Pengaruh Mazhab Syafi’i di Aceh Dibahas di Brunei

mazhab syafi'i
Antropolog Aceh Muhajir Al-Fairusy, menjadi speaker pada persidangan antarbangsa Mazhab Syafi’I di Universitas Islam Sulthan Sharif Ali (UNISSA) Brunei Darussalam. Persidangan antarbangsa tersebut digelar pada 3 sampai 4 Juni 2025.

Komparatif.ID, Bandar Seri Begawan—Antropolog Aceh Muhajir Al-Fairusy, menjadi speaker tentang Mazhab Syafi’i di Aceh, pada persidangan antarbangsa di Universitas Islam Sulthan Sharif Ali (UNISSA) Brunei Darussalam. Persidangan antarbangsa tersebut digelar pada 3 sampai 4 Juni 2025.

Seminar internasional bertajuk Mazhab Shafii in the Digital Era: Relevance and Challenge, yang digelar di International Convention Centre Bandar Seri Begawan, Selasa (3/6/2025) dibuka oleh Putra Mahkota Brunei Pangeran Al-Muhtadee Billah. Seminar tersebut dihadiri oleh ratusan ilmuwan dari Asia Tenggara dan Timur Tengah yang konsen meneliti pemikiran bercorak Imam Syafi’i.

Baca: Berziarah ke Reruntuhan Makam Imam Ghazali

Muhajir Al-Fairusy yang merupakan akademisi yang berkhidmat di STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh, Aceh Barat, dalam seminar tersebut menjelaskan Mazhab Syafi’i merupakan mazhab terbesar di Aceh.

“Mazhab Syafi’i bukan hanya berpengaruh dalam penentuan perilaku orang Aceh, tapi sudah menjadi identitas yang mengakar di dalam konteks fikih dan cara berpikir dalam ruang agama di Aceh,” terang Muhajir Al-Fairusy, intelektual yang memiliki akar di Zawiyah Tanoh Abee, sebagai salah satu sentra pendidikan Islam di masa lampau.

Jaringan keulamaan Aceh dan Asia Tenggara juga dipengaruhi oleh corak pemikiran  Mazhab Syafii yang telah menjadi identitas keagamaan kental di Aceh. Selain itu, Muhajir juga menyebutkan jika tradisi mazhab Syafii di Aceh bukan hanya dalam soal pemikiran, tapi juga tulisan, banyak manuskrip yang berafiliasi pada mazhab Syafii di Aceh telah ditulis sejak lama.

Rektor UNISSA Dato Deri Setia Dr. Haji Norarfan bin Haji Zainal dalam sambutannya berharap, kajian dan pemikiran Mazhab Syafi’i dapat menjawab segala persoalan muslim di Asia Tenggara. Kehadiran peserta dari lintas negara tentu akan memberi dampak bagi keberlangsungan pemikiran mazhab ini nantinya. Ia juga menerangkan jika Brunei Darussalam adalah salah satu negara di Asia Tenggara yang hanya membolehkan perkembangan pemikiran Mazhab Syafi’i bagi identitas keagamaan rakyatnya.

Artikel SebelumnyaTim Riset SMAN 7 Banda Aceh Boyong 3 Emas dan 4 Perak dari Malaysia
Artikel SelanjutnyaGubsu ke Aceh Bahas 4 Pulau, Gubernur Aceh Buru-buru  ke Abdya
Muhajir Juli
Jurnalis bersertifikat Wartawan Utama Dewan Pers. Penulis buku biografi, serta tutor jurnalistik.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here