PO Kurnia Group Melayani Aceh di 3 Zaman

PO Kurnia Group
Mercedes-Benz Megatrend, bus pertama termewah di Sumatra. Pada tahun 1996 PO Bus Kurnia Group mendatangkan 18 unit Mercedes-Benz OH 2628 dan OH 1634 L. Chasis dan mesin ber-air suspension plus ABS dan retarder,. Merupakan mesin berkonfigurasi V8 Twin Turbo. Foto: Dikutip dari group Facebook Komunitas Pecinta Bus Aceh/Heri Cml.

Komparatif.ID, Medan—Sebelum mendirikan PO Kurnia Group, H. Usman ikut membangun PO Nasional, juga pernah terlibat dalam PO ATRA. Tahun 1974, dia bersama Abdul Wahab, dan Bukhari mendirikan PO Kurnia.

Demikian diceritakan oleh Husni Usman, putra almarhum H. Usman, saat disambangi oleh Perpalz TV dalam kegiatan Perpalz Goes To Sumatra.

Husni Usman mengisahkan setelah sekian lama berbisnis di PO Nasional, H. Usman merasa jenuh. Ia membutuhkan tantangan baru. Usman pun keluar dari perusahaan otobus tersebut. Bersama dua kawannya, ia mendirikan Perusahaan Otobus Kurnia.

Baca: PO Bus Mitra Rahayu, Duta Aceh di Tanah Jawa

Saat itu tidak mudah mendapatkan kuota. Dengan keuangan yang dimiliki oleh tiga pebisnis itu, mereka ingin menjadi raja di lintas Aceh-Sumatra Utara. Karena pembatasan kuota, mereka pun mendirikan PO Anugerah. Selanjutnya membeli izin Perusahaan Otobus Aceh Timur (PAT) dan diubah menjadi Pusaka. Ketiga nama yang dipilih tersebut mengandung rasa syukur, doa, dan semangat merawat kebanggaaan.

Di awal beroperasinya Kurnia, bus yang digunakan yaitu Chevrolet C50 yang diproduksi oleh General Motor, Amerika Serikat. C50 lebih dikenal dengan sebutan Chevrolet Viking. Diproduksi sepanjang 1960-1966. Bus-bus tersebut merupakan eks armada miliknya PO Nasional yang telah berdiri sejak 1950. Dalam perjalanannya Nasional mundur dari tarung jalanan.

Husni Usman. Generasi kedua di PO Kurnia Group. Foto: Screenshoot Perpalz TV.
Husni Usman. Generasi kedua di PO Kurnia Group. Foto: Screenshoot Perpalz TV.

 

Usman, Abdul Wahab, dan Bukhari merupakan pengusaha otobus yang bersemangat tinggi. Mereka tidak anti kemajuan, serta sangat menjunjung tinggi efisiensi.

Dari Chevrolet C50 yang dipasangi mesin Ford bensin—kemudian beralih ke solar (mesin diesel), Kurnia Group terus menerus meremajakan armadanya. Seiring waktu perusahaan tersebut mengoperasikan bus Mercedes-Benz 813, Mercedes-Benz 911, Mercedes-Benz OH 352.

Husni Usman mengisahkan, perusahaan PO Kurnia sudah menggunakan Mercedes-Benz OF sejak 1982. Saat itu bangunan bodi bus seluruhnya dibangun dari kayu oleh Karoseri Cipta Karya, Medan, Sumatra Utara.

Meski bentuk bodi bus serupa, tapi dalam urusan berat bus, berbeda-beda. Sangat tergantung bahan yang digunakan. Saat hujan, berat badan bus bertambah lagi, karena kayu menyerap air. Pun demikian, bus PO Kurnia saat itu telah dilengkapi air conditioner (AC). Kurnia merupakan bus ber-ac pertama di Sumatra.

Era 90-an, tepatnya tahun 1996 PO Kurnia Group kembali melakukan terobosan yang mengejutkan dunia perbusan di Sumatra. Kurnia Group membeli 18 unit Mercedes-Benz OH 2628 dan OH 1634 L. Mesinnya berkonfigurasi V8 Twin Turbo dan dilengkapi airsuspension, ABS dan retarder.

Bus-bus itu menjadi andalan untuk trayek Medan – Banda Aceh pada kelas Executive dan Super Executive. Dalam perjalanan selanjutnya KAP Group mempunyai 28 jenis bus ini.

Chasis dan mesin bus-bus tersebut diimpor lansung dari Jerman. Kemudian dikirimkan ke Karoseri Rahayu Sentosa. Di karoseri tersebut, bus-bus itu dipasangi bodi Setra RS 0405.

Target efisiensi yang dicanangkan oleh para owner PO Kurnia Group tercapai. Bus Megatrend Mercedes-Benz tersebut terus melayani bisnis perusahaan hingga 25 tahun. Bilapun ada yang diubah, hanyalah bodinya saja yang disesuaikan dengan perkembangan zaman.

Berkat ketekunan dan prestasi selama melayani lintasan darat, PO Kurnia Group telah mendapatkan dua penghargaan dari Kementerian Perhubungan, yaitu Life Time Achievement pada tahun 2011 dan 2014.

PO Kurnia Group Melayani di Tengah Badai

PO Kurnia Group pernah melakoni trayek panjang. Bus-bus Kurnia, Anugerah, dan Pusaka melayani trayek Medan-Pekanbaru-Padang, hingga Jakarta. Dengan keunggulannya, bus-bus itu selalu menjadi primadona. Akan tetapi pada era 2000-an, tatkala dunia penerbangan Tanah Air bebas dari kartel tiket pesawat, trayek panjang terganggu sangat serius. Dampak turunnya harga tiket pesawat terbang, menyebabkan penumpang bus turun drastis.

Perubahan harga tiket pesawat yang sangat terjangkau, menyebabkan trayek-trayek panjang sepi penumpang. Kurnia Group berusaha tetap bertahan. Akan tetapi semakin hari bertambah susah, akhirnya mereka mundur dari trayek panjang.

Kurnia Group juga merasakan pahitnya masa konflik Aceh-Pemerintah Pusat. Tatkala GAM menyatakan perang melawan Republik Indonesia, delapan unit bus perusahaan itu dibakar OTK. Akibatnya, selama satu bulan mereka vakum. Di gudang besar di Kota Medan, dibuka dapur umum. Seluruh sopir, kernet dan karyawan setiap hari makan di dapur umum.

Husni Usman bahkan sekali waktu dalam perjalanan menggunakan mobil pribadi, pernah melihat bus Anugerah dibakar OTK di lintasan Seulawah. Saat dia bertanya kepada orang-orang yang menonton bus yang sedang terbakar, mereka justru lari ke hutan.

Bus-bus PO Kurnia Group ada juga yang diterjang tsunami Aceh.

Di era kejayaaan –sekitar 2000-an bus-bus dari group usaha tersebut mengaspal 24 jam nonstop di lintas Banda Aceh-Medan. Bus terakhir keluar terminal pukul 03.00 dinihari. Pukul lima pagi bus Kurnia, Anugerah, Pusaka, sudah kembali beroperasi, memulai jadwal harian.

Kini, PO Kurnia Group hampir dikelola oleh generasi ketiga. Anak-anak muda itu sedang disiapkan untuk menyambung estafet bisnis perusahaan.

Artikel Sebelumnya2 Pemuda Palestina Tewas Ditembak IDF di Tepi Barat
Artikel SelanjutnyaImigran Rohingya dan Proxy War Menghancurkan Indonesia
Muhajir Juli
Jurnalis bersertifikat Wartawan Utama Dewan Pers. Penulis buku biografi, serta tutor jurnalistik.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here