Iskandar Jalil, Striker dari kaki Bukit

Iskandar Jalil. Foto: Dikutip dari postingan Indra Efendi Rangkuti di grop Facebook: Memori Perserikatan, Galatama & Liga Indonesia.
Iskandar Jalil. Foto: Dikutip dari postingan Indra Efendi Rangkuti di grop Facebook: Memori Perserikatan, Galatama & Liga Indonesia.

Iskandar Jalil telah menutup mata pada Sabtu (20/8/2022) di RSUD dr. Fauziah, Bireuen, Aceh. Meskipun berhasil mengukir prestasi di level nasional, siapa sangka bila pria berkulit eksotis itu pernah tak lulus seleksi pemain junior Persatuan Sepakbola Seluruh Bireuen (PSSB).

Pria kelahiran 1965 itu lahir di Lhokseumawe, Aceh Utara. Ayahnya—Abdurahman, pria asal Cot Bada, Peusangan—merupakan seorang tantara yang bertugas di banyak tempat. Pada suatu Ketika biduk rumah tangga orangtuanya pecah. Iskandar ikut ibu dan ayah tirinya pindah ke Simpang Jaya, sebuah kampung nun di hulu.

Simpang Jaya merupakan sebuah permukiman yang berada 13 kilometer dari Kota Bireuen. kalau dari Lhokseumawe, harus menempuh perjalanan berpuluh-puluh kilometer. Dulu harus menempuh jalan yang tidak ramah bila hendak ke sana. Pun demikian, kampung itu ibarat sepotong surga yang jatuh ke bumi. Berada di delta Sungai Peusangan, yang diapit oleh pegunungan asri.

Di sanalah, Iskandar bin Abdurahman bin Jalil menghabiskan masa kecilnya dengan penuh keceriaan. Bersama teman-temannya dia bersekolah di SD Negeri Simpang Jaya yang saat itu masih di bawah administrasi Kecamatan Jeumpa, Aceh Utara.

Bakat sepak bola Iskandar sudah terlihat dari kecil. Dia dan Zainuddin, setiap sore selalu menghabiskan waktu bermain si kulit bundar di lapangan kampung.

Kehadiran Zainal Arifin, lulusan Sekolah Guru Olahraga (SGO) dan mengajar si SD Simpang Jaya, sangat membantu mengasah bakat alamiah Iskandar dan teman-temannya. Bersama Zainuddin dan teman-teman lainnya, mereka merajai kompetisi junior yang digelar di se-antero Kecamatan Jeumpa.

Setiap kali berhadapan dengan laskar cilik Simpang Jaya, lawan pasti dibuat berkeringat dingin.

“Pak Zainal Arifin bukan semata melatih kami bermain bola, tapi juga mendidik kami tentang kedisiplinan,” kata Mukim Juli Selatan, Kecamatan Juli, Bireuen, Zainuddin, yang akrab disapa Apa Din. Ia teman masa kecil Iskandar.

Saat diasuh oleh Zainal Arifin, mereka sudah berada di kelas IV. “Pak Zainal terakhir menjadi Kepala Sekolah SD Negeri Bertingkat Bireuen,” kenang sang Mukim.

Peran serta ayah tiri Iskandar yang bernama Amat 80, juga cukup besar membentuk sang striker haus gol itu.

Ketika lulus SD pada tahun 1981, keduanya melanjutkan pendidikan ke SMP di Kota Bireuen. Zainuddin lulus di SMP 1 Bireuen, dan Iskandar di SMP 2 Bireuen. Di sekolah itu dia satu kelas dengan Zubir, yang saat ini Kadis Infokom Kabupaten Bireuen. Mereka lulus SMP tahun 1985.

Apa Din juga mengenang, pada suatu Ketika mereka ikut lomba lari tingkat kecamatan. Saat itu keluar sebagai juara seorang anak yatim bernama Baginda. Pria yang sebelum meninggal dunia bermukim di Teupin Mane, Juli, berhasil menaklukkan kompetitor hingga ke tingkat provinsi, sehingga berhasil ikut event lomba lari tingkat nasional di Jakarta.

Di tingkat kecamatan, Iskandar Jalil berada di posisi dua, Nasruddin di posisi juara 3, dan Zainuddin sebagai pelengkap kegembiraan di juara 4.

“Saya tidak begitu ingat event di tingkat Kecamatan Jeumpa kala itu. Tapi yaang pasti itu lomba resmi yang digelar bertingkat. Siapa yang jadi juara tingkat provinsi, akan mewakili daerah ke Jakarta. Dari Aceh yang berhasil ke Jakarta yaitu Baginda,” kenangnya. Bila ia tidak keliru, lomba itu digelar tahun 80 atau 81.

Ketika SMP, Iskandar pernah mengikuti seleksi pemain junir Persatuan Sepakbola Seluruh Bireuen (PSSB), tapi dia tidak terpilih.

Kala tingkat SMA, Zainuddin lulus SMEA di Kota Lhokseumawe, dan Iskandar lulus di Sekolah Pendidikan Guru (SPG) di Bireuen. Mereka pun berpisah.

Setelah lulus SMA, Iskandar merantau ke Kota Medan, Sumatera Utara. Di sana dia bermain bola dari kampung ke kampung. Kemampuan alamiah Iskandar dilihat oleh pencari bakat dari PS Medan Jaya Galatama. Dia dikontrak oleh klub yang cukup ternama tersebut.

Setelah mencatatkan sejumlah prestasi di Medan Jaya, Iskandar Jalil dipinang Harimau Tapanuli (Hartap). Di klub semi professional berprestasi internasional tersebut, ia berkesempatan unjuk bakat lebih tinggi. Klub yang didirikan oleh Johny Pardede itu, dikelola dengan sangat professional, bergelimang uang, penuh pemain bertalenta, paduan pemain luar negeri dan dalam negeri.

Salah satu pengalaman paling heroickkala membela Harimau Tapanuli pada Piala HUT Arema kelima. Turnamen tersebut untuk pemanasan sebelum Kompetisi Galatama 1992-1993, digelar bulan Agustus, bulan kelahiran Arema.

Harimau Tapanuli ambil bagian dalam turnamen tersebut. Mereka datang ke Surabaya sebagai juara turnamen amatir dengan mengalahkan Perbanas dengan skor 2-1, 18 Juni 1992.

Dalam salah satu pertandingan antara Arema dan Harimau Tapanuli, kedua klub berbagi angka 1-1. Gol Hartap dicetak oleh Iskandar Jalil, dan gol Arema diciptakan oleh Panus Korwa. Pada pertandingan selanjutnya Harpa takluk 0-1 ketika melawan Persebaya Surabaya.

Pada tahun 1994-1995, Iskandar pindah ke Mitra Surabaya yang bermain di Liga Dunhill. Dunhill merupakan sponsor utama Divisi Utama Liga Indonesia edisi perdana, setelah penggabungan kompetisi Perserikatan dan Galatama.

Iskandar Jalil (berdiri, enam dari kiri) saat membela Mitra Surabaya di Liga Dunhill 1994-1995. Foto: ist.
Iskandar Jalil (berdiri, enam dari kiri) saat membela Mitra Surabaya di Liga Dunhill 1994-1995. Foto: ist.

Pada tahun 1995, Iskandar Jalil dipanggil ke Timnas untuk mengikuti Sea Games 1995 di Chiang Mai, Thailand. Di sana, ia sempat bermain  dengan Fachri Husaini, yang juga legenda sepak bola asal Aceh.

Dalam karir sepakbolanya, Iskandar Jalil juga pernah merumput di Persiraja banda Aceh, dan PSSB Bireuen. Usai gantung sepatu, dia menjadi pelatih sejumlah klub.

“Klub terakhir beliau saat masih menjadi pemain, bila saya tidak keliru yaitu PSSB. Bonden Kota Juang itu beliau bela tahun 2002,” terang Drh. Murdani, Ketua Karang Taruna Kabupaten Bireuen, Sabtu (21/8/2022).

Dalam rentang perjalanan hidupnya, Iskandar Jalil menikah dua kali. Pertama dengan Ika Sovia. Dari perkawinan tersebut ia dikarunia empat anak yaitu Revaldi, Yolanda, Kiki Silvia, dan bebi Aulia Paradita. Revaldi mengikuti jejaknya, sang putra ikut menjadi pemain sepak bola professional.

Istri kedua Iskandar bernama Suryani.

Kini, sang legenda telah Kembali ke haribaan Ilahi. Banyak hal yang bisa diambil sebagai pelajaran. Salah satunya tentang semangat berjuang dan etos dalam menjemput impian.

Artikel SebelumnyaResep Palsu Pengentasan Kemiskinan di Aceh
Artikel SelanjutnyaAzwardi Salurkan Bantuan Masa Panik ke Dayah Babul Huda
Muhajir Juli
Jurnalis bersertifikat Wartawan Utama Dewan Pers. Penulis buku biografi, serta tutor jurnalistik.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here