Siapa Berani Melawan Mualem Pada Pilkada 2024?

Melawan Mualem
Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto (kiri) bersama Ketua Umum Partai Aceh sekaligus Ketua TKD Prabowo-Gibran Aceh Muzakir Manaf (Mualem). Foto: Ho for Komparatif.ID.

“Sementara itu, hingga saat ini belum ada tanda-tanda koalisi parpol yang memiliki nyali melawan Mualem. Sehingga potensi melawan kotak kosong pun cukup besar.”

Ada dua jalur pendaftaran calon kepala daerah pilkada serentak 2024 di Aceh. Kedua jalur tersebut adalah pendaftaran yang dicalonkan oleh partai politik atau gabungan partai politik, dan perseorangan atau independen.

Akan tetapi pada Pilkada Aceh 2024, calon independen tidak akan berlaga. Ruang yang dibuka tak dapat dipergunakan oleh orang-orang yang selama ini menggunakan jalan tersebut sebagai pilihan.

Hingga berakhirnya penyerahan tahap syarat dukungan, tak ada yang berhasil mendaftar. Termasuk Zakaria Saman alias Apa Karia yang pada Pilkada Aceh 2017 ikut bertarung melalui jalur independen. Ia gagal mendaftar karena tak memenuhi syarat.

Zakaria Saman menyerahkan syarat dukungan berupa foto kopi KTP, itu pun masih belum memenuhi syarat.  KIP Aceh juga telah memastikan tidak ada calon independen yang mendaftar untuk Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur AcehTahun 2024. Artinya tak ada calon alternatif kali ini. Semua akan berpusar pada partai politik.

Baca: Mualem Mundur dari Partai Gerindra

Ada beberapa faktor yang menyebabkan calon independet tak berhasil mendaftar. Jeda waktu yang singkat antara hari pemungutan dan proses rekapitulasi secara berjenjang pada Pemilu 2024 dengan jadwal penyerahan dukungan calon independen di Pilkada Aceh 2024, merupakan salah satu penyebab. Pasalnya, calon independen dapat mendaftarkan diri sebagai calon Gubernur Aceh jika menyertakan 165.476 dukungan KTP dengan sebaran pada 12 Kabupaten/Kota sesuai Keputusan KIP Aceh Nomor 8 Tahun 2024.

Terlebih lagi di Pilkada Aceh 2024 calon independen tidak hanya mengumpulkan KTP, tapi juga harus melampirkan formulir penyerahan dukungan. Belum lagi dengan jumlah sebaran dan dukungan. Bagi kandidat yang tidak memiliki modal sosial dan kapital yang kuat serta tidak didukung dengan tim yang solid akan kesulitan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.

KIP telah bekerja ekstra, membentuk helpdesk demi mempermudah komunikasi. Serta menyebarkan informasi dengan menggunakan berbagai media. Tapi, akhirnya tidak ada kelompok masyarakat atau individu yang memenuhi persyaratan untuk mencalonkan diri.

Alasan lainnya, memilih jalur independen, berarti harus siap menanggung segala biaya—yang sangat besar—seorang diri. Meskipun ada dukungan dari pihak lain, tapi tidak akan sekuat partai politik.

Di sisi lain, partai politik juga semakin maju. Mereka mulai menggunakan jasa lembaga survey untuk menguji kekuatan politiknya. Survey tersebut akan memberikan gambaran siapa di antara bakal calon yang paling berpeluang memenangkan pilkada.

Apa yang dilakukan partai politik, sesuai dengan yang dikatakan oleh Sun Tzu, tokoh klasik strategi perang, bahwa, ”Kenali diri sendiri, kenali lawan; maka kemenangan sudah pasti ada di tangan. Kenali medan pertempuran, kenali iklim; maka kemenangan akan sempurna.”

Sejauh ini belum nampak siapa yang berani melawan Mualem. Satu-satunya partai politik yang menyatakan akan mencalonkan gubernur/wakil gubernur hanya Partai Aceh. Partai lain belum ada yang berani. Apakah ini benar-benar sebuah fakta bila kali ini tidak ada yang berani melawan Mualem?

Partai Aceh memang unggul jauh. Dari syarat minimal 13 kursi di DPRA supaya bisa mengusung kandidat secara mandiri, Partai Aceh memiliki 20 kursi. Inilah modal utama Partai Aceh pada Pilkada Aceh 2024.

Sedangkan sejumlah parpol di luar Partai Aceh masih  melakukan penjaringan bakal calon kepala daerah yang akan diusung ke depan, dan melakukan lobi-lobi untuk koalisi dalam memenuhi persyaratan minimal 13 kursi DPRA.

Sebagai pemenang pemilu 2024 di Aceh, Partai Aceh, akan mengusung Ketua DPA Partai Aceh Muzakir Manaf yang juga eks Panglima Teutra Angkatan Gerakan Aceh Merdeka. Sejumlah parnas, seperti Gerindra mengusung anggota DPR RI sekaligus Ketua Gerindra Aceh, Fadhlullah untuk “dikawinkan” dengan Mualem.

PA dan Gerindra juga punya hubungan spesial. Tiga kali pilpres Partai Aceh mendukung Prabowo. Mualem juga pernah menjadi Penasihat Partai Gerindra di Aceh.

Gerindra sudah memberikan signal tidak melawan Mualem. Bagaimana dengan partai lain? Golkar Aceh yang memiliki sembilan kursi di DPRA juga menunjukkan signal tidak akan melawan Mualem. Teuku Muhammad Nurlif didagang-gadang sebagai wakil Mualem.

Ketua DPW PAN Aceh Mawardi Ali dan Ketua Partai Demokrat Muslim juga resmi mendaftar sebagai cawagub untuk mendampingi Muzakir Manaf. Artinya mereka juga enggan melawan Mualem. Mengapa enggan melawan Mualem? Belum terjawab.

Pun demikian, hingga saat ini juga belum ada tanda-tanda koalisi parpol yang memiliki nyali melawan muaalem. Sehingga potensi melawan kotak kosong pun cukup besar.

Ketika dalam pilkada hanya ada satu bakal paslon, maka otomatis melawan kotak kosong atau kolom kertas kosong. Apakah suasana politik seperti saat ini akan berlanjut? Menarik untuk disimak, apakah pilkada Aceh 2024 Mualem bakal melawan kotak kosong?

Ataukah akan ada paslon yang dimajukan parpol yang berani melawan Mualem?

Penulis adalah Warga Bireuen dan Mantan Ketua PPK Kota Juang.

Artikel SebelumnyaAbi Daud Dukung Muhammad Balia Maju Pilwakot Banda Aceh
Artikel SelanjutnyaManajemen Baru BPKS Siap Optimalkan Potensi Sabang
Feri Irawan
Feri Irawan merupakan seorang guru. Kepala SMK Negeri 1 Jeunib, juga Ketua Ikatan Guru Indonesia (IGI) Kabupaten Bireuen. Dapat dihubungi melalui email: ferifodic78@gmail.com.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here