Lhokseumawe Komit Ciptakan Lingkungan Pendidikan Bebas Kekerasan

Lhokseumawe Komit Ciptakan Lingkungan Pendidikan Bebas Kekerasan
Sosialisasi Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Satuan Pendidikan (PPK-SP) di Aula Gedung Hasbi, Sabtu, (29/11/2024). Foto: Komparatif.ID/Muzakkir.

Komparatif.ID, Lhokseumawe— Pemerintah Kota Lhokseumawe bersama Dinas Pendidikan berkomitmen untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman bagi siswa.

Untuk mewujudkan hal tersebut, Disdik Lhokseumawe menggelar Sosialisasi Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Satuan Pendidikan (PPK-SP) di Aula Gedung Hasbi, Sabtu, (29/11/2024).

Kegiatan ini melibatkan lebih dari 100 sekolah dari jenjang SD dan SMP, baik negeri maupun swasta, dengan perwakilan yang menjabat sebagai koordinator PPK-SP di masing-masing sekolah.

Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Lhokseumawe, Dr. Ramli, yang mewakili Kepala Dinas Pendidikan Sofian, menegaskan pentingnya sinergi semua pihak untuk mengatasi persoalan kekerasan di lingkungan pendidikan.

Baca jugaKomunitas Tika Beut Ajak Pemuda Jadi Motor Penggerak Perubahan di Desa

Dalam sambutannya, Ramli menjelaskan kekerasan di satuan pendidikan tidak hanya merusak psikologis siswa, tetapi juga mengganggu kelancaran proses belajar-mengajar. Pemerintah, lanjutnya, berkomitmen untuk menekan angka kekerasan melalui penguatan regulasi, edukasi, dan kolaborasi dengan masyarakat.

“Pemerintah berkomitmen untuk menekan angka kekerasan dengan memperkuat regulasi, edukasi, dan kerja sama masyarakat,” ujarnya.

Lebih lanjut, Ramli juga menyoroti tantangan baru yang dihadapi generasi muda saat ini, yaitu paparan kekerasan yang mudah diakses melalui media sosial dan perangkat digital. Ia menekankan bahwa keterlibatan aktif para pendidik sangat diperlukan untuk memantau dan mencegah dampak buruk dari fenomena ini di lingkungan sekolah.

Dengan pemahaman mendalam tentang Prosedur Operasional Standar (POS) Pencegahan dan Penanganan Kekerasan sesuai dengan Permendikbudristek Nomor 46 Tahun 2023, para pendidik diharapkan dapat menjalankan perannya secara lebih efektif sebagai pelindung siswa.

Materi sosialisasi meliputi identifikasi berbagai bentuk kekerasan, strategi pencegahan, hingga langkah konkret dalam menangani kasus kekerasan yang terjadi.

Muhammad Wali Alkhalidi, salah satu guru dari SD Negeri 11 Lhokseumawe yang menjadi peserta kegiatan, menyampaikan harapannya agar sosialisasi ini dapat menjadi panduan praktis bagi para pendidik dalam menjalankan tanggung jawab mereka.

Ia juga menambahkan bahwa guru tidak hanya bertugas mengajar, tetapi juga menjadi pelindung bagi siswa di tengah berbagai ancaman kekerasan yang kian kompleks.

Kegiatan ini mendapatkan respons positif dari berbagai pihak, baik dari peserta maupun masyarakat yang peduli terhadap isu ini.

Langkah awal ini diharapkan menjadi fondasi yang kokoh bagi keberlanjutan program pencegahan kekerasan di lingkungan pendidikan di Kota Lhokseumawe, sehingga tercipta ruang belajar yang benar-benar aman, nyaman, dan kondusif bagi tumbuh kembang siswa.
Artikel SebelumnyaAksi Premanisme di Aceh Utara Cemari Demokrasi
Artikel SelanjutnyaGapensi Bireuen Ucapkan Selamat Kepada Mukhlis -Razuardi
Muzakkir
Wartawan Komparatif.ID untuk Lhokseumawe dan Aceh Utara.

1 COMMENT

  1. Sangat luar biasa, menurut saya bullying juga termasuk kedalam kekerasan verbal yang harus kita hentikan di lembaga pendidikan. Karena sangat berdampak bagi kejiwaan peserta didik dan dapat menghambat proses belajar peserta didik.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here