Komparatif.ID, Banda Aceh— Setelah 20 tahun perdamaian, Aceh membutuhkan antitesa dari pola pembangunan yang sudah dan sedang berjalan. Narasi pembangunan harus diubah dari penguatan perdamaian, menjadi penguatan ekonomi berdasar konsep Aceh baru.
Untuk memulai narasi pembangunan berbasis ekonomi yang bervisi Aceh baru, Aceh butuh pemimpin yang memiliki jejaring luas, punya pengetahuan luas, dan pengalaman yang mumpuni dalam dunia birokrasi. Sosok yang tepat yaitu H. Bustami Hamzah.
Demikian disampaikan Ketua KNPI Aceh Aulia Rahman, Selasa (23/7/2024). Kepada Komparatif.ID, Aulia Rahman yang juga arsitek jebolan Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala, Bustami merupakan sosok birokrat yang punya pengetahuan luas soal tata kelola pemerintahan.
“Bustami merupakan sosok antitesa dari langgam pembangunan yang telah dan sedang dijalankan. Usia perdamaian Aceh sudah hampir 20 tahun. Artinya paradigma pembangunan sudah harus dimulai dengan konsep yang lebih progresif. Aceh sudah harus lebih maju dalam lima tahun ke depan,” sebut Aulia Rahman.
Anggota DPRK terpilih untuk Banda Aceh tersebut mengatakan langkah progresif Bustami Hamzah sudah terlihat sejak menjabat Pj Gubernur Aceh. Ia berhasil menuntaskan sengketa lahan tol Sigli-Banda Aceh yang sempat tidak macet proses negosiasinya.
Baca juga: Menanti Gerak Bustami dan Tarian Mualem
Juga kembali masuknya tol Aceh dalam Proyek Strategis Nasional, meski telah sempat dihapus karena pada kali kedua, Presiden Jokowi kalah telak di Aceh.
“Tentu banyak lain lagi yang telah dan sedang dilakukan oleh Pak Bus,” sebut Aulia.
Untuk lima tahun mendatang, dengan narasi Aceh baru, dengan pedoman utama penataan sektor perekonomian yang berbasis rakyat dan dunia usaha, Bustami merupakan sosok yang tepat memegang tongkat komando.
Ketua KNPI Aceh itu juga mengatakan untuk menyongsong Indonesia Emas 2045, Aceh harus mempersiapkan diri. Menyiapkan generasi terdidik dan terlatih, generasi yang siap menyongsong persaingan global. Aceh baru bisa menjadi bagian penting Indonesia Emas 20245, bila pondasinya dibangun oleh Bustami.
“Ia punya konsep, punya pengetahuan, punya jejaring, dan percaya kepada orang-orang yang punya kapasitas. Dia antitesa dari kondisi sebelumnya,” imbuh Aulia Rahman.