Bendungan Krueng Pasee Dalam Sepucuk Surat Cinta

Kerusakan irigasi Krueng Pasee hanya menjadi komoditas politik meski mengancam sumber pendapatan masyarakat di delapan Kecamatan. Foto: Ho for Komparatif.ID, Popularitas.com.
Petani Meurah Mulia, Cut Meutia menyebut kerusakan irigasi Krueng Pasee hanya menjadi komoditas politik meski mengancam sumber pendapatan masyarakat di delapan Kecamatan. Foto: Ho for Komparatif.ID, Popularitas.com.

Surat ini berisi curhat atau apalah namanya tentang kegundahan hati saya tentang kondisi Bendungan Krueng Pasee. Perkenankan surat cinta ini saya haturkan ke hadapan Yang Mulia pejabat dan calon Yang Mulia pejabat di Aceh Utara.

Perkenalkan, nama saya Cut Meutia, Lahir 44 tahun silam di rumoh Aceh tepatnya di Gampong Baroeh Kutabatee, Kecamatan Meurah Mulia.

Keluarga besar saya mayoritas petani, walaupun ada yang berprofesi sebagai PNS, pedagang, wiraswasta. Namun kami tetap menggarap sawah. Saya sendiri memiliki 20.000 meter lebih sawah di Kecamatan Meurah Mulia.

Baca: Aceh Utara dan Mbong Duda Tua

Bapak, ibu pejabat dan calon pejabat terkasih. Sawah kami bergantung pada irigasi yang dibangun oleh Belanda tempo dulu. Saat kunjungan Gubernur A. Muzakkir Walad pada tahun 1968 ke area Bendungan Krueng Pasee, ibu sayalah yang mengalungkan bunga ke leher bapak Gubernur.

Mengapa ibu saya? Karena beliau anak dari Amponnek  saya, yaitu Ampon Bentara, tokoh sentral di Kecamatan Meurah Mulia dan sekitarnya. Ampon Bentara sangat aktif serta paham dengan detail Bendungan Krueng Pase. Sayangnya beliau telah berpulang pada tahun 2007.

Masyarakat sering berkata “Hana lé Ampôn, pom (irigasi) pih hana lé. Karena tidak lama setelah Ampon Bentara berpulang, Irigasi Krueng Pasee pun ambruk untuk pertama kalinya. Mungkin Bendungan Krueng Pasee kala itu sudah uzur sehingga untuk pertama kalinya menggeliat memberi tanda.

Bapak-bapak pejabat  dan calon pejabat tersayang. Kalian tahu? Masa paling indah dalam hidup saya adalah masa kecil hingga remaja di Gampong Baroeh Kutabatee. Saat musim panen tiba, kami yang masih anak-anak akan turun ke sawah untuk membantu orang tua melakukan aktivitas angkôt padé (mengangkut padi) untuk kemudian digiling menjadi bulir padi oleh mesin perontok. Sedangkan para pemuda lebih memilih bekerja sebagai pekerja perontok padi.

Baca: Kekeringan di Meurah Mulia, Azwardi Serahkan 6 Pompa Air

Jika di daerah lain kalian bisa melihat pemuda mengganti celana baru saat Lebaran tiba, namun di kecamatan kami sedikit berbeda. Pemuda-pemudanya hanya mengganti pakaian mereka setelah panen raya. Seusai lelah bekerja sebagai perontok padi, pengangkut padi, dengan wajah sumringah mereka akan pergi ke Geudong atau ke Kota Lhokseumawe untuk membeli celana Levis, mentraktir pacar makan bakso, pergi ke dakwah saat malam tiba, dll.

Sedangkan anak-anak tetap melanjutkan aktivitas di area sawah yang sudah selesai panen dengan menerbangkan layang-layang. Sebahagian lain yang memiliki hobi theun tarön ticém bisa tidak pulang ke rumah hingga kedua orang tua mereka kewalahan mencari anak-anaknya ke rawa-rawa dan belantara kala Magrib merenda malam.

Kebahagian itu sedikit demi sedikit hilang tergerus zaman.Tidak ada lagi keceriaan dan cerita indah yang bisa kami tuturkan kepada anak-anak kami di masa mendatang. Rasa kehilangan itu menjadi-jadi ketika sumber penghidupan kami ambruk dan tidak ada yang peduli.

Bapak-bapak pejabat dan calon pejabat yang kami rindukan. Sejak tahun 2007, para petani di Kecamatan kami telah diselimuti rasa was-was karena irigasi mulai sakit-sakitan.

Bendungan Krueng Pasee Jadi Kuali Janji

Uniknya, sejak saat itu pula, kalian para pejabat dan calon pejabat  mulai  sering datang berkunjung ke daerah kami.

Kami tahu, tidak sedikit calon dewan atau caleg yang datang untuk mencoba menjadikan isu ambruknya irigasi kami sebagai keberuntungan mereka. Mulai dari caleg DPRK hingga DPR RI. Begitupun dengan eksekutif, mulai dari bupati hingga gubernur, termasuk juga calon DPD.

Walau kami tahu, kami hanya bisa mengurut dada, karena kami tidak punya kuasa. Kadang kami ingin bertanya dengan gamblang dan blak-blakan. “Wahai cinta, kasih, sayang, di manakah kalian sebelum musim pemilu tiba?”

Dengan gaya yang begitu elegan, dibumbui ayat-ayat cinta dan rayuan gombal, kalian pun menjawab.

“Belum cukup waktu lima atau sepuluh atau lima belas tahun untuk mengurusi satu Bendungan Krueng Pasee, saya perlu lima tahun lagi, semoga masyarakat bisa memilih saya kembali agar pembangunan irigasi bisa dilanjutkan.”

Langgam seperti ini selalu kalian pertontonkan kepada kami rakyat jelata ini. Walau kami sadar, ini hanya gurauan, anehnya kami pun selalu memilih dan selalu mempercayakan nasib Krueng Pasee di tangan kalian, kenapa bisa? Wallahualam.

Atau inikah yang dinamakan “cinta buta?”, bertubi-tubi kalian sakiti dan bohongi, tetap saja kami akan kembali dalam dekapan kalian.

Saat ini, lagi-lagi. Musim politik tiba maka kabar tentang Irigasi Krueng Pasee pun mencuat kembali setelah lima tahun tidak ada yang menyebutnya.

Kami  belum tahu, siapa lagi yang akan mencoba keberuntungannya dari musibah yang melanda 8 Kecamatan di Kabupaten Aceh Utara ini.

Pemerintah pun telah mengeluarkan ramalan cuaca, bahwa dalam tahun ini Aceh Utara akan mengalami musibah kekeringan.

Jika ramalan itu benar adanya, maka nasib sawah yang luasnya hingga 8922 hektare di 8 Kecamatan terancam kerontang. Jika sawah kami kering, pastinya kehidupan penduduknya juga akan kering kerontang.

Dan kalian, ya kalian, para pengejar kekuasaan yang terhormat, lagi-lagi datang ke kampung kami dengan beragam kalimat rayuan. Semacam kontak batin antara sepasang kekasih, saling terkait, bertemu di saat yang satu sedang penuh dengan keluh kesah, yang satunya hadir demi menampung dan menghapus beban yang memenuhi dada sang kekasih.  Jika sudah demikian adanya, cukup dengan hadiah cinta berupa lembaran seratus hingga tiga ratus ribuan per kepala, rakyat pun dengan mudahnya kalian beli.

Kenapa kalian begitu tega menjadikan kami rakyat yang terlanjur jatuh cinta, rela  dijadikan sebagai tangga untuk mencapai kegemilangan? Sadisnya,  kalian melakukan itu ketika kondisi kami sedang kelaparan tanpa sandaran dan harapan.

Saya tahu, pertanyaan saya sangat naif, lebih tidak masuk akal lagi jika saya bertanya “Di mana hati nurani kalian sehingga tega mempermainkan kami dengan isu Bendungan Krueng Pasee?”

Saya tahu politik itu tidak kenal hati nurani, pun demikian, saya tetap ingin bertanya adakah sedikit saja terbersit di relung hati terdalam kalian untuk mengasihani kami yang dungu dan tolol ini?

Saya juga ingin memastikan di saat rakyat mulai kebingungan di lorong nan sempit lagi gelap, di manakah pemerintah?

kami tidak memaksa pemerintah untuk menyelesaikan irigasi kami sesegera mungkin, tetapi kami mewajibkan pemerintah untuk segera menyelamatkan sumber pendapatan kami di 8 Kecamatan ini.

Demikian surat cinta ini dapat saya uraikan. Kiranya  kalian punya waktu membaca, dan akan istimewa bila kalian bersedia membalasnya. Bisa berisi seputar janji baru tentang rencana memperbaiki Bendungan Krueng Pasee, atau janji-janji lainnya tentang rencana kalian untuk kami di Meurah Mulia.

With Love

Cut Meutia, S.H., M.H.
Asli aneuk Kutabatee, Meurah Mulia.

Artikel SebelumnyaBireuen Kota Kuliner yang Serba Lezat
Artikel SelanjutnyaSubdit Siber Polda Aceh Tangkap 13 Pelaku Judi Online
Redaksi
Komparatif.ID adalah situs berita yang menyajikan konten berkualitas sebagai inspirasi bagi kaum milenial Indonesia

1 COMMENT

  1. Ya… Apapun tulisan kita sebagai curahan hati tentunya orang² yg harus bertanggung jawab/stick holders pastinya akan menjawab ya atau oke. Namun banyak masyarakat sangat mengharapkan pembangunan waduk itu harus segera dibangun tanpa harus menunggu banyak proses karna hari ini ribuan petani sudah harus beli beras dan hampir kelaparan. Akan tetapi dibalik semua itu andai saja petani bisa bersatu, kasus ini bisa kita pengadilankan karna ini menyangkut dg perbuatan melawan hukum dan bahkan bisa jadi ada unsur pidana. Tapi ini tergantung kepada kita semua. Terserah pd kita masing².

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here