tentang mistisnya Gunong Goh. Saya semakin teguh percaya, setelah mengalaminya sendiri.

Gunong Goh, merupakan puncak tertinggi di Bireuen. berada di Kecamatan Jeumpa, dan bersampiran dengan Peudada, Puncak Goh merupakan gunung karang yang diselimuti lumut tebal. Satwa paling banyak di puncak Goh adalah merpati.

“Merpati peliharaan saya juga sering pulang ke Puncak Goh. Di sana ada komunitasnya dalam jumlah besar. Asal muasal merpati di Goh, tidak diketahui,” sebutnya.

Bagi para pelaut tradisional, puncak Gunong Goh menjadi penanda daratan bila mereka tersesat di Selat Malaka. Gunong Goh memiliki ketinggian 931 mdpl. Di puncaknya terdapat pilar buatan Belanda dengan nomor seri S.221. Tetapi pilar tersebut sudah jatuh karena berada di dekat tebing.

Meskipun diliputi dengan berbagai cerita mistis, kini Gunung Goh terancam. Perkebunan masyarakat telah dibuka besar-besaran di seputar pinggang Gunung Goh dari berbagai penjuru mata angin.

Kaki, pinggang, dan punggung Goh Inong telah ringkih. Sawit-sawit berjejer di atas tanah gunung yang menyimpan berbagai cerita tak kasat mata.

Akankah suatu saat kekeramatan akan sirna seiring perkembangan zaman? Akankah Gunong Goh kehilangan marwah sebagai puncak tertinggi di Nanggroe Jeumpa? Hanya waktu yang bisa menjawab.
Artikel SebelumnyaSemarak Peringatan 96 Tahun Sumpah Pemuda di Pidie
Artikel SelanjutnyaCek Rull, Nasi Goreng, dan Dedikasi untuk Konsumen
Muhajir Juli
Jurnalis bersertifikat Wartawan Utama Dewan Pers. Penulis buku biografi, serta tutor jurnalistik.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here