Sumur Timpan-1 dan Potensi Super Hub Migas di KEK Arun

Fasilitas migas di KEK Arun. Foto: Ist.
Fasilitas migas di KEK Arun bila benar-benar diperjuangkan, akan menjadi super hub migas dunia, dengan Timpan-1 sebagai bergainingnya. Foto: Ist.

Penemuan cadangan minyak bumi dan gas di Block Andaman II, yang berada 150 kilometer di lepas pantai Aceh Utara, telah memberikan angin segar untuk Indonesia. Lalu, Aceh sebagai daerah penghasil, akankah mendapatkan curahan kesejahteraan? Akankah Aceh Utara Kembali menjadi petro dollar seperti masa jayanya PT Arun?

Pada Senin (11/7/2022) publik Aceh kembali menaruh perhatian pada sektor migas. Hal ini karena Premier Oil,Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) di blok Andaman II berhasil menemukan cadangan minyak bumi dan gas. Lokasinya di sumur eksplorasi Timpan-1, berlokasi 150 kilometer lepas pantai Aceh.

Premier Oil, bagian dari Harbour Energy company, operator blok Andaman II menyelesaikan pengeboran sumur eksplorasi Timpan-1 pada kedalaman air 4.245 kaki. Sumur dibor secara vertikal total pada kedalaman 13.818 kaki di bawah laut.

Berdasarkan pengujian, sumur yang berada di lepas pantai Aceh Utara, mengalirkan gas sebesar 27 juta kaki kubik perhari (MMSCFD) dan 1.884 barel kondensat perhari (BOPD).

Premier Oil Andaman Ltd. akan segera melakukan studi evaluasi post drill untuk menentukan langkah eksplorasi selanjutnya dalam usaha mengkomersialisasikan penemuan ini di lepas pantai cekungan Sumatera Utara.

Media mempublikasikan informasi tersebut secara luas. Berbondong-bondong netizen memberikan tanggapannya. Dari yang memberikan apresiasi kepada Premier Oil dan SKK Migas, hingga yang menaruh kekhawatiran, bilakah Aceh akan mendapatkan keuntungan dari hasil migas yang dikandung oleh laut di wilayah mereka?

Kekhawatiran itu pantas saja disampaikan. Secara kewenangan, di atas 12 mil laut, kewenangannya berada di tangan Pemerintah Pusat. Artinya Aceh tidak dapat berbuat banyak, konon lagi mendesak Badan Pengelolaan Migas Aceh (BPMA)tentu tidak mungkin. Bahkan tidak sedikit yang mulai bertanya, bila sumur Timpan-1 beroperasi, berapa persen tenaga kerja lokal—putra-putri Aceh—diserap dalam industri hulu migas di offshore tersebut?

Banyak yang berharap agar hadih maja buya krueng teudöng-döng, buya tamöng meuraseuki (anak negeri menjadi penonton, orang luar menangguk rezeki) tidak terjadi. Mereka berharap agar buya krung meurumpok tumpôk, murua tamöng jeut mita raseuki (anak negeri mendapatkan kesejahteraan, orang masuk bisa mencari rezeki). Artinya rakyat Aceh berharap sumur Timpan-1 yang dikelola oleh Premier Oil, dapat menampung tenaga kerja lokal sebanyak-banyaknya. Perihal kesulitan mencari tenaga siap pakai, Premier Oil dan SKK Migas dapat memfasilitasi pelatihan dan pemagangan. Kiranya waktu untuk mendidik putera-puteri Aceh masih lebih dari cukup.

Namun, di luar perihal berapa persen pemuda-pemudi Aceh akan terserap di lapangan migas Timpan-1, ada hal yang juga sama pentingnya, yaitu memanfaatkan KEK Arun sebagai super hub migas untuk dunia. Fasilitas di bekas kilang PT Arun yang kini berada di dalam Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Arun, sangat mendukung ide menjadikan Aceh Utara dan sekitarnya sebagai super hub migas dunia.

KEK Arun berada di bibir Selat Malaka yang sibuk, yang dilintasi oleh ribuan kapal, termasuk kapal tanker migas.

Secara geopolitik, dengan terjadinya krisis energi di Eropa akibat perang Ukraina-Rusia, dan kebutuhan migas yang sangat besar oleh calon negara adidaya Cina, penemuan ladang gas baru di lepas pantai Aceh Utara, dan keberadaan KEK Arun sangat seksi. Timpan-1 dan KEK Arun ibarat gadis seksi dan pria idaman yang sangat serasi.

Artinya, KEK Arun telah memiliki fasilitas yang sangat memadai untuk memulai mimpi menjadikannya sebagai super hub dunia. Mulai dari fasilitas permigasan, hingga Pelabuhan telah tersedia di sana. Tinggal sesuaikan sana-sini, maka akan segera dapat dipergunakan.

Mewujudkan super hub dunia bidang migas di KEK Arun, tidak akan datang dengan sendirinya. Tidak akan maujud sembari tidur. Meskipun Aceh memiliki dua potensi besar –Timpan-1 dan KEK Arun—tapi semua itu baru terwujud bila stakeholder di Aceh Utara bergerak maju.

Pemerintah Kabupaten Aceh Utara, DPRA, tokoh masyarakat, tokoh pemuda,dan mahasiswa harus segera menyatukan visi dan misi, melakukan advokasi serius ke Pemerintah Aceh dan ke Pemerintah Pusat. bila ini berhasil, cita-cita KEK Arun menjadi lapangan kerja baru bagi putera-outeri Aceh, bukan lagi isapan jempol.

Jangan terlambat, dunia ini bergerak sangat dinamis. Kompetensi antar dunia bisnis dan politik sangat kencang. Jangan sampai nanti, sapi punya susu, beruang punya nama. Aceh Utara yang punya migas, negara lain menangguk laba.

Artikel SebelumnyaPJ Gubernur: Aceh Miliki Masalah Pada Komunikasi
Artikel SelanjutnyaDitunjuk Sebagai PJ Bupati Aceh Utara, Ini Keunggulan Azwardi
Muhajir Juli
Jurnalis bersertifikat Wartawan Utama Dewan Pers. Penulis buku biografi, serta tutor jurnalistik.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here