Pertumbuhan Islam di Jepang Semakin Meningkat

Islam di jepang
Seorang warga Jepang yang telah menganut Islam, berdoa setelah melaksanakan salat di Masjid Istiqlal Osaka, pada Desember 2022. Foto: Tetsuaki Otaki/Asahi.

Komparatif.ID, Tokyo–Jumlah penganut Islam di Jepang berjumlah 230.000 jiwa. jumlah masjid di Jepang telah mencapai 113 masjid pada Maret 2021. Pertumbuhan masjid di Jepang sangat drastis. Pada tahun 1999 jumlah masjid di negeri Nippon hanya 15 unit.

Menurut catatan Hirofumi Tanada, Profesor Emiritus Sosiologi Universitas Waseda, Tokyo, pernikahan warga lokal Jepang dengan pendatang menjadi salah satu penyebab penganut Islam di Jepang semakin banyak. Ditambah lagi dengan semakin banyaknya warga Jepang pindah agama selama dua dekade terakhir.

Jumlah penganut Islam di Jepang dan jumlah masjid, merupakan data statistik Pemerintah Jepang, yang juga berdasarkan keanggotaan Asosiasi Studi Islam di Nippon.

Baca: Kota Xi’an, Cina Pedalaman yang Maju & Harmoni Dengan Islam

Dari 230 penganut Islam di Jepang, yang telah memperoleh status penduduk tetap melalui pernikahan dan keadaan lain berjumlah sekitar 47.000, lebih dari dua kali lipat perkiraan 10.000 hingga 20.000 satu dekade sebelumnya.

“Banyak dari mereka menjadi Muslim melalui pernikahan,” kata Tanada. “Jumlah yang bergabung dengan agama mereka atas kemauan sendiri juga semakin bertambah.”

Masjid dulunya merupakan pemandangan langka di Jepang, tetapi sekarang tidak lagi.

Pada tahun 2022, dilaunching masjid terbaru yaitu Istiqlal Mosque di Distrik Nishinari, Osaka. Masjid ini bertempat di bekas gedung pabrik. Biaya renovasi sebagian besar dibiayai oleh sumbangan dari warga Indonesia.

Hirofumi Okai, seorang Guru Besar Sosisologi Universotas Kyoto Sangyo, mengatakan dulu orang Jepang tidak mengenal Islam. Tapi sekarang penganut Islam justru menjadi tetangga mereka. “Kami harus memikirkan cara hidup bersama mereka, dalam masyarakat yangs semakin beragam,” kata Okai.

Meski Islam di Jepang menunjukkan pertumbuhan yang signifikan, tapi persoalan belum selesai. Masjid memang terus bertumbuh dan jumlahnya sudah termasuk menggembirakan. Tapi perihal pemakaman, masih menjadi kendala. Penduduk Jepang yang mayoritas penganut Shinto dan Budha, menolak pemakaman.

Menurut Cremation Society of Great Britain, 99,97 persen jenazah di Jepang pada tahun 2019 dikremasi. Angka ini jauh lebih tinggi daripada 39,01 persen di Prancis, 30,68 persen di Italia, dan 54,58 persen di Amerika Serikat. Di Korea Selatan, rasionya adalah 88,01 persen.

Pemakaman pertama di Jepang yang menerima penganut Islam adalah Honjo Kodama Seichi Reien (Pemakaman Honjo Kodama) di Honjo, Prefektur Saitama. Pemakaman ini memiliki 42 makam, beberapa di antaranya memiliki nisan berwarna putih bertuliskan teks Arab. Beberapa makam hanya berupa gundukan tanah tanpa nisan.

Pemakaman ini mulai menerima pemakaman umat Muslim pada bulan Juni 2019. Umat Muslim pertama yang dimakamkan di sini adalah seorang warga Ghana yang tinggal di Soka, Prefektur Saitama.

Sejak saat itu, umat Muslim dari berbagai negara dimakamkan di pemakaman tersebut, menurut catatannya. Mereka termasuk warga Pakistan, Bangladesh, Sri Lanka, Iran, Afrika Selatan, Cina, Saudi, dan Indonesia.

Meskipun kremasi telah menjadi pilihan paling umum di Jepang, bukan berarti penguburan jenazah tidak benar-benar pernah menjadi bagian dari kehidupan berbudaya dan beragama di Jepang.

Menurut pengakuan seorang jurnalis di Jepang; Shigeyuki Takahashi, dulu penguburan merupakan bagian dari tata kehidupan warga lokal. “Pada zaman dulu, kami biasa mengatakan dengan nada eufemisme, ‘Kembalikan orang mati ke gunung,’ atau ‘Orang mati kembali ke tanah,’” kata jurnalis yang telah menulis banyak buku tentang topik-topik yang berkaitan dengan kematian atau duka cita.

Berkembangnya kremasi di Jepang sehingga menjadi cara paling utama meniadakan jenazah dari permukaan bumi, didorong oleh pemerintah dan pihak swasta pada abad ke-20 untuk memodernisasi gaya hidup Jepang. Dia mengatakan jumlah penguburan menurun drastis setelah dimulainya Era Heisei (1989-2019).

Seorang pengusaha berasal dari Pakistan bernama Muhammed Iqbal Khan yang datang ke Jepang pada 2004 bersama istrinya, harus menempuh perjalanan sejauh 1000 kilometer dari Fukuoka, hanya demi menguburkan istrinya pada tahun 2009.

Berangkat dengan empat orang, Iqbal Khan harus bergantian menyetir, hingga mereka tiba ke Yamanashi. Di sana sang istri dikuburkan sesuai ajaran Islam.

Islam di Jepang sedang bertumbuh. Tapi masih membutuhkan banyak upaya, supaya orang Jepang memberikan ruang untuk kebutuhan tanah pemakaman. Soal pemakaman, bukan hanya umat Islam di Jepang yang kesulitan. Penganut Kristen di Jepang juga mengalami kendala yang sama. Tapi mereka terus berjuang, termasuk Iqbal Khan.

Disadur dari Asahi.com, dan BBC.

Artikel Sebelumnya5 Pilihan Doa Buka Puasa Menurut Majelis Ulama Indonesia
Artikel Selanjutnya6.800 WNI Jadi Budak Pada Bisnis Penipuan dan Judi di Kamboja dan Myanmar
Muhajir Juli
Jurnalis bersertifikat Wartawan Utama Dewan Pers. Penulis buku biografi, serta tutor jurnalistik.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here