Komparatif.ID, Banda Aceh-Pembiayaan perbankan di Aceh sepanjang tahun 2022 69,52 persen terserap untuk sektor konsumsi. Demikian data yang disampaikan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Senin (30/1/2023) sore, pada pertemuan dengan wartawan di Roof Top Hotel Arabia, Blang Padang, Banda Aceh.
Kepala OJK Aceh Yusri menyebutkan dari sisi pembiayaan perbankan berdasarkan lokbank, 69,52 persen dana perbankan diserap oleh pembiayaan konsumsi. Untuk modal kerja 19,88 persen, dan investasi 10,60 persen.
Baca juga: Ekonomi Aceh Tetap Positif Meski Sedikit Melambat
Dari sisi pembiayaan berdasarkan sektor ekonomi, Yusri mengatakan belum cukup mengembirakan bila mengharapkan bangkitnya perekonomian produktif. Pembiayaan rumah tangga mencapai 60,55 persen. Angka tersebut mengkhawatirkan karena sektor rumah tangga yang menjadi mendapatkan pembiayaan dari perbankan, tidak produktif.
Sedangkan pembiayaan perbankan untuk perdagangan 14,79 persen, kredit perumahan rakyat (KPR) 7,92 persen, agrikultura 4,59 persen, industri pengolahan 2,92 persen, dan kontruksi 1,85 persen, serta sektor lainnya 7,38 %.
Pembiayaan perbankan berdasarkan kategori debitur, untuk sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) 26,14 Persen, dan non UMKM 73,86 persen.
Pembiayaan Rumah Tangga Terus Meningkat
Pembiayaan lokbank untuk rumah tangga semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada Desember 2018 jumlah pembiayaan rumah tangga yang disalurkan perbankan Rp16.739 miliar. Desember 2019 Rp17,397 miliar. Selanjutnya pada Desember 2020 pembiayaan rumah tangga meningkat lagi menjadi Rp17.443 miliar. Pada Desember 2021 Rp17.994 miliar. Pembiayaan pada tahun 2022 bertambah meningkat, Rp20.730 miliar.
Pembiayaan kredit perumahan rakyat mencatatkan angka stagnan selama lima tahun. Dari 2018 hingga 2022, setiap tahun pembiayaan KPR hanya 2.764 miliar.
Pembiayaan Lainnya Belum Mengembirakan
Pembiayaan perdagangan menunjukkan grafik tidak menggembirakan selama lima tahun ke belakang. Tahun 2018 terserap Rp6.384 miliar, tahun 2019 meningkat menjadi Rp6.539, tahun 2020 turun menjadi Rp5.185 miliar. Kemudian pada 2021 turun lagi menjadi Rp4.385, dan tahun 2022 kembali meningkat Rp5.062 miliar.
Pembiayaan agrikultura selama lima tahun juga tidak begitu berkembang. Meskipun tetap tumbuh, tapi tidak signifikan. Bahkan terus mengalami penurunan.
Tahun 2018 pembiayaan agrikultura Rp2.994 miliar. Tahun 2019 meningkat menjadi Rp3.558 miliar. Tahun 2020 turun menjadi Rp2.633 miliar. Tahun 2021 turun lagi menjadi 1.291 miliar. Terakhir tahun 2022 meningkat sedikit menjadi 1.572 miliar.
Pembiayaan industri pengolahan juga mengalami pasang surut dalam jumlah yang tidak besar. Tahun 2018 Rp2.754 miliar, tahun 2019 turun menjadi Rp1.991 miliar. Tahun 2020 meningkat lagi menjadi Rp2.293 miliar. Tahun 2021 pembiayaan hanya Rp815 juta, dan 2022 meningkat sedikit menjadi Rp1 miliar.
Demikian juga pembiayaan perbankan untuk kontruksi berdasarkan lokbank. Tahun 2018 Rp951 juta, tahun 2019 Rp1.092 miliar, tahun 2020 Rp981 juta, 2021 Rp557 juta, dan tahun 2022 Rp636 juta.