Komparatif.ID, Banda Aceh— Ketua Bidang Konsumsi Panitia Besar Pekan Olahraga Nasional (PB PON) XXI Aceh-Sumut wilayah Aceh, Diaz Furqan, mengakui memang ada keterlambatan distribusi konsumsi atlet dan official yang sempat menjadi perhatian publik beberapa waktu lalu.
Namun, Diza menjelaskan pihaknya telah mengambil langkah-langkah cepat untuk mengatasi masalah tersebut.
“Memang ada keterlambatan, puncaknya pada tanggal 7 dan 8 September sebelum pembukaan PON,” terangnya dalam konferensi pers di Media Center PON Wilayah Aceh, Kamis (12/9/2024).
Diaz menjelaskan meskipun vendor penyedia makanan berasal dari Jakarta, proses pengolahan tetap dilakukan di Aceh.
Dapur yang digunakan berada di Banda Aceh, sehingga bahan-bahan tetap diolah secara lokal menggunakan bahan segar berkualitas meskipun vendor terpilih dari luar daerah.
Pemilihan vendor ini, lanjutnya, mengikuti aturan yang tercantum dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 12 Tahun 2021, yang mengatur tentang pengadaan barang dan jasa.
“Penentuan vendor makanan melalui e-purchasing,” terang Diaz.
PB PON memilih vendor berdasarkan kriteria yang ada di laman Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE). Menurut Diaz, proses seleksi ini sudah sesuai dengan aturan, dan hanya perusahaan yang memenuhi syarat yang dapat dipilih.
Salah satu syaratnya adalah perusahaan tersebut harus sudah memiliki pengalaman dalam menyelenggarakan acara besar, seperti PON. Lalu vendor mengkoordinir sub-vendor penyedia makanan di Kabupaten/Kota tempat pelaksanaan pertandingan.
“Jadi kita memilih satu penyedia, lalu penyedia inilah yang nanti akan mengkoordinir di Kabupaten/Kota terkait pelaksanaan penyediaan makanan dan snack untuk atlet,” lanjutnya.
Terkait pemilihan vendor, Diaz kembali menekankan PB PON telah mengikuti semua prosedur yang ditetapkan oleh pemerintah, termasuk mengacu pada regulasi yang ada di laman LPSE.
Baca juga: Sebelum Terbang ke Sulsel, Atlet Muaythai Dijamu Kuah Beulangong
Meskipun muncul pertanyaan dari beberapa pihak mengapa tidak memilih vendor dari kabupaten atau kota di Aceh, Diaz menjelaskan tidak ada penyedia lokal yang memenuhi kriteria ketat untuk menjadi vendor PON. Karena itu, PB PON hanya memiliki satu opsi, yaitu vendor dari Jakarta yang berpengalaman dalam menangani acara besar.
Meski terjadi keterlambatan, Diaz menekankan PB PON sudah berupaya untuk menangani permasalahan ini dengan cepat. Mereka telah berulang kali berkoordinasi dengan para Liaison Officer (LO) atau petugas pendamping yang bertanggung jawab untuk memesan makanan bagi para atlet.
Setiap ada keluhan, PB PON segera menghubungi vendor untuk mengganti makanan yang tidak layak. Sayangnya, keterlambatan pengiriman sering terjadi terutama di daerah-daerah yang jauh dari dapur utama atau ketika pengantaran dilakukan pada jam-jam sibuk, seperti siang hari.
Diaz menjelaskan LO konsumsi bertugas menerima dan mendistribusikan makanan yang dikirim oleh vendor kepada para atlet. Koordinasi yang lebih baik antara LO dan vendor terus dilakukan untuk memastikan bahwa proses pemesanan dan pengiriman makanan berjalan lancar.
Namun, kendala di lapangan seperti masalah internet yang tidak stabil di beberapa lokasi dan perbedaan waktu antara daerah asal atlet dengan Aceh juga turut mempengaruhi kelancaran distribusi makanan.
Sebagai contoh, banyak atlet yang terbiasa sarapan pukul 05.00 WIB atau 06.00 WIB, sementara di Aceh pada jam tersebut masih waktu subuh, sehingga LO terkadang belum siap untuk memesan makanan.
Selain itu, Diaz menyoroti pengantaran makanan di pagi hari juga mengalami kendala. Vendor baru memulai proses memasak pada pukul 03.00 WIB, sehingga makanan baru dapat dikirim beberapa jam kemudian. Hal ini sering kali menyebabkan keterlambatan, terutama bagi para atlet yang membutuhkan sarapan lebih awal.
PB PON juga terus menyosialisasikan kepada LO mengenai tata cara pemesanan makanan sebelum pertandingan dimulai. Bidang Konsumsi PON memanggil seluruh LO untuk mengikuti sosialisasi tambahan terkait cara menginput dan mengorder makanan bagi para atlet untuk meminimalisir keterlambatan di masa mendatang.
Namun, dalam beberapa kasus, LO pertandingan terkadang mengalami kendala teknis, seperti eror pada sistem akibat masalah koneksi internet di beberapa lokasi, sehingga harus melakukan pemesanan secara manual melalui admin.
Meski menghadapi berbagai tantangan, Diaz menegaskan PB PON tetap berkomitmen memberikan layanan terbaik bagi para atlet. Pihaknya berjanji akan berusaha semaksimal mungkin untuk memperbaiki layanan konsumsi, termasuk mempercepat proses penggantian makanan jika ditemukan masalah.
PB PON juga akan terus berupaya meningkatkan koordinasi dengan vendor dan LO untuk memastikan kebutuhan konsumsi para atlet dapat terpenuhi dengan baik.
Diaz berharap dengan adanya upaya perbaikan dan peningkatan koordinasi, masalah keterlambatan konsumsi ini tidak akan lagi menjadi penghalang bagi para atlet yang sedang bertanding.
PB PON juga terus memantau setiap perkembangan di lapangan agar masalah serupa tidak terulang kembali. PB PON berkomitmen untuk memberikan pelayanan terbaik demi kelancaran PON XXI Aceh-Sumut 2024, termasuk dalam hal penyediaan makanan dan konsumsi yang layak bagi para atlet dan kontingen yang berpartisipasi.