Komparatif.ID, Bireuen— Mardiana Hulu (20) akhirnya melabuhkan iman ke dalam Islam. Dia memilih Islam sebagai pelabuhan jiwa, demi mencapai cinta Ilahi yang hakiki.
Setelah pelaksanaan salat Jumat, 4 Oktober 2024, Mardiana Hulu, perempuan kelahiran 15 Maret 2004, mengucapkan dua kalimat syahadat di Masjid Taqwa Juli. Prosesi masuknya Mardiana Hulu ke dalam Islam, dipandu oleh Ustad Dr. Safrizal July,M.A. intelektual muda tersebut sekaligus Imum Chiek Masjid Taqwa Muhammadiyah Juli.
Usai proses pengucapan syahadat, Mardiana Hulu mendapatkan tausiah perdana dari Ustad Malik Adharsyah,Lc.,M.A.
Kisah perjalanan iman menuju Islam yang dialami Mardiana Hulu lumayan panjang. penuh lika-liku, hingga akhirnya bertemu jalan yang membawanya ke Juli, Bireuen, yang kemudian berlanjut dirinya disyahadatkan oleh pemuka agama.
Mardiana merupakan dara yang lahir di Pulau Nias dari pasangan penganut Kristen yang religius. Ia juga berasal dari salah satu dari empat marga asli Nias. Dalam kepercayaan tradisional orang Nias, Hulu Booroodano atau Hulu, yang diturunkan di suatu tempat di Laehuwa, Kecamatan Alasa, Nias Barat laut, dan yang menjadi leluhur mado-mado Nduru, Buulooloo, dan Hulu, merupakan keturunan dari Dewa Sirao, raja yang berkuasa di lapisan langit pertama.
Baca juga: Taiwan, Harmoni Islam dan Budha di Tengah Kemajuan
Orangtua Mardiana kemudian pindah ke Kota Subulussalam. Di sana mereka bermukim di Kecamatan Penanggalan.Setelah kedua orangtuanya meninggal dunia, dia dipungut oleh pamannya dan dibawa ke Jakarta. Mardiana disekolahkan di sebuah SMK di ibukota.
Sejak dari Subulussalam Mardiana Hulu sudah jatuh hati kepada Islam. Tapi keinginannya masuk Islam belum dapat direalisasikan.
Pucuk dicinta ulam pun tiba. Ia justru mendapatkan jalan lebar, tatkala ikut pamannya ke Jakarta. Di sana dia berkenalan dengan seorang warga Juli yangs edang berkunjung ke keluarganya. Kebetulan menjadi tetangga pamannya Mardiana Hulu. Mereka pun akrab.
Kepada kenalan baru yang sudah akrab itu, Mardiana menyampaikan uneg-unegnya ingin masuk Islam. Sang kenalan memberikan dukungan.
Tatkala sang kenalan hendak pulang ke Bireuen, Mardiana minta ikut serta. Pamannya mengizinkan. Tiba di Bireuen, dia bercerita kepada mantan Kadisperindagkop Bireuen; Darwansyah, perihal keinginannya masuk Islam. Gayung bersambut. Darwansyah pun membuka jalan.
Kini, Mardiana telah menjadi bagian dari umat Islam. Dia masih membutuhkan banyak bimbingan. Darwansyah dan pengurus Muhammadiyah Juli bersedia mendukung penguatan keislaman sang dara.
Sebagai langkah pertama, dalam waktu dekat Mardiana akan dibawa ke Banda Aceh. di sana akan mendapatkan bimbingan keislaman dari Forum Dai Perbatasan yang dipimpin oleh Ustad Nurkhalis.