Komparatif.ID, Banda Aceh– Satwa liar di Aceh semakin sering membuat persoalan dengan masyarakat. Dalam lima tahun terakhir terdapat 113 peristiwa.
Untuk mengurangi bahkan menghindari “perang terbuka” antara satwa liar versus manusia, Pemerintah Aceh harus serius menentukan dan membangun koridor satwa di dalam melaksanakan pembangunan.
Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Aceh, Kamis (19/10/2023) Ahmad Shalihin, meminta Pemerintah Aceh membangun koridor satwa dalam tiap pembangunan, supaya jalur migrasi satwa tidak terganggu.
Baca: Perlawanan Satwa Liar di Aceh Kian Sporadis
Saat ini kata Shalihin, Pemerintah Aceh telah mengakomodir 3 koridor satwa di dalam pola ruang di rancangan qanun RTRW Aceh. Masih terdapat enam koridor lainnya yang belum dibuka ruang di dalam draft RTRW Aceh.
Adapun koridor satwa yang telah diakomodir yaitu Pidie – Pidie Jaya, Bireuen – Aceh Tengah dan Bener Meriah yang disebut dengan Koridor Peusangan, dan Bener Meriah – Aceh Utara disebut Koridor Cot Girek.
Sedangkan ada enam koridor lainnya belum diakomodir yaitu koridor Aceh Besar – Pidie, koridor Aceh Jaya, koridor Aceh Barat – Nagan Raya, koridor Nagan Raya – Aceh Barat Daya – Gayo Lues, koridor Aceh Selatan – Subulussalam, dan koridor Aceh Timur – Aceh Tamiang – Gayo Lues.
Sholihin merinci juga, saat ini konflik antara manusia dan satwa kunci di Aceh kian menanjak jumlahnya. Penyebabnya karena terganggunya koridor alami akibat alih fungsi kawasan secara masif.
Berdasarkan catatan WALHI Aceh, sejak 2019-2023 total kejadian interaksi negatif satwa dengan manusia sebanyak 113 kali. 68 kali melibatkan harimau, 33 kali gajah, orang utan 11 kali dan badak satu kali.
“Sebanyak 60 persen kejadian interaksi negatif satwa-manusia dekat dengan permukiman warga. Ini memiliki kerentanan tingkat tinggi kalau tidak segera diatasi. Karena manusia dan satwa hidup dalam satu ekosistem, tidak bisa dipisahkan,” jelasnya.
Sepanjang 2019-2023, konflik satwa liar dan manusia semakin tinggi di Aceh Timur. Jumlah kasusnya mencapai 23. Di Aceh Selatan 19 kejadian.
WALHI mengatakan, supaya peristiwa benturan antara satwa liar dan manusia dapat berkurang, maka solusinya mewujudkan koridor satwa sesuai dengan kebutuhan alam.