Tawa Haikal & Haru Nuriah Saat Terima Kursi Roda Hadiah Dr. Safrizal

Muhammad Haikal (20) dan Nuriah (60) di teras rumah mereka. Haikal sangat bahagia setelah mendapatkan hadiah kursi roda celebral palsy dari Dirjen Dina Adwil Kemendagri Dr. Safrizal. Foto: Komparatif.id/Muhajir Juli.
Muhammad Haikal (20) dan Nuriah (60) di teras rumah mereka. Haikal sangat bahagia setelah mendapatkan hadiah kursi roda celebral palsy dari Dirjen Dina Adwil Kemendagri Dr. Safrizal. Foto: Komparatif.id/Muhajir Juli.

Haikal yang sedang berbaring di dipan, tertawa girang saat melihat tim dari Dirjen Bina Adwil Kemendagri, dan Dinsos Bireuen, tiba di halaman rumah milik neneknya. Sejak pagi ia  menunggu dengan perasaan campur aduk.

Dirjen Bina Adwil Kementerian Dalam Negeri Dr. Safrizal, Kamis (15/9/2022) segera menghubungi Komparatif.id, menyatakan kesediaan membelikan sebuah kursi roda celebral palsy untuk Muhammad Haikal (20) penyandang disabilitas di Gampong Blang Tingkeum, Kecamatan Kota Juang, Kabupaten Bireuen.

Baca: Rumah Tanpa Kakus dan Mimpi Haikal Miliki Kursi Roda

Melalui aplikasi WhatApps, Safrizal mengirimkan gambar celebral palsy kepada Komparatif.id. “Akan saya carikan yang terbaik untuk Haikal,” kata Safrizal.

Jelang sore, Safrizal mengirimkan selembar foto dengan mencantum tulisan,”kursi roda celebral palsy sudah ada. Segera dikirim ke sana.”

Minggu (18/9/2022) pukul 11.00 WIB, Safrizal memberitahu bila dua orang staf dari Dirjen Bina Adwil sudah tiba di Banda Aceh. Mereka berangkat pada Minggu pagi dari Jakarta.

“Tolong dampingi staf saya,” pinta Safrizal. Komparatif.id bersedia.

Tidak lama kemudian, dua pegawai dari Dirjen Bina Adwil, masing-masing Sandi dan Dinda, tiba di Kantor Redaksi Komparatif.id. Rombongan berjumlah empat orang pun meluncur ke Bireuen. Saat itu sebuah kursi roda hadiah untuk Anwar (14) penderita lumpuh di Blang Tingkeum ikut dibawa serta.

Rombongan sempat beristirahat di Kota Sigli, ibukota Kabupaten Pidie. Menikmati kopi robusta dan mengudap mi aceh tumis yang dicampur daging sapi. Rasa mi penuh kari tersebut sangat lezat. Paduan bumbunya pas mantap. Tidak kurang suatu apa pun.

Usai menyeruput kopi, rombongan kembali meluncur ke Kabupaten Bireuen. Sempat berhenti sekali lagi di Masjid Madinah yang didirikan oleh Teungku Japakeh di Gampong Gampong Dayah Kruet, Mukim Kuta Baroh, Kecamatan Meurah Dua, Pidie Jaya.Ulama tersebut mendirikan masjid tersebut pada tahun 1623 Masehi. Dua tahun setelah ia kembali dari Malaka pada tahun 1620, setelah ikut melakukan penyerangan terhadap Portugis di sana.

Tidak berlama-lama di sana, seusai salat Asar, rombongan kembali meluncur di jalan raya Banda Aceh-Medan. Dinda yang belum menguasai jalan, Nampak mempelajari medan sepanjang perjalanan. Pun demikian, sebagai driver berpengalaman di berbagai lintasan di Indonesia, mobil yang ia setir melaju dengan lancar.

Tiba di Bireuen, rombongan dari Dinas Sosial setempat disertai seorang Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) Kota Juang yang bernama Mujid, telah menanti di halaman Masjid Taqwa yang dibangun oleh komunitas Muhammadiyah.

Rasa Bahagia Haikal
Pukul 17.30 WIB, rombongan tiba di Blang Tingkeum. Muhammad Haikal dan neneknya yang bernama Nuriah (60) duduk di teras. Mereka sedang menanti tibanya kursi roda yang dijanjikan oleh Dr. Safrizal.

Begitu melihat rombongan Ditjen Bina Adwil Kemendagri dan Dinsos Bireuen turun dari mobil, dari atas dipan, Haikal yang sedang berbaring, tertawa girang. Selanjutnya mulutnya tak henti-hentinya menyunggingkan senyum.

Sandi segera menyapa Haikal sembari duduk di samping pria berkulit gelap itu. Dia menyalami Haikal. Dinda membuka kardus kursi roda. Dibantu oleh Mujib, mereka memasang kursi roda itu.

Mata Haikal tak henti-hentinya menatap lekat kursi roda yang sedang dirakit di depannya. Senyum tersungging di bibirnya. Nuriah juga demikian. Sembari tersenyum, dia juga menatap lekat kursi roda yang telah lama ia impikan untuk cucunya.

“Dari tadi pagi dia sudah menunggu. Kepada saya dia bilang, tidak mau masuk ke dalam rumah. Dia menunggu di teras sembari berbaring,” kata Nuriah sembari menatap ke cucunya.

Haikal menatap neneknya dengan senyum teramat manis. Beberapa tetangga yang juga sudah mendengar bila Haikal mendapatkan bantuan kursi roda, turut datang ke rumah Nuriah. Mereka juga Bahagia. Seorang ibu yang mengendong anaknya, mendekat sembari bercanda kepada Haikal.

“Haikal, kursi roda itu untuk saya ya. Biar si… duduk di situ. Boleh ya”

Haikal tertawa kemudian, mengatakan “Jangan, itu untuk saya. Gak boleh ambil untuk dia,” katanya dengan suara kurang jelas. Hadirin di teras tertawa semua.

20 menit kemudian, kursi roda tersebut selesai dipasang. Haikal menatapnya dengan rasa takjub. Dia dibopong oleh Mujib untuk didudukkan di kursi roda. Setelah berada di atas kursi roda, Haikal girang bukan kepalang. Dia menirukan suara binatang, kemudian tertawa riang gembira.

Haikal tertawa lepas di atas kursi roda celebral palsy. Mujib (kiri), sandi (tengah) Nuriah (berjilbab) melihat ekspresi Haikal dengan rasa senang. Foto: Ist.

Nuriah mengucapkan terima kasih kepada orang yang telah membantu keluarganya. Dengan kalimat terbata dia mengucapkan rasa syukur betapa kursi roda tersebut merupakan hadiah untuk cucunya. Sejak lama mereka sudah memimpikan kursi roda demikian.

Sebelum pamit, Sandi menitipkan sedekah berupa uang dari Dr. Safrizal kepada Nuriah. Uang itu untuk membelikan hal-hal yang dianggap perlu untuk keluarga tersebut.

Komparatif.id turut menyerahkan sumbangan dari anggota DPR RI Rafli Kande untuk Haikal. Sedekah Rp500 ribu dikirimkan Rafli pada Kamis (15/9/2022) setelah membaca berita tentang kisah hidup Haikal.

Ketika Sandi dan Dinda sudah berada di dalam kabin mobil, Haikal, Nuriah dan tetangga masih berada di teras rumah yang berada di atas bukit. Mereka melambai tangan sembari mengucapkan terima kasih dan selamat jalan.

Dinda (kiri), Sandi, dan rombongan Dinsos Bireuen berfoto bersama Haikal. Foto: Komparatif.id/Muhajir Juli.
Dinda (kiri), Sandi, dan rombongan Dinsos Bireuen berfoto bersama Haikal. Foto: Komparatif.id/Muhajir Juli.

Sandi dan Dinda tersenyum. Melihat rasa Bahagia di wajah Haikal dan Nuriah, rasa lelah keduanya segera sirna. Sandi juga mendapatkan hiburan batin setelah melihat rasa Bahagia Haikal.

Sepanjang perjalanan ke Bireuen Sandi memang agak cemas. Ia mendapatkan kabar bila puteranya masuk rumah sakit di Jakarta. Sebagai ayah rasa gundah gulana merupakan hal yang sangat manusiawi.

Kursi Roda untuk Anwar
Rombongan harus berpacu dengan waktu. Magrib hampir menjelang ketika Sandi, Dinda, Mujib dan beberapa orang lainnya berpacu menuju rumah Anwar, seorang remaja penderita lumpuh di Blang Tingkeum.

Tujuan ke rumah Anwar untuk mengantarkan kursi roda bantuan Kasat Reskrim Polres Pidie Jaya Iptu Dedy Miswar.

Penyerahan kursi roda untuk Anwar berlangsung sangat cepat. karena ketika Anwar didudukkan di atas kursi roda, kumandang azan Magrib bergema dari loudspeaker masjid terdekat.

Sandi membuka dompet. Menyerahkan sumbangan dari Dr. Safrizal untuk Anwar. Usai berfoto, rombongan meninggalkan Blang Tingkeum, menuju Kota Bireuen.

Sandi menyerahkan santunan dari Dr. Safrizal untuk Anwar. Kursi roda bantuan dari Kasat Reskrim Pidie Jaya Iptu Dedy Mizwar diharapkan dapat memudahkan Anwar dalam beraktivitas. Foto: Komparatif.id/Muhajir Juli.
Sandi menyerahkan santunan dari Dr. Safrizal untuk Anwar. Kursi roda bantuan dari Kasat Reskrim Pidie Jaya Iptu Dedy Mizwar diharapkan dapat memudahkan Anwar dalam beraktivitas. Foto: Komparatif.id/Muhajir Juli.

Usai santap malam sembari menyeruput kopi di sebuah warkop di Jalan Langgar, Kota Bireuen bersama pejabat Dinsos dan TKSK, rombongan Dirjen Bina Adwil pamit kembali ke Banda Aceh.

Mereka akan kembali terbang ke Jakarta pada Senin (19/9/2022) pukul 11.00 WIB.

Sepanjang perjalanan pulang ke Banda Aceh, senyum tulus Haikal masih tergiang di ingatan. Juga aura Bahagia Nuriah saat memegang kemudi kursi roda. Diiringi lagu-lagu lawas dari Broery Marantika, Nike Ardila, Dewa 19, hingga tembang wind of change dari Scorpion menyertai perjalanan di gulita malam nan aman di sepanjang laluan.

Aceh cukup aman. Sepanjang 220 kilometer dari Bireuen ke Banda Aceh, jalan tak pernah sepi. Mobil dan sepeda motor saling meramaikan khazanah jalan raya di Serambi Mekkah.

Jalan baru sepi ketika mobil yang dikemudikan Dinda memasuki pintu tol Lamtamot, Aceh Besar. Sepanjang puluhan kilometer, hanya ada mobil yang dikemudikan Dinda di atas badan jalan. Jangan tanya berapa laju mobil. 160 kilometer per jam. Pas di kilometer 43, mobil sempat “terbang” beberapa detik, karena melibas jalan tol yang agak rendah membentuk sebuah ceruk mulus.

Untung Dinda punya jam terbang tinggi dalam konteks permobilan. Saat mobil melompat ke udara, dia tidak panik. Sepenuhnya menguasai setir.  Pukul 02.00 pagi kami tiba di Banda Aceh. kembali ke peraduan masing-masing.

Artikel SebelumnyaPolres Pidie Tangkap Petani yang Simpan Sabu di Bawah Pohon Mangga
Artikel SelanjutnyaJadi Tersangka, Zaini Yusuf Ditahan di Lapas Kajhu
Muhajir Juli
Jurnalis bersertifikat Wartawan Utama Dewan Pers. Penulis buku biografi, serta tutor jurnalistik.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here