Pucok Krueng Daroy lam gle Mata Ie, ie jih ile u teungoh Banda.Meulikok-likok puta lam Taman Putroe Phang, meualon-alon alang, bak bineh meuligoe raja.
Demikian syair dalam lagu berjudul Krueng Daroy yang didendangkan oleh penyanyi etnik religi Rafly Kande. Sebuah lagu yang mengetengahkan bukti cinta Sultan Iskandar Muda kepada Putri Kamaliyah (Putroe Phang).
Untuk pertama kali Darul Isky dibangun pada tahun 1620. Hulu sungai tersebut berada di Jabalul A’la di Mata Ie, sebuah sumber mata air gunung karst di pedalaman Aceh. Sungai tersebut mengalir indah hingga ke Gampong Pande.
Sungai yang airnya bak cermin tersebut merupakan bukti cinta Iskandar Muda kepada Putri Kamaliyah. Ia sengaja memerintahkan penggalian menuju Taman Bustanussalatin, demi menghadirkan suasana kampung halaman sang belahan jiwa di Pahang.
Baca: Iskandar Djalil, Legenda Sepakbola dari Tanah Rencong
Sungai tersebut masih terus mengalir hingga saat ini. Tapi kecantikannya sudah tak seperti dulu lagi. Ia seperti gadis cantik yang terbuang. Sepanjang alirannya menampung banyak limbah, kejernihannya juga telah tercerabut dengan campuran limbah rumah tangga.
Warga Kota Banda Aceh tentu tahu bantaran Krueng Daroy (Sungai Daroy). Yang setiap pagi dan sore dijadikan lokasi pilihan warga untuk berjoging dan berjalan kaki.
Kondisi bantaran Krueng Daroy saat ini terlihat kurang terawat. Besi pinggir sungai telah berkarat, sampah plastik masih tercecer di trotoar, dan batu semen yang terpecah. Masih ada jembatan yang lantainya berlubang dan retak. Tentu ini sangat berbahaya, jika ada pejalan kaki yang lewat dan tiba-tiba lantai jembatannya patah.
Pada 27 Januari 2021, Pujasera Gampong Seutui berlantai dua dibangun dan diresmikan oleh Wali Kota Banda Aceh. Lokasinya berada di dekat bantaran Krueng Daroy. Dijadikan tempat kuliner, tempat nongkrong sambil ngopi, dan tempat menjual produk UMKM. Namun sayang, Pujasera ini telah tutup.
Kebun Anggur di Bantaran Krueng Daroy
Bantaran Krueng Daroy yang masuk di dalam kawasan Gampong Seutui, Gampong Lamlagang, dan Gampong Neusu dapat dijadikan lokasi taman anggur. Pohon anggur dengan berbagai varietas buah ditanam di sepanjang bantaran sungai.
Pohon-pohon anggur yang menjalar ditata menghubungkan dua sisi sungai yang terpisah. Betapa indahnya orang-orang dapat menyaksikan dan menikmati pohon-pohon anggur yang menjalar dengan varietas buah yang bergelantungan di pinggir dan di atas sungai. Pada malam hari pohon anggur yang menjalar ini diterangi dengan lampu. Indah sekali!
Sambil berjogging dan berjalan, orang-orang dapat menikmati keindahan lingkungan bantaran Krueng Daroy. Anggur-anggur yang bergelantungan ini juga dijual, dan manajemennya dikelola oleh BUMG (Badan Usaha Milik Gampong), yakni BUMG Seutui, BUMG Lamlagang, dan BUMG Neusu, bekerja sama dengan Pemerintah Kota Banda Aceh. Ini investasi bisnis yang menjanjikan untuk ikon wisata baru. Pendapatan gampong akan meningkat signifikan.
Ribuan orang akan berdatangan untuk berolah raga dan menikmati dengan berfoto berlatar keindahan taman anggur. Menjadi spot instagramable baru Taman Anggur Krueng Daroy. Pujasera Seutui yang tutup dapat dibuka kembali. Warga yang tinggal di dekat bantaran dapat berjualan. Ribuan kendaraan yang parkir dapat menjadi pendapatan baru bagi BUMG.
Apa yang saya tawarkan ini, tentu terlihat sangat simple. Sebuah ide sederhana, dan paling mungkin dilakukan. Di Aceh, anggur dapat tumbuh subur.
Tapi ide sederhana ini—menata tepian sungai tersebut, membutuhkan Walikota Banda Aceh yang kreatif. Membutuhkan Walikota Banda Aceh yang inovatif, dan mau berpikir out of the box.
Ditulis oleh Teuku Cut Mahmud Aziz (Pon Cut), warga Banda Aceh, pencinta sejarah, budaya, dan blusukan.