Komparatif.ID, Banda Aceh– Juru Bicara (jubir) Paslon 01, Hendra Budian, Selasa malam (19/11/2024) meminta KIP Aceh menggelar debat ulang calon gubernur dan wakil gubernur Aceh. Peristiwa kericuhan yang terjadi saat debat berlangsung, menurut Hendra, bukan insidentil, tapi telah dirancang oleh pihak tertentu.
Hendra Budian dalam konferensi pers di Media Center Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh Bustami Hamzah-Fadhil Rahmi, di Simpang Surabaya, Banda Aceh, menegaskan pihaknya mendesak KIP Aceh menggelar debat ulang.
“Rakyat berhak mendengar ide-ide pembangunan yang disampaikan calon pemimpin mereka. Debat terakhir malam ini merupakan penentu terakhir bagi rakyat untuk bersikap pada 27 November 2024,” kata Hendra Budian.
Hendra mengatakan, kericuhan bermula dari protes terhadap alat elektronik yang dipasang di kerah baju Bustami Hamzah. Alat tersebut telah digunakan pada debat pertama dan kedua.
Baca juga: Debat Ricuh Karena Salah Sangka Terhadap Microphone di Kerah Baju Bustami
Aalt itu bukan alat bantu dengar [headphone/earphone], tapi alat pelantang suara nirkabel supaya suara Bustami terekam jelas dan jernih di video.
Saat proses mediasi berlangsung, pihak Bustami telah setuju tidak menggunakan lagi alat tersebut. Tapi nyatanya, KIP tetap menghentikan debat publik.
“Kami menolak, tapi mereka tetap memaksa. Kami menduga KIP telah bekerja sama dengan pihak lain dengan sengaja membuat debat malam ini tidak berlangsung lebih jauh,” kata Hendra Budian.
Selain mendesak debat publik diulang, pihak paslon nomor 01 juga akan melaporkan KIP Aceh ke Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP).
Sampai saat ini belum ada pernyataannya lebih jauh dari KIP Aceh terkait mengapa debat tidak dilanjutkan.
satu hal yang saya tangkap, meskipun nggak nonton. timnya pasangan nomor 1 itu, nggak punya strategi pencegahan dan nggak siap. mereka nggak bisa lihat (ngaca/intropeksi) klo mereka itu udah di incar, dan bakal dicari kelemahannya. seharusnya mereka siap, dengan pengalaman kena incar selama ini, yang suatu saat pasti bakal ada ruginya ke mereka. misal klo nggak ada pengulangan karena nggak punya dana. ya nasi udah jadi bubur. anggap aja, nggak di planning sebaik mungkin dan nggak menaksir resiko sebaik mungkin.