Balada Rismawati, Warga Miskin & Sakit di Mata Mamplam

Rismawati Mata Mamplam
H. Mukhlis (kedua dari kiri) Razuardi (kiri) dan Kiki, Minggu malam (29/9/2024) di kediaman Rismawati di Mata Mamplam, Peusangan. Foto: Komparatif.ID/Muhajir Juli.

Komparatif.ID, Bireuen – Rismawati (59) telah tiga tahun menderita sakit. Dia diduga menderita lupus. Perempuan beranak 12 tersebut juga sudah mengidap disabilitas mental.

Telepon H. Mukhlis berdering pada Minggu sore (29/9/2024). Pengusaha jasa konstruksi di bawah bendera PT Takabeya Perkasa Group, diberitahu bahwa satu keluarga miskin di Gampong Mata Mamplam,Kecamatan Peusangan, Bireuen, sedang membutuhkan penanganan darurat.

Baca: Aceh Kaya Tapi Miskin

Ilyas Abdullah (64) ayah 12 anak, dan istrinya Rismawati, sedang dalam kondisi sakit. Beberapa waktu lalu Ilyas Abdullah mengalami kecelakaan lalu-lintas yang membuat kakinya patah.

Kondisi lebih tragis dialami Rismawati. Perempuan kelahiran Belawan, Sumatra Utara, sudah tiga tahun terbaring sakit. Kondisinya saat ini sudah sangat parah. Sebuah luka mengangga di bagian tulang ekor, membuat ia hanya bisa tidur miring.

Di kakinya juga muncul gelembung air dan  luka-luka kecil. Tak ada yang tahu ia menderita penyakit apa. Sementara diduga ia mengidap lupus.

Minggu malam, sekitar pukul 22.30 WIB, H. Mukhlis berkunjung ke Mata Mamplam.

Rismawati dan keluarganya tinggal di sebuah kios permanen di Pasar Bale Seutuy. Kios sempit itu ditinggali secara gratis oleh Rismawati dan keluarga. Bangunan itu milik Pemerintah Kabupaten Bireuen.

Keadaan di dalam kios tersebut sangat biasa. Satu dipan kayu ditaruh di dekat pintu geser khas ruko. Satu lembar kasur tipis digelar di lantai. Di sana Rismawati tidur, menghabiskan hari-harinya.

Di atas sebuah rak, ditaruh beberapa penanak nasi yang sepertinya sudah tidak lagi digunakan.

Dapur yang menyatu di dalam ruang sempit itu, hanyalah tempat memasak yang ringkih. Meja dapur dibalut dengan karung bekas. Di atasnya ditaruh satu kompor gas berukuran kecil. Saat itu, anak keenam Ilyas yang bernama Kiki Daryani sedang menjerang air.

“Rencananya air itu untuk minum mamak,” katanya.

Di ujung meja, tergeletak empat bungkus mi instan murah. Toples berisi garam ada di dekatnya. Satu botol kecap diletakkan di samping belanga kecil.

Semuanya serba lusuh. Termasuk jejeran pakaian yang digantung di paku-paku yang berjejer sepanjang dinding.

“Mamak sudah sakit tiga tahun lalu. Kami kesulitan mengajaknya tidur di atas dipan. Beliau minta tidur di lantai,” kata Kiki.

Ilyas Abdullah yang ada di dalam ruangan, berdiri sembari menyanggakan tubuhnya pada dua batang tongkat. Ia menatap istrinya dengan perasaan campur aduk.

Mukhlis dan Razuardi Ibrahim duduk di dekat istri Ilyas. Ibu dengan anak selusin itu tidak dapat diajak berkomunikasi.

“Mamak sudah pernah kami bawa ke rumah sakit. Tapi di sana mamak minta pulang. Selalu berteriak-teriak dan tidak mau minum obat,” ujar seorang anak lelaki sang wanita.

Atas persetujuan keluarga, Mukhlis mengevakuasi sang perempuan ke rumah sakit. Ambulance Takabeya Peduli membawa Risma ke fasilitas kesehatan. Mukhlis juga menyerahkan tali asih kepada Kiki.

Keuchik Mata Mamplam Taufik, yang berada di lokasi, menyebutkan selama ini pihak desa telah melakukan yang terbaik. Memberikan dukungan seperti mencari tempat hunian, serta memasukkan keluarga Ilyas sebagai penerima PKH.

Untuk rumah,Taufik belum mampu mencari bantuan. Karena keluarga itu tidak memiliki lahan.

“Pemerintah Gampong Mata Mamplam memperhatikan keluarga ini. Kalau rumah layak huni kami belum bisa diupayakan. Karena mereka tidak memiliki lahan,” sebut Keuchik Taufik.

Artikel SebelumnyaMantan Menhan GAM Dukung Bustami Secara De Facto De Jure!
Artikel SelanjutnyaPebisnis Sabu-Sabu Agen Penghancur Islam
Muhajir Juli
Jurnalis bersertifikat Wartawan Utama Dewan Pers. Penulis buku biografi, serta tutor jurnalistik.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here