Wisata Wih Ni Kulus Harus Sediakan Mitigasi Bencana

Objek wisata alam Wih Ni Kulus memiliki panorama indah. sayangnya belum menyediakan informasi tentang mitigasi bencana. Foto:Komparatif.ID/Fuad Saputra.
Objek wisata alam Wih Ni Kulus memiliki panorama indah. sayangnya belum menyediakan informasi tentang mitigasi bencana. Foto:Komparatif.ID/Fuad Saputra.

Ketika tiba di Wih Ni Kulus, tidak terlihat pengumuman apa pun tentang potensi ancaman yang bersumber dari alam. Padahal air bah pernah menerjang objek wisata itu pada tahun 2020.Seharusnya ada pengumuman tentang potensi risiko, sebagai bentuk mitigasi.

Pemandian Wih Ni Kulus, yang berlokasi di Gampong Negeri Antara, Kecamatan Pintu Rime Gayo, Bener Meriah, merupakan salah satu objek wisata alam yang menyediakan fasilitas mandi di alam terbuka yang masih hijau.

Sebuah alur dengan ukuran tidak begitu luas, mengalir air dari rimba Tanoh Gayo yang sejuk. Airnya sangat dingin, konon lagi bila berkunjung di musim hujan. Air yang mengalir deras di antara batu-batu besar, sungguh sangat segar.

Ketika Komparatif.id berkunjung ke sana pada Minggu (14/8/2022) langit terlihat mendung. Padahal, di perbatasan dengan Bireuen, matahari masih bersinar dengan sangat garang.

Saat tiba di Wih Ni Kulus, serasa masuk ke dalam kulkas besar. Demikian beberapa orang bergumam.

Tanpa dikomando, teman seperjalanan Komparatif.id segera menyebur ke dalam air. Beberapa detik mereka sempat kaku di dalam air, dinginnya terasa menusuk hingga ke tulang.

Tapi setelah beberapa saat, tubuh sudah menyesuaikan diri dengan dinginnya air. Setelahnya, hanya satu orang yang tidak sanggup mandi. Badannya terasa tidak enak begitu masuk ke dalam air. Hal itu wajar adanya, karena ia belum tidur sejak Sabtu siang.

“Orang yang bergadang, atau yang belum tidur secara normal, memang tidak disarankan mandi, konon lagi mandi di objek wisata yang airnya sangat dingin. Bisa berbahaya bagi kesehatan jantung,” kata seorang teman.

Rombongan kami tiba pukul 10.00 WIB, pengunjung belum ramai. Baru ada satu dua yang telah memilih duduk di atas batu-batu besar di tengah wih yang berair jernih.

Kedatangan kami disambut ramah oleh seorang perempuan paruh baya. ia mempersilakan kami masuk dan menyarankan agar memilih tempat berteduh.

“Pas sekali datangnya sebelum ramai orang. Silakan pilih tempat terbaik yang ada di sini,” katanya sembari tersenyum.

Setelah membayar tiket masuk dan biaya parkir, kami melangkah ke dalam objek wisata alam itu.

Konsep wisata alam Wih Ni Kulus benar-benar alamiah. Di seberang sungai kecil itu, tidak ada pondok. Siapa saja yang datang, harus bawa tikar sendiri, atau duduk saja di atas bebatuan di dalam atau di tepian sungai. Sungguh natural.

Meskipun objek wisata ini sangat bersih, tapi tidak terlihat tong sampah di sana. Beberapa pengunjung melarung sampah plastik ke dalam sungai.

Objek wisata itu pernah diterjang air bah pada Senin (30/11/2020) sore. Alhamdulillah tidak ada korban jiwa, karena air bah datang kala jelang malam, dan pengunjung pun tidak ada.

Meskipun sudah pernah diterjang bah, tapi sepertinya tidak ada pengumuman apa pun di sana, yang menjadi early warning bagi pengunjung agar mewaspadai ancaman yang datang kapan saja.

Pengunjung sedang menikmati dinginnya aliran air Wih Ni Kulus. Foto: Komparatif.ID/Fuad Saputra.
Pengunjung sedang menikmati dinginnya aliran air Wih Ni Kulus. Foto: Komparatif.ID/Fuad Saputra.

Saat sedang mandi, Pemred Komparatif.id memosting selembar foto ke Facebook. Seseorang yang bermukim di Bener Meriah mengomentari, memberitahu bila di Gunong Geurudong sedang hujan.

Pemred Komparatif.id Muhajir Juli, yang membaca komentar itu, menengadah ke langit. Di sana, mendung sedang bergelayut. Tidak lama kemudian, rinai hujan mulai turun.

“Ayo naik. Sudah cukup mandinya. Kita pulang,” katanya sembari beranjak dari air.

“Wih Ni Kulus sangat cantik, juga bersih. Tapi masih perlu dibenahi. Mungkin karena objek wisata alam misbar (gerimis bubar) tak perlu dibangun pondok berteduh. Tapi papan pengumuman tentang informasi objek wisata itu, serta early warning sebagai bentuk kewaspadaan dini, perlu secepatnya disediakan.

Siapa pun tidak menginginkan terjadinya musibah, tapi pencegahan tetap harus dilakukan sebagai bentuk ikhtiar manusia,” sebut Muhajir Juli sembari menyetir Toyota Kijang Kapsul keluaraan 2002 akhir.

Artikel SebelumnyaDari Sukarela, Hingga Miskin Karena Baju Dinas
Artikel SelanjutnyaATM BSI Tidak Compatible Dengan ATM Sejumlah Wisman di Aceh

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here