Komparatif.ID, Bireuen–Setiap tahun Rp1,6 triliun dana pangan Bireuen mengalir ke Sumatra Utara. Ada 40 jenis pangan yang masih sangat bergantung kepada luar daerah, yang pintu masuknya ada di Sumatra Utara.
Praktisi pasar Zubir Marzuki yang juga pegawai pada Dinas Pangan Aceh, Jumat (30/5/2025) kepada Komparatif.ID, mengatakan untuk Kabupaten Bireuen, angka ketergantungan pangan sekitar Rp1,8 triliun.
Baca: 70 Persen Kebutuhan Pangan Aceh Masih Bergantung dari Luar Daerah
“Itu hasil quickcount. Angka ketergantungan yang menyebabkan dana pangan Bireuen hampir menyamai jumlah APBK Bireuen, semakin membengkak,” kata Zubir Marzuki.
Ada 40 jenis pangan yang selama ini masih sangat tergantung kepada penyediaan yang dilakukan di luar daerah. Mulai dari makanan pokok, sayur-mayur, buah-buahan, ikan, dan daging.
Menurut pria lulusan SNAKMA Saree tersebut, 1,8 triliun rupiah bukan angka yang kecil. Bila dikelola dengan benar, dana pangan Bireuen akan menjadi modal besar bagi Bireuen yang dulu dikenal sebagai salah satu sentra pertanian di Aceh.
“Bireuen tanahnya subur, dari dulu dikenal sebagai salah satu sentra pertanian unggulan di Aceh. Kejayaan kedelai Aceh terjadi di Bireuen. Demikian juga pinang, kelapa, dan tanaman holtikultura lainnya. Tapi itu cerita lama, kini angka ketergantungan pangan kepada Sumut semakin tinggi,” kata Zubir.
Supaya dana pangan yang mengalir ke luar, bisa menjadi modal yang kemudian melahirkan kesejahteraan kepada petani dan masyarakat secara umum, Pemerintah Kabupaten Bireuen perlu menjadikan pertanian, perikanan, dan peternakan sebagai fokus pembangunan.
Bagaimana caranya? Pemerintah Bireuen harus duduk secara serius, menyusun skenario pembangunan ekonomi berbasis kerakyatan.
“Berapa PAD Bireuen selama ini? berapa dana otsus yang diterima Bireuen? Kita akui bahwa dana-dana itu sangat berguna. Tapi tidak mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat. Kalau Bupati Bireuen benar-benar serius ingin mensejahterakan rakyat, fokus pada pembangunan sektor pangan. Itu kunci utama,” katanya.