Komparatif.ID, Banda Aceh—Iskandar,S.Pd.I, Guru Agama di SD Negeri 2 Bireuen, sungguh luar biasa. Pria yang saat ini sedang menjalani Pendidikan Profesi Guru (PPG) di IAIN Lhokseumawe, juga diminta oleh negara untuk membantu sebagai pelatih budidaya melon, sekaligus belajar smart farming berbasis internet of thing (IoT).
Iskandar atau lebih dikenal dengan panggilan Abi, merupakan salah satu “insinyur pertanian” merangkap ustad, petani, sekaligus pebisnis agriculture.
Basis pendidikannya agama. Ia pernah lama mondok di Dayah Darussaadah, Bireuen. Ia juga kuliah di Institut Agama Islam Almuslim (IAIA) Paya Lipah, Peusangan. Tapi berkat ketekunannya belajar bidang pertanian, kini ia telah menjadi salah satu angkatan muda di Bireuen, yang memahami seluk-beluk pertanian dari A sampai Z.
Baca: Ini Dia Guru Agama di Bireuen Bersertifikat Ahli Pertanian
Pada Selasa (10/9/2024) Iskandar memberi kabar bahwa dirinya telah beberapa waktu lalu diminta membantu pengembangan melon di dalam green house yang dibangun di komplek AMANAH –Aneuk Muda Aceh Tangguh dan Hebat–. AMANAH merupakan salah satu program Presiden Jokowi untuk Aceh. Ya, melalui program ini, Presiden Jokowi menginginkan lahirnya generasi muda Aceh di sektor ekonomi kreatif.
Di Bireuen, nama Iskandar telah dikenal luas oleh para penggiat pertanian. Ia memiliki pengetahuan yang luas, dan karena pengetahuannya itu, dirinya telah memiliki sertifikat ahli pertanian. Badan Pangan Nasional (National Food Agency) melalui Dinas Pangan Provinsi, memberikan sertikat Prima 3 untuk sang petani.
Karena keahlian itulah, dia terhubung dengan AMANAH. Saat itu dibutuhkan mentor untuk pengembangan melon di green house AMANAH. Iskandar dipanggil. Ia memenuhi panggilan tersebut.
Keikhlasan selalu membawa berkah lain. Di green house, Iskandar bukan saja menjadi mentor budidaya melon, sekaligus ia belajar teknologi smart farming berbasis internet of thing (IoT).
Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui. Demikianlah pepatah Melayu yang paling pas untuk melukiskan perjalanan Iskandar ke Ladong, Aceh Besar, tempat markas AMANAH dibangun besar-besaran oleh Presiden Jokowi.
Smart Farming Berbasis Internet of Thing Memudahkan
Pria ramah tersebut menjelaskan, smart farming berbasis internet of thing merupakan bentuk pertanian modern. Sebuah terobosan bagi sektor pertanian, yang bertani menggunakan teknologi.
“Dengan teknologi smart farming ini, proses pemeliharaan tanaman dapat dilakukan dengan menggunakan telepon pintar maupun ipad yang tersambung dengan internet. Ada sebuah aplikasi yang digunakan untuk mengerjakan tugas merawat dan mengontrol tanaman,” kata Iskandar.
Tidak setiap hari Iskandar datang ke green house tersebut. Ia datang hanya pada hari libur saja. Tugasnya yaitu menyemai benih, pemupukan, penyemprotan pestisida, dan lain-lain.
“Di luar hari libur, saya tetap melakukan tugas tersebut. Tapi melalui aplikasi. Inilah kelebihan smart farming berbasis internet of thing,” sebutnya.
Apa kelebihan smart farming berbasis internet of thing? Abi menjelaskan dengan menggunakan teknologi IoT, dapat melakukan otomasi sistem irigasi, memantau ladang dari mana saja. Selama masih terhubung dengan internet, selama itu proses mekanisasi dan kontrol dapat dilakukan.
Demikian juga dengan data. Seluruh data seperti kelembaban media tanam, ketersediaan unsur nitrogen, phospat, kalium, dan ph tanah, semua ditransfer otomatis. Data itu ditransfer oleh sensor yang ditanam pada media tanam.
“Dengan demikian, petani lebih mudah mengetahui apa yang dibutuhkan tanaman. Juga dapat mengontrol suhu green house sesuai kebutuhan. Misalnya, batas maksimal suhu ruangan yang dibutuhkan 27 derajat celcius, tapi karena cuaca, suhu di dalam green house bisa mencapai 35 derajat celcius. Bila suhu naik di atas normal, maka langsung terjadi proses pengkabutan (fogging) sampai suhu turun ke angka 27 derajat celcius,” terangnya.
Abi sangat senang dilibatkan di dalam AMANAH. Dia semakin percaya bahwa bertani di masa depan tidak lagi harus berlumpur ria di tengah lahan. Satu-satunya yang membuat ia khawatir, teknologi smart farming berbasis internet of thing belum murah.
“Saya kira di sini perlu peran pemerintah daerah, bila memang punya semangat membangun dunia pertanian sebagai salah satu sektor yang dapat menyumbang lapangan kerja untuk angkatan kerja produktif,” katanya. Ia juga mengaku bahagia, karena sempat bertemu dan berbincang-bincang dengan Kepala BIN Brigjen (Purn) Tan Sri Prof. Dr. Budi Gunawan.