Komparatif.ID, Banda Aceh— Masih ada duka yang membayangi kehidupan masyarakat di Beutong Ateuh Benggalang, 78 tahun Indonesia merdeka, kawasan ini masih terpuruk tanpa adanya SMA.
Hal ini telah menghadirkan dilema bagi para pelajar di sana, di mana mereka hanya memiliki dua pilihan: harus meninggalkan kampung halaman untuk mengejar pendidikan yang layak, atau terpaksa mengubur impian mereka untuk melanjutkan pendidikan.
Baca: Siapa dan Bagaimana Teungku Bantaqiah
Hal tersebut disampaikan Saudah, perwakilan Perempuan Beutong Bersatu (PBB) pada konferensi pers penolakan eksplorasi tambang PT Bumi Mentari Energi di kantor Walhi Aceh, Banda Aceh, Rabu (16/8/2023).
“Kami meminta pemerintah Nagan Raya, dan Pemerintah Aceh untuk memberikan edukasi yang layak bagi masyarakat Beutong Ateuh. Karena hingga saat ini, daerah kami belum memiliki SMA, hanya SMP saja,” ujar Saudah.
Selain Saudah, berbagai elemen masyarakat sipil dari Nagan Raya juga merasa prihatin. Mereka mengkhawatirkan bahwa kurangnya layanan pendidikan yang memadai dapat berdampak besar pada generasi mendatang, terutama mengingat sejarah konflik panjang yang melibatkan Beutong Ateuh, seperti kasus Tgk Bantaqiah hingga gugatan melawan PT EMM.
Baca juga: Rumah Tokoh Beutong Ateuh Dikepung Polisi Usai Usir PT BME
Data dari Pusdatin Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) mengungkapkan bahwa dari 27 sekolah menengah di Nagan Raya, Kecamatan Beutong Ateuh Benggalang adalah satu-satunya daerah yang masih belum memiliki SMA atau SMK. Kondisi ini semakin mempersempit peluang pendidikan yang memadai bagi para pemuda di wilayah tersebut.
Sementara itu, dalam konteks pendidikan dasar menengah, masyarakat Beutong Ateuh Benggalang hanya bisa bergantung pada dua Sekolah Dasar (SD) dan satu Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Pelajar Beutong Ateuh harus menempuh jarak 3 jam perjalanan untuk mencapai SMA terdekat. Karena sebab itu, rata-rata pendidikan masyarakat hanya sampai jenjang SMP. Mereka memilih tidak melanjutkan pendidikan karena jarak yang terlampau jauh, atau bila memilih tinggal di indekos, biaya terlalu mahal.
Baca: Pembantaian Teungku Bantaqiah di Beutong Ateuh
Sementara itu, perwakilan masyarakat Beutong Ateuh Benggalang, Tgk Diwa Laksana, menekankan bahwa pendidikan memiliki peran kunci dalam mensejahterakan masyarakat. Menurutnya, pendidikan menengah kejuruan di bidang pertanian dan perkebunan lebih relevan untuk wilayah ini. Dengan adanya pendidikan tersebut, para pelajar dapat mengasah keterampilan dan memperbarui teknik bercocok tanam sehingga hasil pertanian dapat maksimal.
“Bagi kami, cara mensejahterakan masyarakat bukan hanya lewat tambang, Beutong Ateuh diberkahi lahan subur, karena itu kami minta agar didirikan SMK jurusan perkebunan dan pertanian, sehingga petani-pekebun muda miliki ilmu yang lebih baik dari kami,” ujar Tgk Diwa.
Dengan semangat ini, Tgk Diwa bersama elemen-elemen masyarakat sipil Nagan Raya mendesak Pemerintah Aceh untuk segera mengambil tindakan dalam mendirikan sekolah menengah di Beutong Ateuh Benggalang. Upaya ini diharapkan akan membuka pintu masa depan yang lebih cerah bagi para pemuda di kawasan tersebut.