Mengenal Lebih Dekat Pj Bupati Bireuen Aulia Sofyan

Pj Bupati Bireuen Aulia Sofyan. Foto: Ist.
Pj Bupati Bireuen Aulia Sofyan. Foto: Ist.

Di Bireuen, Aulia Sofyan bukan orang baru. Sejak kecil ia sering membersamai ayahnya, MA Jangka, yang merupakan Camat Peusangan, Aceh Utara. Sang ayah bukan camat biasa, tapi tokoh besar yang menjadi top leader pembangunan Perguruan Tinggi Almuslim yang kini telah bermetamorfosis menjadi Universitas Almuslim.

Aulia Sofyan, Ph.D, pria kelahiran Gampong Meunasah Timu, Peusangan, Aceh Utara, Rabu, 18 Oktober 1972, Senin (15/8/2022) dilantik sebagai Penjabat Bupati Bireuen, mengisi masa transisi kepemimpinan menuju Pemilu Serentak 2024.

Meskipun namanya tidak masuk dalam daftar bacalon yang diajukan oleh DPRK Bireuen ke Kementerian Dalam Negeri, bukan bermakna ia tidak mendapatkan dukungan politik dari anggota Parlemen Bireuen. Fraksi PKS PPP PAN, menempatkan nama Dr. Aulia Sofyan,S.Sos.,M.Si, di urutan paling atas sebagai calon Pj Bupati Bireuen.

Akhirnya Kemendagri menetapkan Doktor dalam bidang Perencanaan Pembangunan Kota (Urban Planning), The University of Queensland Australia, sebagai Penjabat Bupati Bireuen periode 2022-2024.

Suami dr. Hj. Nova Dian Lestari Sp.S, mengawali karir birokratnya setelah lulus Ahli Madya Ilmu Pemerintahan Sekolah Tinggi Pendidikan Dalam Negeri (STPDN) tahun 1994.

Penempatan pertama kali pada staf Kantor Gubernur Aceh. Tidak lama di sana, putra H. Muhammad Amin alias MA Jangka ditugaskan di Kantor BPM Aceh. Tahun 1995 ia ditugaskan ke BPM Aceh Timur.

Selanjutnya Aulia mengalami beberapa kali perpindahan tugas, hingga akhirnya pada tahun 2000 ditempatkan sebagai staf Kantor Bupati.

Masih pada tahun 2000, Aulia pindah tugas ke Kantor Walikota Banda Aceh. Di sana dia bertugas hingga 2021. Selanjutnya pindah ke Bappeda Banda Aceh sebagai Kepala Sub Bidang Industri dan Perdagangan.

Setelah musibah gempabumi dan tsunami Aceh tahun 2004, Aulia bergabung dengan Badan Rehabilitasi dan Rekontruksi (BRR) NAD-Nias. Di lembaga setara kementerian itu, Aulia pertama kali bertugas tahun 2006 sebagai Manajer Pengembangan Ekonomi BRR.

Setahun di sana, ia diangkat sebagai Manajer Perencanaan BRR. Kemudian Manajer Pengelolaan Aset BRR untuk masa tugas 2007-2008.

Saat BRR NAD-Nias bersiap ditutup karena sudah menyelesaikan tugas besar konstruksi dan rehabilitasi, Aulia ditunjuk sebagai Kepala Bidang Administrasi Pelaksanaan Transisi BRR. Kemudian mulai mulai 21 Mei-31 September 2008, diangkat sebagai
Pj. Kepala Pusat Pelaksanaan Transisi BRR.

Purna tugas di Lembaga Transisi BRR, alumnus STIA LAN (S-1), Jakarta, Jurusan Manajemen Pembangunan, ditempatkan sebagai Kepala Bidang Penelitian, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan pada Bappeda Aceh.

Di tingkat Provinsi, karirnya cemerlang hingga diangkat sebagai Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayan Terpadu Satu Pintu Aceh. Jabatan itu diemban dari 17 Juni 2018-7 Januari 2021.

Demi pengembangan karir, Aulia kemudian pindah tugas sebagai Kepala Biro Organisasi dan Perencanaan DPR RI. Ia mengemban amanat tersebut sejak 2 September 2021 sampai sekarang.

Darah pantang menyerah yang mengalir di dalam nadi Aulia diwarisi dari ayahnya, MA Jangka. Dulu, meskipun jabatannya camat, allahyarham menjadi Camat Peusangan, yang merupakan kecamatan terluas di Aceh Utara.

Meupopo sinyak mampu mengemban amanah itu. Karena dinamika Peusangan yang merupakan bekas wilayah Nanggroe Peusangan, sangat dinamis. Banyak intelektual di sana, banyak kepentingan di sana. Tapi MA Jangka mampu memimpin dengan baik.

MA Jangka dikenal sosok birokrat tegas, lugas, pekerja keras, dan pemimpi besar. Meskipun “raja” di Peusangan, tapi mental pengabdiannya tetap tumbuh subur.

Ia menggagas pendirian Perguruan Tinggi Almuslim, yang sempat ditertawakan oleh publik sebagai cita-cita pungguk merindukan bulan. Tapi bersama dengan sejumlah tokoh, termasuk seorang sarjana baru lulus kuliah—Drs. Amiruddin Idris– mereka berhasil mendirikan perguruan tinggi di sebuah kampung besar, di bekas daerah penting di Aceh.

Seturut dengan ayahnya, meskipun menghadapi tantangan yang berbeda, Aulia Sofyan juga seorang pembelajar dan pekerja keras.

Untuk meningkatkan kapasitasnya, Aulia tidak berhenti belajar. Maka pantaslah ia kemudian mendapatkan berbagai kesempatan terlibat dalam berbagai forum internasional.

Aulia yang menyelesaikan studi Magister Ilmu Pemerintahan di Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung, telah terlibat aktif dalam berbagai forum sejak muda.

Di tingkat internasional, pada tahun 2000, Aulia diundang pada acara Youth Invitation Program: Comparative Study, Japan. Setahun kemudian, berpartisipasi pada District and Provincial Planning Course, Monash University and University of South Australia, Australia.

Tahun 2002, diundang ke acara World Trade and Infrastructure Development Training, Stockholm-Sweden. Kemudian menghadiri Urban Planning and Land Administration, ITC Enschede -The Netherlands, Belanda.

Kiprah internasionalnya terus berlanjut hingga 2012. Ia menjadi peserta 3rd International Urban Design Conference, Canberra-Australia, 30 August– 1 September 2010.

Asia-Pacific Climate Change Adaption Forum, Mainstreaming Adaption into Development planning 2010, Bangkok, 21-22 October 2010.

Sustainable Development Conference in Kuala Lumpur, 21-22 November 2011
Speaker, Sustainable Development Conference, New York, 2 August 2012.

Untuk membagikan ilmu dan pengetahuannya kepada anak bangsa, di tengah kesibukannya sebagai pejabat karir, Aulia juga mengajar sebagai dosen di berbagai perguruan tinggi di Aceh. Mulai dari dosen di STIM Banda Aceh, Universitas Syiah Kuala, Universitas Almuslim, hingga Universitas Malikussaleh.

Hingga 2008 Aulia telah menulis lima artikel internasional. Untuk artikel nasional dan lokal, ia telah menulis 30 artikel hingga 2015.

Penunjukan dirinya sebagai PJ Bupati Bireuen, oleh sejumlah orang dimaknai sebagai “panggilan pulang dari ayah”. Istilah itu tidak berlebihan, karena ia punya senggolan dengan historis panjang pembangunan Peusangan di era MA Jangka.

Pun demikian, Aulia bukanlah MA Jangka. Ia pria yang berbeda, di zaman yang tidak sama, dengan tantangan yang tidak serupa.

Banyak harapan disandarkan ke bahunya, termasuk menjaga desa dari rencana jahat para penumpang gelap dana desa, yang sampai sekarang masih menjadikan gampong sebagai sapi perah melalui pelatihan abal-abal atas nama peningkatan kapasitas.

Semoga Aulia Sofyan mampu melaksanakan tugasnya dengan baik, membawa Bireuen menuju gerbang tamaddun yang madani.

Artikel SebelumnyaMengenang Martti Ahtisaari
Artikel SelanjutnyaPj Bupati Aceh Utara Janjikan TPP Hingga Desember
Muhajir Juli
Jurnalis bersertifikat Wartawan Utama Dewan Pers. Penulis buku biografi, serta tutor jurnalistik.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here