Pemerintah telah secara resmi menetapkan kurikulum merdeka sebagai pedoman pelaksanaan pendidikan di Indonesia. Sebagai kurikulum baru dalam pendidikan, kurikulum merdeka sudah berjalan sejak tahun 2022 dan disahkan langsung oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi sebagai kurikulum nasional di Indonesia.
Implikasinya muncul ide untuk menawarkan pembelajaran berdiferensiasi berbasis digital, lalu apa maksudnya? Untuk itu mari kita bedah dari awal!
Kurikulum merdeka dalam penerapannya lebih menekankan pada penerapan pembelajaran intrakurikuler dengan ragam konten pembelajaran guna mengoptimalkan pendalaman pemahaman dan waktu yang cukup bagi siswa untuk menguatkan kompetensi mereka.
Jika bisa melihat kembali secara singkat tentang pendidikan yang sudah berjalan di Indonesia selama ini, kita seakan terlena dengan pelaksanaan pendidikan yang mengabaikan kemampuan murid dalam membangun pembelajaran.
Pendidikan konvensional kita telah membuat sebuah paradigma dimana guru menjadi sumber utama dalam pembelajaran dan siswa menjadi objek pembelajaran yang pasif.
Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru lebih mendominasi dan siswa hanya menjadi pendengar. Akibatnya pembelajaran berlangsung secara sepihak dan produk dari pembelajaran juga tidak memiliki kualitas yang baik, bahkan daya pikir dan kreativitas siswa juga kurang berkembang.
Hal lain juga terjadi dikarenakan proses pembelajaran yang jarang dikaitkan dengan dunia nyata siswa, sehingga pembelajaran menjadi kurang bermakna karena siswa tidak memahami koneksi antara apa yang dipelajari dengan di dunia nyata mereka.
Baca juga: Ilyas Minta Pemkab Bangun Monumen Pendidikan Guru di Bekas SPG Negeri Bireuen
Kondisi di atas jauh berbeda dengan kurikulum merdeka. Dalam pelaksanaanya, kurikulum merdeka lebih menekankan pada partisipasi murid sebagai subjek pembelajaran. Oleh karena itu, kurikulum merdeka memiliki tiga prinsip utama dalam penerapannya, yaitu pembelajaran intrakurikuler yang dilaksanakan secara terdiferensiasi sehingga murid memiliki cukup waktu untuk menguatkan konsep dan kompetensinya, pembelajaran kokurikuler yang mampu mewujudkan murid dengan profil pelajar Pancasila, dan pelaksanaan ekstrakurikuler yang berfokus pada minat dan bakat yang dimiliki murid dan sesuai dengan sumber daya pada satuan pendidikan.
Konsep & Praktik Pembelajaran Berdiferensiasi
Berdasarkan hal ini, saya tertarik untuk melaksanakan sebuah praktik pembelajaran inovatif dengan menganut prinsip pembelajaran berdiferensiasi dan berfokus pada pembentukan murid dengan profil pelajar Pancasila.
Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang menekankan pada penggunaan berbagai metode pengajaran, sumber belajar, dan produk pembelajaran dalam rangka memfasilitasi kebutuhan murid berupa pengetahuan yang sudah ada, gaya belajar, minat, dan pemahaman terhadap pembelajaran.
Bentuk pembelajaran berdiferensiasi di kelas dapat mencakup tiga jenis, yaitu diferensiasi konten, diferensiasi proses, dan diferensiasi produk. Diferensiasi konten berkaitan dengan perbedaan kontens materi yang diajarkan kepada murid sebagai tanggapan dari kesiapan belajar murid, minat, atau profil belajarnya (visual, auditori, kinestetik).
Diferensiasi proses berkaitan dengan perbedaan proses pembelajaran dengan menyediakan kegiatan berjenjang, adanya pertanyaan pemandu atau tantangan, mengembangkan kegiatan bervariasi, dan menggunakan pengelompokan yang fleksibel.
Diferensiasi produk berkaitan dengan perbedaan produk tagihan kepada murid dengan memberikan tantangan atau keragaman variasi dan memilih produk apa yang diminatinya. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan praktik baik ini, saya menggunakan dua jenis pembelajaran berdiferensiasi, yaitu diferensiasi konten atau sumber belajar dan diferensiasi produk.
Pembelajaran diawali dengan melakukan asesmen diagnostik non kognitif bagi siswa. Asesmen ini saya lakukan dengan tujuan untuk mengetahui gaya belajar siswa. Lalu dilanjutkan dengan asesmen diagnostik kognitif untuk melihat kemampuan yang dimiliki siswa hingga kemudian terbentuklah kelompok belajar siswa.
Selesai melakukan asesmen diagnostik, langkah selanjutnya adalah menyiapkan sumber belajar untuk siswa. Sumber belajar yang saya buat mengikuti gaya belajar siswa agar terjadinya diferensiasi konten dalam pembelajaran. Untuk siswa dalam kelompok visual, dapat dibuat konten berupa media pembelajaran interaktif berbasis video. Media ini saya buat dengan aplikasi Canva.
Baca juga: Memimpikan Kehadiran Bayt al-Hikmah di Aceh
Dalam media ini, siswa secara interaktif belajar bersama kelompoknya. Media juga diatur dengan berbagai tombol yang memberikan akses kepada siswa untuk menyimak materi pelajaran, mengerjakan soal, hingga instruksi terkait tugas yang harus dikerjakan.
Sementara itu, bagi siswa dalam kelompok auditori, saya telah menyiapkan materi pelajaran tentang menentukan rata-rata hitung dalam format audio. Media audio yang saya buat juga menggunakan aplikasi Canva dan diisi dengan suara saya sendiri disertai musik latar.
Dalam pelaksanaan pembelajaran, siswa kelompok auditori dimohonkan membawa headset atau earphone untuk memudahkan mereka menyimak sumber belajar yang sudah disediakan dan tentunya tidak terganggu dengan suara bising di sekitar mereka.
Kelompok kinestetik menggunakan media laptop sebagai alat utama dalam pembelajaran, selain juga didukung oleh smartphone yang mereka bawa. Dalam pembelajaran, kelompok kinestetik memanfaatkan Microsoft Excel untuk menentukan rata-rata hitung suatu data.
Mereka melakukan utak-atik angka berdasarkan beberapa contoh soal dan latihan yang diberikan guna memfasilitasi gaya belajar setiap siswa dalam kelompok tersebut.
Setelah semua sumber belajar tersedia, langkah selanjutnya adalah penerapan rencana yang sudah disusun dalam aksi nyata di kelas bersama siswa. Semua rencana praktik baik ini sudah saya susun dan masukkan dalam rencana pembelajaran yang akan saya aplikasikan.
Sebagaimana pembelajaran yang lain, langkah pertama yang saya lakukan adalah membuka pembelajaran dengan salam, menanyakan kabar, mengecek kehadiran siswa, berdoa, dan menyampaikan tujuan serta manfaat pembelajaran. Setelah itu dilanjutkan dengan sesi apersepsi dan kemudian siswa menyebar bersama kelompoknya masing-masing.
Baca juga: Rendahnya Kompetensi Guru Hantui Kualitas Pendidikan
Selanjutnya siswa melakukan sesi diskusi kelompok dan mereka dipecahkan menjadi beberapa kelompok sesuai dengan yang sudah ditentukan sebelumnya. Siswa menyimak konten pembelajaran secara mandiri dan terlihat mereka sangat antusias mengikuti pembelajaran.
Proses diskusi antara sesama siswa juga muncul dan berjalan dengan baik. Ketika proses diskusi ini berlangsung, saya berkeliling mengunjungi setiap kelompok untuk menanyakan kendala dan tentunya memberikan bantuan ketika ada siswa atau kelompok yang merasa bingung dan belum mendapatkan penjelasan yang memadai dari media yang mereka gunakan atau hasil yang mereka diskusikan.
Setelah menyimak video dan melakukan diskusi, selanjutnya siswa mengerjakan beberapa latihan yang sudah disediakan. Latihan ini dikerjakan pada lembar aktivitas yang sudah disediakan sebelumnya. Setelah itu dilanjutkan dengan pengerjaan tugas akhir, yaitu membuat sebuah produk pembelajaran yang mampu memberikan edukasi bagi masyarakat tentang perubahan iklim.
Diferensiasi produk terjadi disini, dimana setiap kelompok harus menyelesaikan tugas yang berbeda. Kelompok visual diminta untuk membuat sebuah poster, kelompok auditori membuat audio naratif, dan kelompok kinestetik membuat video edukatif tentang perubahan iklim. Semua tugas tersebut harus diunggah ke akun instagram siswa dan menandai guru dalam postingannya.
Dalam proses penyelesaian tugas ini, terlihat bahwa siswa begitu bersemangat menyelesaikan tugas yang diberikan. Hal ini dikarenakan tugas akhir ini sangat berbeda dengan tugas dalam pelajaran matematika pada umumnya. Siswa dapat menuangkan kreativitasnya dalam menyelesaikan tugas ini dan tentunya akan berdampak baik dalam memberikan edukasi tentang perubahan iklim.
Hasil refleksi juga menunjukkan siswa sangat bahagia mengikuti pembelajaran ini karena mereka dapat berkarya menuangkan kreativitasnya. Demikian pembelajaran berlangsung dengan penuh kebahagiaan bagi siswa dan guru