Komparatif.ID, Kazan– Tiga Perguruan Tinggi Aceh resmi menjalin hubungan kerjasama dengan Kazan State Power Engineering University (KSPEU), yang merupakan universitas milik Republik Tatarstan, Negara Bagian dari Federasi Rusia.
Legalitas kerjasama bidang pendidikan tersebut tertuang dalam MoU antara Rektor KSPEU Edvard Abdullazyanov dengan Rektor Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh, Rektor Universitas Malikussaleh (Unimal) Lhokseumawe, dan Rektor Universitas Teuku Umar (UTU) Meulaboh.
Baca: Wali Nanggroe Bawa 3 Rektor ke Republik Tatarstan
Penandatangan kesepahaman, tersebut disaksikan Wali Nanggroe Aceh Paduka Yang Mulia Tgk. Malik Mahmud Al Haythar. Penandatanganan MoU itu berlangsung di Kampus KSPEU, Kota Kazan, Ibukota Republik Tatarstan, Rabu 26 Juni 2024.
“MoU ini menjadi bagian penting membangun kegiatan kolaboratif, pertukaran mahasiswa dan dosen, program beasiswa, dan transfer pengetahuan dan teknologi,” kata Wali Nanggroe.
Selain itu, Wali Nanggroe juga menyampaikan bahwa kerjasama dengan kampus negeri di Republik Tatarstan, menjadi indikasi ada kesamaan sejarah dan politik antara Aceh dan Republik Tatarstan.
Untuk diketahui, Republik Tatarstan adalah salah satu wilayah otonomi di Rusia yang diberikan kewenangan penuh dalam melakukan pengelolaan pemerintahannya.
Kazan merupakan kota ketiga terbesar di seluruh Federasi Rusia, setelah Moscow dan St Petersburg.
“Aceh bisa belajar bagaimana melakukan pengelolaan otonomi khusus secara baik, termasuk membangun kerja sama pendidikan dengan kampus luar negeri,” tambah Wali Nanggroe.
Sementara itu, Rektor KSPEU, Edvard Abdullazyanov, menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada Wali Nanggroe, beserta pimpinan universitas di Aceh, yang telah berinisiatif membangun kerjasama dengan pihaknya.
“Inisiatif yang telah dilakukan oleh Wali Nanggroe Aceh sejak 2022 telah mulai memiliki hasil seperti saat ini,” kata Edvard.
Dalam sambutan resminya, Edvard menjelaskan, bahwa di Republik Tartastan, Islam, Yahudi, dan Kristen Ortodoks tumbuh bersamaan dan hidup berdampingan selama ratusan tahun.
Semangat toleransi itu dihidupkan di kampus yang didirikan di era perang dingin pada 1968. KSPEU memiliki lima fakultas dan tiga puluh program studi, yang sebagian besar berhubungan dengan teknik elektro dan mesin.
“Kami juga telah bermitra dengan puluhan industri skala nasional dan internasional seperti Schneider, Siemens, Bosch, dan beberapa lainnya. KSPEU menjadi salah satu pusat laboratorium penting dalam pengembangan energi listrik dan terbarukan di Rusia,” kata Edvard.
Sementara itu, Wakil Duta Besar Republik Indonesia untuk Rusia Berlian Helmy, yang ikut mendampingi delegasi Aceh menyampaikan terima kasih kepada Wali Nanggroe yang telah berinisiatif dalam membangun kerjasama dengan Federasi Rusia.
“Kami merasa terhormat dengan sambutan resmi yang dilakukan oleh pihak KSPEU dan Wakil Pemerintahan Republik Tatarstan pada acara ini. Kita harapkan tahun depan akan semakin banyak mahasiswa yang kuliah di Kazan,” kata Barlian.
Sebelumnya, kedatangan Delegasi Aceh yang dipimpin Wali Nanggroe, disambut langsung oleh Rektor KSPEU Edvard Abdullazyanov dan jajaran, didahului dengan seremoni penyambutan tarian khas Tatarstan, dilanjutkan dengan penghormatan kepada rakyat Tatarstan yang ikut dalam revolusi pembentukan Negara Uni Soviet.
Di akhir kegiatan, Wali Nanggroe mengalungkan cinderamata berupa Kerawang Gayo kepada Edvard Abdullazyanov.[]