Bustami Jawaban Atas Masalah yang Melilit Aceh

Demisioner Presma & Senat 9 Kampus di Aceh Deklarasi Dukung Bustami

Bustami tidak kenal menyerah, Minta Investor Migas di Aceh Jangan Setor Pajak ke Pemprov Jakarta Pj Gubernur Aceh Bustami Hamzah. Foto: HO for Komparatif.ID.
NasDem usung Bustami Hamzah sebagai calon Gubernur pada Pilkada Aceh 2024. Foto: HO for Komparatif.ID.

Komparatif.ID, Banda Aceh— Demisioner Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (Presma/BEM) dan Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM/Senat) dari sembilan kampus di Aceh mendukung Bustami Hamzah sebagai calon Gubernur pada Pilkada Aceh 2024.

Koordinator sekaligus Demisioner Presiden Mahasiswa (Presma) UIN Ar-Raniry, Ilham Rizki, mengungkapkan usai dihantam tsunami 20 tahun lalu, Aceh yang mendapatkan dukungan dari dalam negeri maupun internasional belum sepenuhnya bangkit.

“20 tahun sejak tsunami melanda, kita masih belum sepenuhnya maksimal dan terkesan stagnan dalam pengembangan serta pembangunan lintas sektor,” ungkapnya pada konferensi pers pernyataan sikap Presma dan Senat kampus se-Aceh di Tarek Kupi, Senin (12/8/2024).

Sumber daya alam yang melimpah seperti emas, batubara, bijih besi, dan minyak bumi tidak bisa menjadi modal bagi Aceh untuk keluar dari kemiskinan.

Meski memiliki kekayaan alam yang melimpah, Aceh justru menyandang predikat sebagai provinsi termiskin di Sumatra. Kondisi ini tidak hanya disebabkan oleh ketidakmampuan mengelola sumber daya alam, tetapi juga oleh kelemahan dalam pengelolaan anggaran yang dialokasikan oleh pemerintah pusat.

Rizki menjelaskan Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) yang seharusnya menjadi pendorong pembangunan belum mampu mengatasi masalah kemiskinan, mempercepat pembangunan, meningkatkan kualitas pendidikan, dan menyediakan lapangan kerja yang memadai.

“Sejauh ini, anggaran yang bersumber dari DAU dan DAK yang angkanya sudah sangat fantastis namun belum juga mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi,” lanjutnya.

Selain itu, ia menyebut di tengah proses pemulihan pasca-damai, akses layanan kesehatan di daerah terpencil masih sangat terbatas, dan angka stunting di Aceh masih tergolong tinggi.

Data menunjukkan bahwa hampir sepertiga anak-anak di Aceh mengalami gangguan pertumbuhan akibat kekurangan gizi. Pada tahun 2020, prevalensi stunting mencapai angka 34,42 persen, menempatkan Aceh di peringkat lima besar nasional dalam hal stunting.

Baca juga: Srikandi Aceh Dukung Bustami sebagai Calon Gubernur Aceh

Lebih lanjut eks Presma UIN itu menyebut meski kebutuhan akan infrastruktur yang memadai terus meningkat, pembangunan di Aceh kerap terhambat oleh terbatasnya anggaran dan kurangnya koordinasi antara pemerintah daerah dan pusat.

Demisioner Presma & Senat 8 kampus di Aceh deklarasi dukung Bustami Hamzah pada Pilgub Aceh 2024. Foto: Komparatif.ID/Rizki Aulia Ramadan.
Demisioner Presma & Senat 9 kampus di Aceh deklarasi dukung Bustami Hamzah pada Pilgub Aceh 2024. Foto: Komparatif.ID/Rizki Aulia Ramadan.

Ia menilai hal tersebut terjadi karena Aceh mengalami krisis kepemimpinan yang mampu berdiplomasi dengan pemerintah pusat untuk memperjuangkan prioritas pembangunan. Padahal, infrastruktur yang baik adalah fondasi bagi kemajuan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

“Aceh mengalami krisis pemimpin yang bisa berdiplomasi dengan pusat terhadap prioritas pembangunan daerah,” tuturnya.

Tidak hanya itu, Rizki menyebut sektor pendidikan juga menghadapi masalah kompleks. Mutu guru, pendidikan vokasi, sarana dan prasarana pendidikan, serta implementasi kurikulum muatan lokal menjadi masalah hingga kini masih bermasalah.

Ia menuturkan data hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) Aceh pada 2015 menempatkan kualitas guru di Aceh di peringkat ketiga terbawah secara nasional, hanya lebih baik dari Papua.

“Aceh mengelola anggaran pendidikan yang besar namun masih belum mendongkrak pendidikan yang semakin terpuruk,” kata Rizki.

Ekonomi Aceh yang sebagian besar bergantung pada sektor pertanian, perikanan, dan sumber daya alam, menghadapi tantangan dalam diversifikasi sektor industri.

Keterbatasan ini mengakibatkan minimnya lapangan kerja yang tersedia, sementara produk lokal seringkali sulit bersaing dengan produk impor yang lebih murah atau berkualitas lebih tinggi. Akibatnya, banyak usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang kesulitan bertahan, dan angka pengangguran di Aceh tetap tinggi.

Rizki menegaskan permasalahan multidimensi yang melanda Aceh setelah tsunami menunjukkan betapa kompleksnya tantangan yang dihadapi Aceh.

Dalam kondisi seperti ini, harapan masyarakat Aceh terletak pada hadirnya pemimpin yang mampu menyelesaikan berbagai problematika tersebut dengan bijaksana, adil, dan berpihak pada kesejahteraan rakyat.

Karena itu para mantan Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (Presma/BEM) dan Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM/Senat) dari sembilan kampus di Aceh memutuskan mendukung Bustami sebagai calon Gubernur Aceh untuk periode 2025-2030.

Mereka menilai Bustami merupakan sosok terbaik yang dimiliki Aceh saat ini. Dengan pengalaman panjangnya di birokrasi Sekda Aceh non-aktif itu merupakan jawaban atas permasalahan yang melilit Aceh.

Sembilan eks Presma/BEM dan Senat/DPM yang mendeklarasikan dukungan untuk Bustami adalah; Demis Presma Universitas Al-Muslim, DPM UTU Meulaboh, IAIN Langsa, IAIN Lhokseumawe, BEM Jabal Ghafur, Presma UIN Ar-Raniry, Presma UNIKI Bireuen, Presma Universitas Gajah Putih, dan Presma Unimal.

Artikel SebelumnyaNezar: Tak Ada Langkah Mundur Transformasi Digital Nasional
Artikel SelanjutnyaKodam IM Sebut Miliki Bukti Kepemilikan Blang Padang

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here