Komparatif.ID, Bireuen—Seorang pemuda Bireuen bernama Muhammad Rizal Saiful (17) sedang menjadi buruan mafia di Kamboja. Saat ini Muhammad Rizal Saiful bersembunyi di salah satu sudut Phnom Penh, sembari berharap segera ditolong oleh Pemerintah Indonesia.
Muhammad Rizal Saiful, pemuda Bireuen kelahiran 2 Agustus 2007, benar-benar tak menyangka. Tujuannya merantau ke Kamboja demi memperbaiki nasib, justru berakhir tragis. Dia menjadi korban human trafficking di negeri yang memiliki julukan hell on earth.
Kabar tersebut disampaikan Nazir, paman pemuda Bireuen tersebut, kepada Komparatif.ID, Selasa malam (29/10/2024).
Baca:Merantau ke Kamboja, Muhammad Nabawi Asal Bireuen Justru Disekap
Nazir menjelaskan, satu bulan lalu, Muhammad Rizal Saiful, warga Dusun Baroh, Gampong Meunasah Tunong Lueng, Kecamatan Jeunib, Bireuen, merantau ke Kamboja.
Pemuda lajang tersebut dibawa oleh seorang agen melalui Batam, Kepulauan Riau. Akan tetapi tiba di sana, passport miliknya disita oleh agen yang membawanya ke sana. Barulah pemuda Bireuen tersebut menyadari bahwa dirinya telah menjadi korban perdagangan manusia.
Beruntung, para mafia tidak menyita telepon genggam miliknya. Diam-diam dia pun melarikan diri dari tempat penampungan. Tak ayal pemuda itu menjadi buruan para mafia yang dipimpin oleh seorang pria Tionghoa.
Menurut cerita Nazir kepada Komparatif.ID, Muhammad Rizal Saiful telah sempat melapor ke Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Phnom Penh, tapi sampai sekarang belum mendapatkan kejelasan.
“Saat ini anak kami sedang bersembunyi di Kota Phnom Penh. Ia sempat melapor ke KBRI, tapi tidak mendapatkan kejelasan. Saat ini dia hanya memegang telepon genggam, tanpa memiliki passport. Anak kami dalam ketakutan yang sangat luar biasa. Saat ini dia hanya ingin segera pulang. Tapi selain tak lagi punya passport, ia juga tidak memiliki uang,” sebut Nazir.
Pria hitam manis tersebut mengatakan, sampai sekarang Muhammad Rizal Saiful masih dapat berkomunikasi dengan keluarga menggunakan telepon android. Hanya saja keluarga berpesan, untuk sementara, hanya boleh menerima telepon dari pihak keluarga.
“Demi keselamatan dirinya, saat ini kami mengingatkan Muhammad Rizal Saiful, supaya hanya menerima panggilan telepon dari keluarga yang nomor hp-nya telah terdata di teleponnya,” kata Nazir.
Nazir berharap Pemerintah Aceh, Pemerintah Indonesia, baik DPR RI maupun DPD RI bersedia memberikan bantuan kepada keponakannya.
“Anak kami benar-benar dalam keadaan ketakutan. Dia merantau demi mengubah nasib. Tapi sampai di sana, justru harus berurusan dengan mafia human trafficking,” kata Nazir.